Kamis, 25 September 2008

PUASA DAN PENGORBANAN


Ibadah puasa sangat erat hubungannya dengan pengorbanan. Seseorang yang berpuasa dituntut untuk mengorbankan sebanyak mungkin segala hasrat / keinginannya selama waktu tertentu. Makan, minum dan menggauli istri itu semua kebutuhan dasar manusia. Sangat mendasar hingga terkait langsung dengan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Tanpa itu kelangsungan manusia tidak akan bertahan lama. Dapat dibayangkan bila seseorang tidak menemukan makanan dan minuman, dalam tempo beberapa hari saja kualitas hidupnya akan segera habis. Demikian pula terjadi bila manusia tidak mengadakan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, tentu lama kelamaan akan punah juga seperti halnya nasib beberapa satwa langka.

Dalam ibadah puasa justru semua hal asasi itu yang dikorbankan. Kita diperintahkan untuk meninggalkan semua hal mendasar penunjang keberlangsungan hidup kita. Seolah Allah swt. meminta kepada kita untuk belajar mengorbankan bahkan kehidupan kita sekalipun. Bentuk pengorbanan yang terus menerus dicontohkan oleh para nabi Allah dari masa ke masa.

Puasa bertujuan membentuk manusia-manusia bertaqwa. Pengorbanan merupakan salah satu indikator ketaqwaan yang sangat utama. Firman-Nya:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

"yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (Al-baqarah:2)

Sekarang ini banyak sekali orang berpuasa tanpa mengenali hakikatnya. Akibatnya, setiap tahun berpuasa tanpa ada makna berarti dalam dirinya. Sebagaimana sabda nabi saw. "Begitu banyak yang berpuasa, namun tiada mereka dapat melainkan hanya sekedar lapar dan dahaga".

Sekarang ini jiwa pengorbanan sedemikian lemahnya dalam diri orang-orang islam. Untuk membangun sebuah mesjid-pun sampai harus meminta sumbangan di jalan-jalan raya. Orang-orang kaya memberi zakat dan sumbangan hanya untuk kepentingan "riya". Orang-orang miskin mempertaruhkan jiwa hanya untuk uang beberapa rupiah saja. Kita sangat prihatin dengan nasib para korban "zakat maut" di Pasuruan beberapa waktu lalu.

Jiwa pengorbanan adalah bagian tak terpisahkan dalam diri seorang muslim sejati. Kita lihat pada jaman nabi saw. para sahabat nabi juga kebanyakan hidup dalam kemiskinan. Namun kemiskinan itu tidak membuat mereka berebut zakat seperti yang terjadi sekarang. Kemiskinan tidak menghalangi mereka untuk berkorban. Nabi saw. sendiri malah memilih kehidupan "miskin" sepanjang hidupnya sehingga beliau tidak pernah dapat membayar zakat harta. Dan nabi banyak menyatakan kecintaannya kepada kaum miskin dan du'afa.

Apakah sekarang ini tidak mungkin lagi untuk mencontoh nabi dan para sahabatnya? Atau apakah islamnya nabi sudah tidak sesuai lagi pada zaman ini? Na'uzubillahi min zalik.. Demi ALLAH islam adalah agama yang paripurna. Yang ajarannya tidak akan berubah lagi hingga akhir masa. Yang perlu masa sekarang ini hanyalah penyegaran. Tidak perlu suatu ajaran baru. Permasalahannya sekarang bagaimana cara menyegarkan kembali "taman" islam setelah begitu lama ditinggalkan oleh pemilik kebunnya? Anda benar, harus ada tukang kebun yang lain untuk mengurusi taman itu. Dan ini adalah janji Allah Ta'ala bahwa dia tidak membiarkan umat ini dalam keadaan kehancuran melainkan Dia akan senantiasa memeliharanya dengan berbagai cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...