Selasa, 17 Juni 2008

Paska SKB Ahmadiyah, Kekerasan tidak kunjung reda..

SKB yang diterbitkan pemerintah menyusul maraknya desakan kelompok-kelompok anti ahmadiyah, diklaim sebagai upaya solusi damai atas konflik horizontal yang tengah berkembang. Di satu sisi tuntutan konstitusi atas kebebasan berkumpul dan berserikat begitu tegasnya dan mutlak tanpa dapat ditawar. Di pihak lain massa yang mengatas-namakan mayoritas umat islam, dengan mengusung isu agama diperkuat dengan UU PNPS 1965 tentang penodaan agama, tidak kurang desakannya kepada pemerintah untuk segera membubarkan Ahmadiyah. Bukan hanya mendesak, bahkan juga sampai mengancam.



Isyu kekerasan dikesampingkan begitu saja. Ancaman hukum pidana dianggap sepi. Bahkan mereka balik menuding pihak lain, ahmadiyah, juga telah melakukan kekerasan. Fakta berbicara sebaliknya, ahmadiyah adalah justru korban kekerasan, bukan pelaku. Hingga hari ini pun warga Ahmadiyah masih kerap mengalami intimidasi dan ancaman dari pihak-pihak yang benci. Salah satu kasus adalah seperti yang menimpa warga ahmadiyah di Parakansalak-Sukabumi. Setelah mesjidnya dibakar, hingga kini warga ahmadiyah disana belum lagi mendapatkan kembali ketenangan hidupnya. Teror masih kerap diterima. Berikut ini saya kutip berita dari kompas online. Kasus yang lain, tentunya masih sangat banyak, bahkan terlalu banyak untuk dimuat di surat kabar..


Rabu, 11 Juni 2008 | 17:53 WIB

SUKABUMI, RABU - Bupati Sukabumi, Jawa Barat, Sukmawijaya, memerintahkan jajarannya dan masyarakat Desa Parakansalak untuk mencopot stiker 'Non Ahmadiyah'. Menurut Bupati, penempelan stiker tersebut akan memperkeruh suasana di Parakansalak. "Stiker itu harus secepatnya dilepas. Di tengah kondisi seperti ini, pengkotak-kotakan harus dihindari," kata Sukmawijaya, Rabu (11/6).

Stiker berbunyi 'Keluarga besar Muslim Ahlu Sunah Wal Jamaah, Non Ahmadiyah' tertempel di seluruh rumah penduduk Parakansalak yang bukan merupakan anggota Jamaah Ahmadiyah Indoensia (JAI) usai keluarnya surat keputusan bersama. "Stiker itu ternyata tidak jelas dari mana sumbernya. Kita takut, jangan-jangan orang lain yang memasang dengan mengatasnamakan warga, tetapi tujuannya untuk memperkeruh suasana," kata Sukmawijaya.

Warga Ahmadiyah dan bukan Ahmadiyah hidup membaur dalam satu kompleks di pemukiman Parakansalak. Selama ini, mereka hidup bersama tanpa ada masalah.

Agustinus Handoko
Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network

Source: www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...