Jumat, 01 Desember 2006

Ktbh 1 Des 06

Sifat Rabb Allah Taala (Part III)

 

(Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba,

1 Desember  2006, di Masjid Baitul Futuh, London)

 
Pada Khutbah Jumah ini Huzur melanjutkan pembahasan masalah Sifat Rabb Allah Taala, terutama sifat Rabbul-Alamin, yakni Tuhan Semesta Alam.

Huzur membacakan ayat 67 Surah Al-Mumin (40:67): "Qul inni nuhiytu anbudalladziina tad'uuna min-dunillahi lammaa jaa'aniyalbayyinaatu mirrabi, wa umirtu an-uslima li-rabbil-alamiin" , yang artinya…………………………………………………………

Mengingatkan kembali Khutbah beliau pada Jumah yang lalu, Huzur bersabda, Allah telah menegaskan bahwa Dia adalah Maha Tunggal. Hanya Dia-lah Tuhan yang senantiasa mendengar rintihan doa-doa permohonan kita; bahkan sudah menyediakannya tanpa diminta. Maka bagi mukminin sejati, kewajiban mereka hanyalah bersyukur kepada-Nya. Senantiasa khusyu beribadat kepada-Nya, tidak terpengaruh oleh tipu daya syaitan.

Huzur kemudian memerinci betapa berkat dan karunia Allah tak terhingga ada di sekeliling kita. Bagaimana Dia sejak waktu yang tak terhingga sudah menyediakan berbagai bahan sandang, bahan pangan, sumber-sumber air minum, dlsb. Contohnya, adalah ulat-sutera, yang dapat diolah menjadi bahan pakaian mahal. Juga minyak mentah di perut bumi, yang memberi kemudahan [transportasi] bagi manusia di zaman modern ini.   Maka sungguh memprihatinkan apabila manusia, alih-alih bersyukur kepada Tuhan atas segala rahmat dan karunia-Nya itu, mereka malah berpaling daripada-Nya. Oleh karena itu, kaum Ahmadi hendaknya senantiasa bersyukur kepada Tuhan, sebagaimana Dia telah mengajarkannya. Bila kita merenungkan hal ini, wujud Tuhan yang diterangkan di dalam Al-Quran, dan yang telah diyakinkan oleh Rasulullah Muhammad Saw, adalah Tuhan pemberi rahmat dan karunia. Hanya Dia-lah sembahan kita.

Merujuk kepada ayat Quran di awal Khutbah, Huzur bersabda,   para arif billah sejati memberi kesaksian kepada kita dengan penuh suka cita bahwa memang tiada tuhan selain Allah, Rabbul-Alamin, Tuhan Semesta Alam. Tiada yang patut disembah selain Dia. Mereka itulah golongan orang-orang yang hanya memohon kepada-Nya. Tiada pernah menyeru kepada sesembahan lain.

 

Berpegang Teguh Pada Tali Allah

Huzur bersabda, Allah tidak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang sejati. Di zaman sekarang ini, sesuai khabar gaib Rasulullah Saw, demi menyaksikan keadaan dunia Islam yang carut-marut, Allah pun mengutus seorang Penyeru umat manusia untuk kembali kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Dengan mengutus Hadhrat Masih Mau'ud a.s., Allah mempermudah kemajuan rohani manusia.

Membacakan ayat 194 Surah Al-Imran (3:194): "Robbannaa innanaa sami'na munaa-diyayyuna diilil-iimaan an-aminu birobbikum fa-aamanna, robbana faghfirlana dzunuubanaa wa kaffir'anna syayyiatinaa wa tawaffanaa ma-al-abror ; yang artinya……………….;Huzur lebih lanjut menerangkan dan membuka rahasia pentingnya menyerahkan diri kepada Tuhan.

Huzur bersabda,  kita bersyukur atas adanya karunia Allah dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s., dan oleh karenanya berdoalah, bahwa dikarenakan kami sudah beriman kepada Imam Zaman, maka terimalah doa-doa permohonan kami. Jangan biarkan kami dalam keburukan. Dan bersihkanlah kami dari segala dosa.

Sehingga, ketika tiba waktunya hadir di hadapan Tuhan, kita dapat membuktikan sebagai orang-orang yang teguh imannya kepada seruan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., dan telah berjuang membersihkan keburukan-keburukan dunia.

Bertafakurlah dan periksalah diri apakah setelah mendengar seorang Penyeru, kesaksian kita dalam berserah diri kepada Allah benar-benar sudah sesuai dengan kenyataan ? Apakah kita sudah bersiteguh bahwa seruan Allah telah menjadi saksi ataukah sudah terpengaruh oleh lingkungan ?

Semoga Allah memudahkan setiap Ahmadi untuk sungguh-sungguh memahami dan mengamalkan doa-doa penting ini. Akan tetapi, hendaklah diingat, tidaklah cukup hanya dengan menyeru Allah agar kita termasuk orang-orang yang bertaqwa, namun tidak mawas diri apakah sudah sesuai dengan ajaran Hadhrat Masih Mau'ud a.s., ataukah tidak ?

 

Seruan Khalifah Seruan Untuk Seluruh Dunia

Manakala kita memohon pertolongan Allah, hendaknya diingat, bahwa petunjuk Tuhan meliputi seluruh dunia. Dari Benua Asia hingga Eropa dan Oseania. Pendek kata, seluruh semesta alam ada di dalam jangkauan-Nya. Manakala Dia berkehendak, Dia dapat membuat seorang manusia menjumpai-Nya, dan peraturan hukum-Nya pun dilaksanakan.

Menerangkan lebih lanjut hal penting ini, Huzur bersabda,   manakala beliau menyampaikan sesuatu khutbah atau pidato yang khas di suatu tempat, setengah orang Ahmadi menyangka bahwa nasehat petunjuk tersebut hanyalah untuk daerah itu saja. Pikiran keliru seperti itu janganlah menjadi sikap seorang   Ahmadi pun. Sebab, manakala suatu khutbah atau pidato berdasarkan petunjuk Ilahi disampaikan [oleh seorang Khalifah] hal ini berarti juga untuk seluruh Ahmadi di manapun mereka berada. Pemahaman yang benar ini akan membuat hubungan kita menjadi harmonis. Dari aspek ini saja kita dapat menjadi hamba Allah Yang Ahad, Rabbul-Alamin, Tuhan Semesta Alam.

Huzur menjelaskan, baru-baru ini beliau menyampaikan Khutbah Jumah mengenai masalah rumah tangga dan pidato di hadapan [Ijtima Nasional] Lajna Imaillah UK mengenai Pentingnya Menjaga Pardah. Tetapi kemudian mendapat khabar bahwa ada setengah kaum lelaki dan perempuan dari suatu bagian dunia yang keliru menyangka bahwa nasehat tersebut hanya untuk Jamaat UK saja.

 

Tontonlah MTA-Satellite Broadcasting or www.mta.tv

Dengan adanya berbagai kemudahan komunikasi seperti sekarang ini, dunia kita bagai menjadi satu tempat. Namun, hal ini pun membawa dampak buruk sedemikian rupa di mana-mana. Maka untuk memeranginya, Allah Taala telah mengaruniai kita dengan MTA (Muslim Television of Ahmadiyya), yang dengan perantaraannya perhatian setiap orang dapat langsung ditarik ke dalamnya, untuk memecahkan setiap permasalahan mereka. Pendek kata, manakala keburukan menyebar, seketika itu juga kebaikan menghadangnya.

Merujuk kembali kepada ayat Al-Quran yang telah dibacakan di awal Khutbah, Huzur bersabda, manakala kaum Muslimin diseru berdasarkan perintah Allah di dalam nasehat tersebut, sudah barang tentu, setiap orang Ahmadi akan merasa terikat di dalamnya.

Tujuan kita hendaklah agar menjadi orang-orang yang senantiasa mencari Rahmat dan Berkat-Nya agar menjadi hamba-Nya yang sejati, pewaris sorga al-Jannah. (89:30,31). Juga senantiasa bersyukur atas Karunia-Nya, agar kita mudah menjadi yakin dan beriman. Kita harus terus berdoa agar senantiasa dapat beramal-saleh (27:21) dan diberkati-Nya. Sebab, bagi mereka yang berdoa dan beramal saleh seperti itulah yang akan memperoleh Keridhaan-Nya (89:30, 31) serta memperoleh Karunia Khas-Nya. Adalah penting untuk diingat, bahwa agar doa-doa menjadi makbul, persyaratannya adalah beramal-saleh.

 

Jangan Bodoh Dalam Mencari Jodoh

Huzur bersabda, sesuai dengan hukum alam, janganlah memohon sesuatu yang di luar kepatutan; yang justru akan memperlihatkan kedunguan. Huzur menghubungkan hal ini dengan adanya seseorang yang mengirim surat kepada beliau, mengeluhkan bahwa Bidang Rishta Nata di Jemaatnya tidak berusaha membantu mencarikan jodoh baginya. Ketika Huzur meminta penjelasan hal ini [kepada Pengurus], dilaporkan kepada beliau, bahwa sudah beberapa wanita disampaikan kepadanya, namun tidak berhasil. Penyebabnya adalah, pemuda yang hanya lulusan setingkat SLTA tersebut menginginkan wanita lulusan pasca-sarjana (Master). Lalu meminta syarat uang kontan plus rumah untuk emas-kawinnya, dan pihak wanita yang menanggung biaya hidup sehari-hari, serta jangan disuruh bekerja. Huzur bersabda, orang semacam itu dapat dikategorikan sebagai sakit jiwa. Bidang Rishta Nata tak perlu menanggapinya lebih lanjut.

Ada juga setengah kaum lelaki yang pada awalnya tidak mensyaratkan sesuatu permintaan, tetapi setelah berumah-tangga sikapnya mulai seperti itu. Manakala mereka bermaksud meminta sesuatu kepada keluarga pihak istrinya, mereka pun mulai membuat berbagai masalah dan bersikap kasar atau mengancam. Semoga Allah memberi karunia. Sebab, orang seperti itu adalah orang bodoh yang menyulitkan dirinya sendiri. Karena, tak ada seorang manusia pun yang dapat menyulitkan Allah. Orang-orang seperi itu tidak memahami sifat Rubbubiyyat Allah Taala. Tidak menyadari, bahwa doa dapat membuka pintu-pintu rahmat. Bagi orang yang tidak memahami Tuhannya, dan luput dari kebaikan ini, hendaknya banyak-banyak berdoa seperti Nabi Ibrahim a.s. yang telah diberi pemahaman yang mantap, [ialah:"Rabbi habli hukmaw-wa-alhiknii bishaalihiin, waj-allii-lisana sidqin fil-aakhiriina; waj-alnii miw-warasati jannatin-naim"; yang artinya …………….  (Ayat 84, 85 dan 86 Surah Al-Shu'ara (26:84,85,86).

Huzur bersabda,  setiap orang hendaknya berusaha menegakkan kebenaran, dan agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang muttaqin sebagai hasil dari doa-doanya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Akan tetapi, tarbiyat dasar kebenaran haruslah senantiasa diingat oleh semua. Setiap orang hendaknya ingat akan hal ini: Bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran. Sehingga mereka pun mudah bersyukur kepada Allah atas segala Karunia-Nya. Dan menjadi pewaris Rahmat-Nya.

 

Senantiasa Ber-Istighfar

Huzur bersabda, manusia hendaknya sadar atas segala urusannya di siang hari, dan memeriksa diri pada malam hari, sejauh mana ia teguh dalam kebenaran. Bila ada kaidah ketakwaan dan kejujuran pada setiap hari dan malamnya, tentulah falah keberhasilan yang didapatkan. Bila tidak, maka doa-doa yang merujuk kepada sang Penyeru adalah menipu diri sendiri dan Allah.

Manusia tercipta dengan segala kelemahan dan kekhilafannya. Oleh karena itu, berusaha keraslah untuk menghindarinya dan memohon pertolongan Allah. Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Pengampun telah mengajari kita bagaimana cara memohon ampun melalui Istighfar. Dan Dia menerima Istighfar yang dipanjatkan dengan seikhlasnya dan dengan kerendahan hati.

Kita yang telah menerima kebenaran Imam Mahdi, berarti telah mengarahkan wajah kepada Tuhannya Muhammad Saw; Tuhan Semesta Alam; Harus berusaha keras menjalani kehidupan yang sesuai dengan perintah-Nya. Hanya kepada Allah-lah setiap Ahmadi berserah diri sedemikian rupanya sebagaimana Imam Zaman telah memberikan contohnya.

Di akhir Khutbah, Huzur membacakan beberapa sabda Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang berkaitan dengan topik pembahasan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...