Senin, 25 Mei 2009

Buku Hidden Agenda PKS "Ilusi Negara Islam" Beredar di Internet


Buku "Ilusi Negara Islam" menghilang dari toko-toko buku. Padahal baru saja diluncurkan. Beberapa toko buku menolak menjual buku tersebut karena diteror. (Lihat detiknews.com Jumat, 22/05/2009)
Hal ini tentu saja menimbulkan tanda tanya besar. Siapa pihak meneror para penjual buku hingga mereka enggan menjual buku tersebut?? Pihak mana lagi yang paling berkepentingan dengan isi buku tersebut dan memang menjadi topik bahasan utama.

Apa saja isi buku tersebut hingga menuai kontroversi? Apakah anda penasaran seperti saya? Memang siapapun akan merasa tertarik atau tertantang membaca buku yang sangat aktual dan fenomenal seperti itu. Sayang kita mungkin akan harus mengurungkan niat membacanya berhubung adanya upaya untuk menghilangkan buku tersebut dari pasaran.

Tapi, tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup seorang pejuang.. Setelah mencari dengan susah payah.. (seolah-olah..) akhirnya kutemukan juga orang baik yang mau berbagi bukunya dengan semua orang. Buku langka ini ternyata tersedia gratis di internet dalam bentuk PDF. Nah jika anda penasaran silahkan ikuti saja URL berikut ini:

http://www.bhinnekatunggalika.org/downloads/ilusi-negara-islam.pdf

Saya sangat bersyukur karena akhirnya dapat membaca buku tersebut. Dan semoga saja dapat bermanfaat bagi semua..

Bila anda agak malas atau belum sempat baca, anda dapat juga baca resensi singkatnya di blog ajaran

2 komentar:

  1. Buku 'Ilusi Negara Islam' Mengadu Domba Ummat
    By Republika Newsroom

    YOGYAKARTA -- Peneliti Yogyakarta, Dr Zuli Qodir, Adur Rozaki MSi, Laode Arham SS, Nur Khalik Ridwan SAg melakukan protes terhadap buku 'Ilusi Negara Islam' yang diterbitkan The Wahid Istitute, Maarif Institute dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika. Buku tersebut dinilai tidak sesuai dengan apa yang mereka teliti dan isinya mengadu domba umat Islam.

    ''Saya tidak berani lagi pulang ke Madura, karena terbitnya buku ini. Bisa-bisa saya dikalungi clurit karena buku ini mengadu domba umat Islam,'' kata Abdur Rozaki di Kantor Republika Yogyakarta, Senin (25/5).

    Dijelaskan Zuli Qodir, isi buku 'Ilusi Negara Islam' bukan merupakan hasil penelitiannya meskipun mereka disebut sebagai penelitinya. Sebab isi dari buku tersebut telah menyimpang dari apa yang mereka teliti. Selain itu, pihaknya juga tidak dilibatkan dalam proses penerbitan.

    ''Kami tidak pernah diajak dialog di dalam proses menganalisis data dan membuat laporan peneliltian sampai penerbitan menjadi sebuah buku,'' kata Zuli.

    Bahkan, lanjut Zuli, dalam proses pengumpulan data, beberapa nama yang dicantumkan dalam buku tersebut sebagai peneliti jauh hari sudah mengundurkan diri namun masih dicantumkan, seperti Khalik Ridwan dan Abdur Rozaki. Sehingga keduanya sudah tidak terlibat lagi dalam tahap penelitian mulai dari pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan hingga penerbitan buku.

    Kata Zuli, tujuan penerbitan buku 'Ilusi Negara Islam' telah bergeser dari riset yang semula bertujuan akademik kepada politis. Kondisi ini diperkuat hampir semua peneliti daerah yang namanya tercantum dalam buku tersebut tidak pernah diajak untuk berdialog menganalisis temuannya dalam kerangka laporan hasil penelitian yang utuh.

    ''Para peneliti daerah namanya dicatut hanya sebagai legitimasi politis dari kepentingan pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari //Lib for All,// Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku ini.

    Karena itu, peneliti Yogyakarta menuntut kepada //Lib for All// untuk menarik peredaran buku tersebut jika tetap mencantumkan nama-nama peneliti Yogyakarta. ''Kami menghimbau kepada para peneliti dan intelektual Indonesia untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah diperalat dan dimanipulasi oleh kepentingan agen intelektual asing yang bekerja di Indonesia,'' tandas peneliti Yogyakarta.

    Bahkan yang aneh dari peneribatan buku tersebut adalah pencantuman KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur sebagai editornya. Padahal selama ini Gus Dur terganggu penglihatannya sehingga tidak mungkin Gus Dur bisa mengeditnya. ''Ini sudah kebablasan,'' kata Abdur Rozaki.

    Sementara Ahmad Suadey, Direktur The Wahid Institute kepada Zuli Qodir mengirim SMS bahwa dirinya tidak tahu persis isi buku 'Ilusi Negara Islam' yang diterbitkannya. Karena itu, dirinya merasa kaget ketika mendapat protes dari peneliti Yogyakarta.

    ''Aku malah baru tahu ini. Kalau gitu perlu klarifikasi ke //Lib for All.// Kalau perlu teman-teman bikin nota protes tertulis. Aku gak keberatan karena saya tidak berhubungan dengan isi sama sekali,'' kata Ahmad Suaedy. -hep/ahi

    BalasHapus
  2. Thanks buat Anonymous atas infonya..

    BalasHapus

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...