Senin, 07 Januari 2008

”Yatlu Alaihim Ayatihi; Arti Ayat-ayat Allah”


--------------------------------------------------------
Ikhtisar Khutbah Jumah Hazrat Khalifatul Masih V Atba 28 Desember 2007, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK
--------------------------------------------------------

Huzur bersabda, Alquran mengemukakan nasib pelajaran yang menimpa berbagai kaum terdahulu bukanlah sebagai kisah belaka. Melainkan, beruntunglah mereka yang dapat mengambil pelajaran daripadanya. Berbagai macam peringatan telah diberikan kepada berbagai kaum. Maka sudah sepatutnya takut kepada Allah timbul di hati setiap orang. Namun, Allah adalah Maha Penyayang, Dia tidak hanya mengirimkan kabar takut, melainkan juga kabar suka. Setengah orang berkeberatan, bahwa Alquran penuh dengan ancaman, padahal rahmat karunia-Nya meliputi segala sesuatu; maka kewajiban manusia-lah untuk ber-Istighfar, memohon ampunan-Nya.


Adalah nasib baik bagi kaum Muslimin, bahwa Allah telah memberikan karunia khas-Nya kepada kita. Memberi tuntunan sebagaimana sunnah Rasulullah Saw. Maka kewajiban setiap orang Muslim untuk memperhatikan hal ini agar mereka dimasukkan sebagai kaum mukmin sejati. Beramal salih, sesuai kabar suka yang mereka terima dari Alquran.


Mereka membuat rencana, tapi Allah ta'ala pun telah menyiapkan rencana-Nya. Sedangkan Allah adalah sebaik-baik pembuat rencana...
====================================================================
”Yatlu Alaihim Ayatihi; Arti Ayat-ayat Allah”
Ikhtisar Khutbah Jumah Hazrat Khalifatul Masih V Atba
28 Desember 2007, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK

Huzur membacakan ayat 130 Surah Al Baqarah, kemudian menerangkan maksud Tanda-tanda Allah (“Aayah”) pada Khutbah Jumah beliau ini. Huzur bersabda, Jumah yang lalu beliau menerangkan kaitan doa Hadhrat Ibrahim a.s. (pada ayat tersebut di atas) yang merujuk kepada kedatangan Rasulullah Saw yang berberkat. Pada doa tersebut Hadhrat Ibrahim mengemukakan empat aspek utama nabi besar yang dimohonkan itu. Yang Huzur telah bahas adalah aspeknya yang pertama, ialah “yang akan membacakan Tanda-tanda Allah”. Dan juga telah menerangkan berbagai arti kata ‘Ayah’; yang salah satunya adalah peringatan atau ancaman.

Merujuk kepada ayat 60 Surah Bani Israil (17:60)
Artinya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.
Huzur bersabda, sesungguhnya Allah mengirim Tanda-tanda untuk memperlihatkan kebenaran para utusan-Nya dan juga kaum beliau. Dia menunjukkan mukjizat-Nya. Allah-lah sesungguhnya sumber segala kekuatan; Dia-lah Al-Aziz (Yang Gagah Perkasa). Manakala ayat-ayat Alquran sejenis ini memberikan peringatan kepada berbagai kaum terdahulu, hal ini berarti pula mengingatkan berbagai kaum zaman sekarang, khususnya bagi kaum Muslimin yang membaca Kitabullah ini (ahli Kitab). Oleh karenanya, hal ini merupakan hikmah pelajaran bagi mereka untuk dimengerti, bahwa Allah berkuasa untuk menunjukkan berbagai macam mukjizat-Nya dan juga mengirimkan hukuman-Nya, tetapi mereka mengabaikannya. Huzur bersabda, kaum Muslimin hendaknya merenungkan berbagai Tanda yang Allah telah berikan berkaitan dengan Abad Ke-empat belas (Hijriah). Janganlah mengabaikannya. Jangan serta merta menolaknya. Sebab, Allah Yang Maha Kuasa tidak pernah menyimpang dari sunnah-Nya. Dia telah menyatakan, bahwa Dia senantiasa mengirimkan Tanda-tanda peringatan untuk mengakhiri kejahiliyahan suatu kaum; Hal ini terus berlanjut, maka hendaknya mereka merenungkan hal ini dengan sebaik-baiknya.

Huzur bersabda, Alquran mengemukakan nasib pelajaran yang menimpa berbagai kaum terdahulu bukanlah sebagai kisah belaka. Melainkan, beruntunglah mereka yang dapat mengambil pelajaran daripadanya. Berbagai macam peringatan telah diberikan kepada berbagai kaum. Maka sudah sepatutnya takut kepada Allah timbul di hati setiap orang. Namun, Allah adalah Maha Penyayang, Dia tidak hanya mengirimkan kabar takut, melainkan juga kabar suka. Setengah orang berkeberatan, bahwa Alquran penuh dengan ancaman, padahal rahmat karunia-Nya meliputi segala sesuatu; maka kewajiban manusia-lah untuk ber-Istighfar, memohon ampunan-Nya.

Adalah nasib baik bagi kaum Muslimin, bahwa Allah telah memberikan karunia khas-Nya kepada kita. Memberi tuntunan sebagaimana sunnah Rasulullah Saw. Maka kewajiban setiap orang Muslim untuk memperhatikan hal ini agar mereka dimasukkan sebagai kaum mukmin sejati. Beramal salih, sesuai kabar suka yang mereka terima dari Alquran.

Membacakan ayat 10 Surah Bani Israil (17:10) Huzur bersabda, orang mukmin sejati adalah mereka yang mau mengambil pelajaran dari Kitabullah yang sempurna (Alquran), yang sarat dengan berbagai Tanda Ilahi. mengenai nasib yang menimpa berbagai kaum terdahulu, sekaligus nubuatan tentang apa yang akan terjadi di hari kemudian. Setelah menyadarinya, mereka pun beramal salih, sehingga meraih pahala yang besar.

Mengacu kepada berbagai tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., Huzur bersabda, Tanda-tanda Allah terdiri dari dua macam; pertama adalah peringatan/ancaman, dan yang kedua adalah kabar suka atau berkah kebaikan. Jenis yang pertama (ancaman/peringatan) adalah bagi mereka yang tidak beriman, fasik atau zalim, berlaku seperti Firaun; Aspek ini adalah agar mereka menjadi sadar. Jenis lainnya dari Tanda Allah adalah bagi mereka yang rendah hati dan tawadhu. Tujuannya agar membuat mereka menjadi jera, bukan untuk menakut-nakuti. Seorang mukmin sejati mengembangkan keimanan dan kerohaniannya dengan bantuan berbagai Tanda Ilahi. Kecemasan alami mereka menjadi sirna, tergantikan oleh ketenteraman, sehingga mereka pun dapat terus mengembangkan keimanan dan kerohanian mereka hingga ke taraf haqqul-yaqin. Alquran memiliki berbagai Tanda Ilahi ini banyak ragamnya. Sekaligus janji abadi bagi mereka yang sungguh-sungguh beriman kepada Alquran niscaya akan dapat terus menemukan berbagai Tanda-tanda-Nya ini.

Huzur membacakan ayat 65 Surah Yunus (10:65), kemudian bersabda, menunjukkan berbagai Tanda kebenaran-Nya sudah merupakan keunggulan tersendiri dari ayat-ayat Alquran. Allah telah mengemukakan di berbagai tempat dan rujukannya di dalam Alquran nasib baik mereka yang beriman setelah menyaksikan kebenaran Tanda-tanda Allah.

Di dalam Surah Ibrahim ayat 6 (14:6), saat Musa a.s. dikemukakan mengenai kesabaran dan rasa syukur beliau a.s. atas umatnya. Ini pun mengandung Tanda-tanda Ilahi bagi kaum Muslimin. Sabar dan bersyukur bukan berarti berdiam diri. Melainkan justru proaktif memuliakan berbagai karunia Allah dengan mensyukuri dan menikmatinya. Maka kaum Rasulullah Saw – yang Shariatnya lebih mulia dbanding syariat Musa a.s., dan telah disempurnakan oleh Allah Taala – sepatutnya lebih sabar dan lebih bersyukur dibanding kaum Musa a.s. Mereka diberkati Allah selama mereka bersyukur. Hal ini menunjukkan, sabar dan syukur memerlukan amalnya yang nyata. Konsistensi (istiqamah) diperlukan dalam Jihad Akbar sesuai ajaran Alquran, yakni senantiasa memperbaiki diri sekaligus bertabligh menyampaikan kebenaran kepada yang lain. Pada zaman akhir ini, tiada karunia yang lebih besar selain datangnya Imam Mahdi/Imam Zaman yang tampil di saat Islam sedang berada di dalam segala kelemahannya. Beliau inilah khadim sejati Rasulullah Saw yang telah mengusir kegelapan dengan pendaran cahaya yang lebih berbinar dibanding Musa a.s.. Huzur bersabda, perbaikan atas kerugian besar yang sedang menimpa kaum Muslimin tergantung kepada sikap penghargaan mereka terhadap kedatangan Imam Mahdi/Al-Masih Yang Dijanjikan ini. Semoga Allah memberi kemampuan kepada setiap orang untuk mengindahkan hal ini.

Mengacu kepada ayat 66 Surah Al Nahl (16:66) Huzur bersabda, maksud 'mengirimkan air' di dalam ayat ini adalah bagi mereka yang menerima Tanda-tanda Ilahi. Yakni, sebagaimana air menghidupkan yang mati di bumi, terkait dengan mendengar dan taat – dan ayat ayat Alquran berikutnya – sebagaimana Alquran adalah sumber petunjuk, maka 'air' di sini adalah air kehidupan rohani melalui petunjuk di dalam Alquran. Sesungguhnya, air kehidupan yang tersuci-murni adalah yang dibawakan oleh Rasulullah Saw. Yakni cairan infus Qurani yang menghidupkan. Kaum Muslimin yang menolak kedatangan seorang Khadim sejati Rasulullah Saw berarti menafikkan diri mereka sendiri dari karunia air kehidupan rohani ini.

Membacakan ayat 104 Surah Hud (11:104) Huzur bersabda, kaum mukminin sejati adalah mereka yang manakala dibacakan ayat-ayat Quran yang bernada ancaman dan nasib yang telah menimpa kaum terdahulu, adalah mereka yang jiwanya menjadi gentar, dan berusaha menghindari berbagai pelanggaran batas.

Huzur bersabda, kita menyaksikan dalam contoh kehidupan Rasulullah Saw, betapa beliau berdoa mohon dilindungi dari pengaruh cuaca buruk. Kaum mukminin yang mengambil pelajaran dari hal ini akan bersikap tawadhu dan gentar di dalam qalbu mereka. Semoga hal ini difahami oleh setiap orang umat beliau Saw dengan segenap kesungguhan hati mereka; dan semoga Allah memudahkan setiap Ahmadi untuk besikap lebih daripada yang lain.

Selanjutnya Huzur bersabda, kita senantiasa berdoa untuk negara Pakistan. Sebagaimana tiap orang sudah mahfum, situasi di sana kini sudah tidak karuan. Pemerintahan memang ada, tetapi tinggal nama. Kaum terroris dan extrimis tampak merajalela. Perusakan nama baik telah dilakukan terhadap Islam atas nama Islam. Padahal Rasul Islam Saw telah bersabda, seorang Muslim yang membunuh sesama saudara Muslimnya berarti bukan Muslim. Setiap hari puluhan orang tewas dengan sia-sia. Anak-anak menjadi yatim piatu. Dan kaum wanita menjadi janda. Tetapi mereka tetap tidak sadar. Doakanlah mereka agar Allah Swt menyadarkan mereka. Kaum Ahmadi telah mengorbankan jiwa raganya demi untuk kelahiran dan mempertahankan kemerdekaan negara Pakistan. Maka adalah dikarenakan 'hubbul-wathon' jika kini kaum Ahmadi kembali bersimpuh di hadapan Allah. Karena tiada kekuatan lain selain dari doa. Kaum Ahmadi yang berada di Pakistan maupun di luar negeri seyogyanya mendoakan negara Pakistan. Adalah para Ahmadi Pakistani yang telah membawakan tabligh Islam Ahmadiyah kepada kaum yang lain; menunjuki mereka jalan lurus, dan membawa mereka kepada sumber air kehidupan rohani. Maka sebagai balasannya, hendaknya setiap Ahmadi di seluruh dunia mendoakan kaum Ahmadi di Pakistan.
Namun, kaum Ahmadi di Pakistan pun hendaknya berdaya upaya untuk menyadarkan masyarakat yang berada di lingkungan mereka masing-masing akan berbagai kekeliruan yang telah mereka lakukan. Mengapa mereka tidak menghargai negara yang telah dikaruniakan Tuhan bagi mereka. Huzur bersabda, maka kewajiban para Ahmadi untuk menyampaikan pesan tabligh Islam Ahmadiyah di manapun ada kesempatan.
Untuk itu Huzur menghimbau agar banyak-banyak mendoakan mereka, karena situasi di sana semakin kritis. Alih-alih bereaksi dengan saling membom dan menembak, baiklah mereka mencari solusi untuk menghindari berbagai kekacauan dan pelanggaran hukum. Sudah puluhan orang tewas setiap harinya.
Adalah kewajiban kita untuk mendoakan agar Allah memberi mereka akal sehat. Meskipun dalam situasi kacau balau, pihak-pihak yang keliru janganlah mengambil kesempatan, agar hukuman Ilahi tidak segera mendera mereka. Ini agar orang-orang yang tidak berdosa, terutama anak-anak dapat terselamatkan.
Semoga Allah segera memberi kedamaian kepada negara ini.

transltByMMA/LA010408; Edited byMP.BudiR/MarkazJAI
Please note: Department of Tarbiyyat, Majlis Ansarullah USA takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...