Rabu, 28 Oktober 2009

BENCANA ALAM ATAU HUKUMAN ILAHI?

Oleh: Hadhrat Mirza Tahir Ahmad(r.h.)

(Bagian 4)

Rangkaian tulisan ini diterbitkan pertama kali dalam Al-Furqan, Rabwah, Pakistan tahun 1976. Tiga bagian pertama berhubungan dengan bagaimana hukum-hukum alam digunakan oleh Tuhan untuk menjatuhkan hukuman telah diterbitkan dalam terbitan-terbitan Ahmadiyya Gazette sebelumnya. Tulisan sekarang melanjutkan untuk menguji apa perbedaan antara hukuman Ilahi dengan bencana alam – satu pertanyaan yang sebagian dibahas dalam terbitan Juni 1994.

Ciri-Ciri Khas Hukuman (Azab) Ilahi

Pertanyaan yang kini timbul adalah bahwa jika para penentang Adam(a.s.) disapu dari permukaan bumi; jika tak ada tanda keberadaan dari semua orang yang menolak Nuh(as.); jika orang-orang yang mengejar Musa(a.s.) ditenggelamkan oleh air sungai Nil; jika para penentang Daud(a.s.) dimusnahkan; dan jika orang-orang yang beriman kepada Isa(a.s.) unggul atas orang-orang yang menolak beliau sedemikian rupa hingga yang sedikit menjadi banyak; yang diperintah menjadi yang memerintah dan yang teraniaya, majikan – maka mengapa hukuman dari langit yang bekerja dengan mukjizat sedemikian rupa dalam mendukung nabi-nabi terdahulu hal semacam itu tak ada dalam mendukung Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) yang merupakan Penghulu Para Nabi dan yang paling sempurna dari para rasul? Mengapa keunggulan lahiriah yang didapatkan oleh yang terakhir ini atas para penentangnya adalah jauh lebih singkat dari pada hasil yang didapatkan oleh orang-orang yang mengimani Nabi Isa(a.s.) dalam beberapa abad pertamanya sesudah peristiwa penyaliban atas orang-orang yang menolak Nabi Isa(a.s.)?

Dalam menanggapi pertanyaan di atas, masalah utama untuk diingat adalah bahwa tak ada tempat dalam Kitab Suci Al-Qur-an yang mendakwakan bahwa tujuan dari hukuman Ilahi adalah selalu, tanpa kecuali, kemusnahan bangsa penentang. Walaupun ia merujuk pada beberapa bangsa semacam itu yang kehancurannya telah ditakdirkan, ini tidak ditakdirkan sebagai keputusan Tuhan yang mutlak.

Sungguh! Jika ada keputusan mutlak, itu hanyalah bahwa sebagai hasil (akibat) dari hukuman Ilahi, para pengikut nabi-nabi mengungguli para penentangnya. Sesudah kemenangan ini, sebagian dari para penentang terlindungi tapi dalam perlindungan ini juga kita kadang-kadang menemukan beberapa segi kemalangan. Kita menjumpai banyak suku nomadic (pengembara) di dunia ini dan banyak orang yang tinggal di padang belantara yang hidup dengan susah payah yang keberadaannya benar-benar sengsara dan tak beruntung. Jika sejarah masa lalu mereka bersama-sama dikutip dengan cermat, itu benar-benar masuk akal bahwa sebagai hasil dari penolakan terhadap seorang nabi yang diutus kepada mereka, para leluhur mereka mendapat laknat dan dibiarkan hidup kemudian untuk menyajikan pelajaran bagi umat manusia. Bagaimanapun, ini bukan merupakan sesuatu yang orang dapat jangkau dan membuktikan untuk menghilangkan keraguan tapi itu merupakan perkiraan dan kemungkinan.

Sejauh hubungannya dengan sejarah, Kitab Suci Al-Qur-an menyajikan contoh kaum Yahudi. Pemeliharaan ras Yahudi merupakan satu contoh hukuman serupa itu. Menurut nubuwatan Kitab Suci Al-Qur-an, kisah kehinaan mereka dan nama buruk mereka akan terpelihara hingga akhir masa. Dalam hubungan ini, Kitab Suci Al-Qur-an menguatkan bahwa Nabi Isa(a.s.) telah diberikan kabar suka mengenai keunggulan para pengikut beliau atas orang-orang yang ingkar: Dan Aku akan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau di atas orang-orang yang mengingkari engkau hingga hari kiamat. (QS 3:56)

Nubuwatan ini dipenuhi dengan keagungan sekitar tiga abad sesudah kewafatan Nabi Isa(a.s.) dan memberikan bukti terhadap kebenaran Kitab Suci Al-Qur-an. Yang paling mengherankan bahwa tak ada Injil tidak pula kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya mengandung suatu rujukan tentang nubuwatan ini walaupun ini begitu penting sehingga Alkitab (Bible) paling tidak, seharusnya paling utama mengisahkannya. Dengan itu mungkin, Alkitab diam tapi Al-Qur-an menyebutkannya. Sejak waktu itu hingga sekarang, sejarah dunia memberikan kesaksian dalam mendukung Kitab Suci Al-Qur-an, dalam masa lalu, kita boleh menemukan bahwa satu jenis lain dari hukuman Ilahi adalah bahwa satu bangsa dapat menerima kemurkaan Ilahi dan hingga hari kiamat tetap dalam keadaan tak beruntung hingga tak dapat bangkit kembali ke arah kejayaan yang terdahulu.

Satu pertanyaan sekilas adalah bahwa mengapa pada zaman ini kaum Yahudi telah berkuasa atas satu kawasan Muslim dan bagaimana mereka dapat mengatur untuk mendirikan pemerintahan yang kejam dalam jantung dunia Islam? Ini bukan tempatnya untuk membahas masalah ini secara rinci tapi cukuplah untuk mengatakan bahwa Kitab Suci Al-Qur-an berisi nubuwatan mengenai kemenangan sementara ini. Satu maksud yang disajikan dengan nubuwatan ini adalah bahwa hal itu hendaknya menjadi jelas bagi bangsa Yahudi dan masyarakat dunia bahwa kemurkaan Allah Ta’ala bukan merupakan tindak kezaliman atau kesewenang-wenangan di pihak Tuhan. Tapi karena tingkah laku bangsa Yahudi telah menjadi begitu jahat dan mereka telah menjadi hati batu (keras hati) sehingga jika mereka sebentar saja memperoleh kekuasaan, mereka tentu akan melakukan kekejaman dan kezaliman yang amat sangat. Oleh sebab itu, mereka tidak berhak mendapatkan kekuasaan duniawi di tangan mereka.

Ketika kita merenungkan masalah ini, hal pertama yang kita temukan adalah, apa maksud yang akan menjadi pemenuhan janji Tuhan kepada para nabi mengenai kemenangan mereka. Kecuali jika kita memisahkan masa yang diperlukan bagi keunggulan yang didapatkan seorang nabi dan para pengikut beliau, kita tidak dapat sampai pada suatu kesimpulan.

Kita kembali pada persoalan mendasar bahwa mengapa tak ada hukuman Ilahi yang ditimpakan kepada para penentang Nabi Suci Muhammad(s.a.w.)? Satu tanda semacam itu tak diragukan lagi akan memberikan keunggulan kepada agama Nabi(s.aw.) atas para penentang beliau. Jika Nabi Suci(s.a.w.) diutus untuk seluruh umat manusia, satu keunggulan yang didapatkan atas bangsa-bangsa Arab saja sukar memuaskan akal. Hari ini, empat belas abad sesudah kedatangan Nabi Suci Muhammad(s.a.w.), keadaan kaum Muslimin adalah sedemikian jika dibandingkan dengan kaum Kristen saja, dan kami memberikan peluang pada anda untuk memikirkan kaum-kaum lainnya, kaum Muslimin tampak rendah dalam segala seginya. Adalah kaum Kristen yang menikmati kekuatan jumlah orang, keunggulan modal, kekuasaan politik dan kebesaran militer. Sama halnya, dalam intelektual, bidang budaya dan kemasyarakatan juga, kaum Kristen memimpin sedangkan kaum Muslimin tampak dipimpin.

Ketika kita merenungkan masalah ini, hal pertama yang terpaksa kita jumpai adalah, maksud apa yang akan menjadi bagi pemenuhan janji Tuhan kepada para nabi mengenai kemenangan mereka. Kecuali jika kita memisahkan masa yang diperlukan bagi keunggulan yang didapatkan seorang nabi dan para pengikut beliau, kita tidak dapat sampai pada suatu kesimpulan. Ketika kita kaji sejarah nabi-nabi terdahulu dari segi ini, kita membuktikan bahwa walaupun kemenangan dapat dengan jelas terlihat sebagai titik puncak, tampak tak ada masa yang khusus yang menyajikan petunjuk prinsip yang dapat diterapkan dalam setiap dan masing-masing kasus (kejadian).

Ambillah sebagai contoh, kemenangan ajaran Kristen. Selama tiga abad sesudah pendakwaan Nabi Isa(a.s.), ajaran Kristen tampak sebagai sebuah perahu yang sedang digoyang naik dan turun, serta turun dan naik, dengan tak ada akhir dalam pandangan. Itu melalui banyak tahapan ketika kaum Kristen dikuasai oleh musuh yang kuat dan kejam dan mereka terpaksa mencari perlindungan di gua-gua dan lorong-lorong bawah tanah. Lorong-lorong bawah tanah ini mengingatkan kita pada Ashabul Kahfi, yakni para penghuni gua, yang masih ada [bekas-bekasnya] di Eropa dan yang lebih populer dikenal sebagai katakombe yang jauhnya (panjangnya) bermil-mil. Labirin (susunan rumit) dari katakombe ini adalah begitu kompleks dan gelap sehingga walaupun dengan sarana-sarana penerangan modern, kumpulan pengunjung terpaksa mengikuti petunjuk dalam Indian file untuk melihatnya.

Bahkan kemudian sebagian pengunjung kehilangan jalannya dan terjebak dalam labirin itu. Namun, lorong-lorong kegelapan yang sama merupakan penerangan dan diterangi oleh kehadiran kaum Kristen yang teraniaya yang mengimani Tauhid Ilahi. Mereka merupakan kaum yang menghadapi bahaya yang sedang menunggu di atas tanah yang adalah jauh lebih menakutkan dan mengerikan dari pada bahaya di bawahnya. Kadang kala mereka tinggal dalam lorong-lorong ini selama bertahun-tahun dan tidak sesaatpun ingin melepaskan keimanan mereka tanpa takut kepada musuh. Selain itu, begitu sejarah Romawi berubah dan bertukar, apakah lebih baik atau lebih buruk, kaum Kristen akan muncul untuk menghirup udara segar dan satu masa kelonggaran dan kemudian ketika kekejaman memerintah hari itu, mereka akan menyelam (bersembunyi) seakan-akan untuk hibernasi (tidur di musim dingin). Itu berlanjut seperti ini hingga berbagai bentuk kemalangan bertumpuk atas kesengsaraan Kerajaan Roma dan mencapai puncak kejatuhannya. Dunia kemudian melihat ajaran Kristen timbul dari katakombe-katakombe bawah itu. Mereka menjadi dasar dan susunan tertinggi dari menara-menara kemajuan yang agung. Hari ini, hiasan langit yang mereka dirikan dapat dilihat sedang berbicara di langit. Itu merupakan perwujudan keagungan Tuhan yang mengherankan, oleh sebab itu, satu kaum yang tidak dapat hidup untuk pesan Tuhan di permukaan bumi dan alih-alih hidup dalam keterbukaan, lebih suka, demi jalan Tuhan, tinggal dalam relung-relung, dan perhentian dan celah kegelapan bawah tanah, Tuhan mengunggulkan mereka secara lahiriah. Bukan hanya menara-menara keagungan mereka tampak sedang berbicara di langit tapi mereka sendiri berhubungan melaluinya. Sewaktu-waktu ‘langkah raksasa kemanusiaan’ mereka mencap permukaan bulan. Kadang kala, semburan roket kapal-kapal angkasa mereka yang mengitari planet. Sejauh hubungannya dengan hakikat kejadian-kejadian itu, walaupun dari segala ukuran manusiawi tampaknya hampir tak mungkin dan tak dapat dipahami bahwa tiga abad sesudah kewafatan Nabi Isa(a.s.) (Yesus) kaum Kristen yang tak berdaya ini akan meraih keberhasilan yang gemilang dan pada suatu terlihat sedang menguasai bumi dan angkasa, namun kenyataan masalahnya adalah bahwa yang tak mungkin telah menjadi mungkin.

Nabi Isa(a.s.), tentu saja, diutus sebagai seorang rasul untuk Bani Israil saja. Bangsa-bangsa lain telah menggunakan kekuatannya dalam menekan pesan ajaran Kristen, itu adalah mungkin sekali bahwa ajaran Kristen telah membatasi dirinya pada suku-suku Israel saja, walaupun ia mungkin juga selama itu telah melangkah maju, ia mungkin juga telah menciptakan beberapa jalan lain di kiri dan kanan. Tapi, bila saja bangsa-bangsa lain telah mendekati ketentuan Tuhan yang tak dapat diubah: Pasti, Aku akan menang, Aku dan rasul-rasul-Ku. (QS 58:22) mereka akan dilanda ketakutan, menderita kerugian, menempuh jalan kekalahan bagi diri mereka sendiri dalam setiap makna kata.

Dalam hal ini, tak ada dasar bagi keraguan dalam kenyataan ini, yang dapat dibuktikan dari kesaksian Perjanjian Baru, ajaran Kristen merupakan pesan kehidupan untuk bangsa tertentu saja dan satu ras yang khusus. Pesannya adalah untuk masa tertentu juga. Dengan demikian, ia tak pernah dimaksudkan jadi pesan untuk seluruh alam. Bahkan tidak ada isyarat bahwa ajaran Nabi Isa(a.s.) seperti yang terkandung dalam Perjanjian Baru dimaksudkan untuk ditujukan bagi seluruh dunia atau berlaku bagi segala zaman.

Kini, kita mencatat bahwa dalam masalah Nabi Isa(a.s.), yang adalah Seorang rasul bagi Bani Israil (QS 3:50) diperlukan tiga abad untuk mencapai tujuan. Bahkan kemudian kaum Kristen tidak sepenuhnya berjaya. Sungguh, mungkin benar untuk mengatakan bahwa kemudian, sarana-sarana kemenangan sepenuhnya telah didapatkan.
Pendakwaan Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) adalah Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah bagi kalian semua. (QS 7:159). Dengan perkataan lain, bagi kalian semua, apakah kalian berasal dari timur atau barat, apakah kalian putih, coklat atau hitam atau warna kulit lainnya, bagi kalian, aku telah diutus sebagai rasul Tuhan. Dalam mencapai tujuan yang demikian agung dan tinggi itu, dan untuk ajaran yang begitu agung bagi seluruh dunia, adalah masuk akal bahwa masa yang lebih panjang dari pada tiga ratus tahun untuk para pengikut Yesus akan ditetapkan.
Ketika kita mencari petunjuk dari Kitab Suci Al-Qur-an dan Hadits, kita melihat bahwa kemenangan Islam dapat dibagi dalam dua zaman berbeda. Kebangkitan pertama Islam secara nyata adalah berhubungan dengan lahirnya Islam dan zaman itu diawali tepat pada masa Nabi Suci(s.a.w.) pembawa agama Islam, dari masa itu ditakdirkan perkembangannya [lalu] menurun dan tertahan.

Dalam masa kemunduran dan ketidak mampuan lahiriah ini, Islam akan menghadapi bahaya besar, ketika hari-harinya akan tampak sebagai malam yang sedang menjelang. Sesudah tahap yang berlarut-larut ini, Allah Ta’ala, dengan anugrah dan karunia-Nya yang tak terbatas itu, akan mewujudkan keagungan-Nya sekali lagi. Dia akan mengirimkan seorang cerminan sejati dari Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) dengan keagungan yang gilang gemilang sekali lagi ‘dari antara orang-orang yang belum pernah berjumpa dengan mereka’ (QS 62:3,4) agar mengikuti jejak langkah majikannya, Al-Mahdi yang dapat memperbaharui cahaya keimanan dalam kalbu-kalbu mereka sedemikian rupa hingga jika iman terbang ke Bintang Tsurayya (Shahih Bukhori: Kitabut Tafsir Surah Al-Jumu’ah jilid III, hal. 727) Al-Mahdi dan pembaharu dunia yang dijanjikan akan membawa cahaya aslinya dalam kalbu-kalbu (hati) mereka.

Ketika Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) bahwa Islam akan unggul sekali lagi atas semua agama dunia lainnya, seorang sahabat bertanya kapan itu akan terjadi. Nabi Suci(s.a.w.) menjawab: Ini akan terjadi ketika Al-Masih turun (Sunan Abu Daud: Kitabul Mullahim, Bab Khuruj Ad-Dajjal, hal. 594 & Musnad Ahmad bin Hambal: 12:437). Dia akan memecahkan masalah salib, membunuh babi dan datang sebagai Hakim dan Pemutus (antara bangsa-bangsa, agama-agama dan golongan-golongan).

Dengan memandang sebelumnya, adalah nyata bahwa kemunduran Islam yang tampak sebelum kemenangan sempurna dan akhirnya bukanlah merupakan satu tanda yang dengan suatu cara menyebabkan kekalahan dan kegagalan sepenuhnya tapi merupakan satu tahap yang harus dilalui, seperti yang ditakdirkan, sebagai pendahuluan, sebelum kemenangannya. Begitu juga tahap-tahap bangun dan jatuh dalam nasib dialami oleh kaum-kaum terdahulu, tahap sejarah Islam ini tak mempunyai pengaruh atas takdir Allah Ta’ala yang tetap dan tak berubah itu. Maka, tak jadi soal bagaimana pun mengherankannya masa kemunduran berbahaya ini yang melaluinya Islam terpaksa tempuh, menurut nubuwatan Nabi Suci(s.a.w.), yang disampaikan empat belas abad yang lampau, hal itu menyajikan tak lebih dari pada tahapan sementara. Hilangnya telah ditetapkan sebelumnya dan tak ada kekuatan di bumi yang dapat mengubah takdir Tuhan.

Oleh sebab itu, kabar yang diberikan sebelumnya bahwa ketika waktu kedatangan seorang nabi, yang akan merupakan bayangan dan cerminan dari Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) dan yang akan datang dari kalangan orang-orang yang belum pernah berjumpa dengan mereka, tiba, kaum Muslimin sekali lagi akan menjadi Muslim baru. Perlawanan dan serangan gencar Islam atas ajaran Kristen yang salah akan dilakukan dengan keunggulan sepenuhnya, yang, telah terjadi atas nama Al-Masih, yang akan menghancurkan berkeping-keping bangunan salib dan menghilangkan budaya barat yang sia-sia.

Ketika kita merenungkan nubuwatan-nubuwatan ini, kalbu-kalbu (hati) kita terhibur dengan pemikiran bahwa jika masa kemunduran Islam digenapi secara harfiah, maka tak dapat diragukan bahwa kabar suka keunggulan Islam atas segala agama dunia lainnya harus digenapi secara pasti segera digenapi sesudah berlalunya kemunduran. Betapa bagusnya seorang penyair Inggris menyimpulkan masalah ini dengan perkataan: Jika musim dingin tiba, dapatkah musim semi jauh tertinggal di belakang? Maka, Kebenaran yang memberikan pertanda musim dingin, telah memberikan napas yang sama kabar suka musim semi, dan jika musim dingin tiba dan berlalu, kabar suka musim semi bagaimanapun harus tiba.

Sumber: Ahmadiyya Gazette Canada, July 1994, hal. 4-7.
Diterjemahkan oleh: Muharim Awwaluddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...