Selasa, 27 Oktober 2009

Sifat Al-Wali Allah Taala

Salah satu sifat Allah Swt lainnya adalah Al Wali (Sahabat, atau Penolong).(*) Menurut berbagai Kamus Bahasa Arab, wali artinya penolong. Suatu Dzat yang memelihara seluruh materi dan makhluk ciptaan-Nya. Juga berarti seorang sahabat yang handal. Sebagaimana difirmankan di dalam Surah Al Baqarah, ‘Allahu waliyyulladziina aamanuu…’, yakni, Allah adalah Sahabat dan Penolong orang-orang mukmin, dan yang memenuhi segala kebutuhan mereka. Memberi mereka petunjuk hidayah, serta meneguhkan akidah dan berbagai bukti kebenaran mereka. Bunyi selengkapnya ayat Al Quran tersebut adalah sebagai berikut:
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ‌ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّـٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَـٰتِ‌ۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ
yang artinya, ‘Allah itu adalah Sahabat orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari berbagai corak kegelapan kepada cahaya. Dan bagi orang-orang kafir, sahabat mereka itu adalah orang-orang yang sesat, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai macam kegelapan. Mereka adalah penghuni Api [neraka], mereka tinggal lama di dalamnya.’ (Surah 2 / Al Baqarah, ayat : 258).
Benar adanya, Allah itu adalah Sahabat bagi kaum mukminin sejati yang keimanannya tidak dicampuri oleh urusan duniawi; melainkan terus meningkatkan maqom kerohanian mereka; yang membawanya dari berbagai corak kegelapan ke dalam cahaya petunjuk; yakni, dari berbagai macam kelemahan rohani maupun duniawi menjadi semakin kuat dan baik.

Dengan kata lain, Allah Taala menyatakan, Dia akan mengaruniai orang-orang beriman dengan keberhasilan rohani maupun duniawi, baik secara perorangan maupun Jamaah; serta menghilangkan berbagai kesulitan mereka. Namun hal ini menuntut syarat untuk memelihara kelanjutan peningkatan rohani setelah pernyataan baiatnya. Mereka yang mencari karunia-Nya ini dengan cara setia melaksanakan berbagai perintah Ilahi, maka Allah Taala pun benar-benar menjadi Sahabat dan Penolongnya yang sejati. Tak ada lawan ataupun kekuatan duniawi yang dapat menghancurkan mereka.
Dilain pihak Allah Taala pun menyatakan, bahwa kaum mukminin akan diuji dengan berbagai macam kesulitan, bahkan kehilangan nyawa, harta benda dan anak keturunan. Jadi apa maksudnya Allah Taala akan menghilangkan berbagai kelemahan duniawi mereka? Boleh jadi ada orang yang mengatakan, berbagai macam ujian tersebut akan membawa kemajuan rohani, tidak duniawi. Ingatlah, manakala seorang mukmin sudah demikian teguh keimanannya kepada Allah, maka mereka itu bukan hanya akan memperoleh faedah bagi diri mereka sendiri melainkan juga dikarenakan kesetiannya menjaga tali hubungan dengan Jamaah, maka berbagai kerugian mereka itu dapat menjadi sumber kemajuan bagi Jamaat; khususnya apabila pengorbanannya itu didasari atas keimanannya yang sejati.

Di zaman awal kebangkitan Islam, pengorbanan besar kaum Muslimin pada waktu itu ketika menghadapi berbagai bentuk penganiayaan yang tiada henti, tidak menjadi sia-sia. Meskipun minoritas, berbagai macam pengorbanan mereka tersebut justru membuat keimanan mereka dan Jamaatnya semakin meningkat. Berbagai bentuk penganiayaan tidak menyurutkan minat mereka yang berfitrat baik untuk melangkah ke haribaan Islam.

Bahkan ketika penyiksaan tersebut memaksa mereka harus berhijrah, hal ini justru membuka peluang bagi kemajuan yang lebih besar. Jumlah mereka semakin meningkat pesat, sekaligus dengan kemampuan ekonominya, sehingga akhirnya pihak lawan yang demikian zhalim itu dapat ditaklukkan.

Di dalam sejarah perkembangan Jamaat Ahmadiyah pun demikian. Pada setiap masa derita dan ujiannya selalu disertai dengan kemajuan rohani dan duniawi setelahnya. Seandainya tidak ada peristiwa tragedi besar pada tahun 1974, yang menyebabkan banyaknya anggota Jamaat yang meninggalkan Pakistan, tentulah diaspora penyebaran kaum Ahmadi ke seluruh dunia tidak akan pernah terjadi. Banyak di antara mereka yang berhijrah itu bekerja di ladang-ladang pertanian kecil; ada juga yang berwiraswasta kecil-kecilan, atau bekerja sebagai buruh harian. Namun anak keturunan mereka memperoleh kesempatan pendidikan yang jauh lebih baik. yang tidak ada di negara mereka. Atau, kalaupun ada, situasinya tidak kondusif. Bandingkanlah dengan kaum muda [ghair-Ahmadi] Pakistani lainnya, meskipun mereka berpendidikan tinggi ataupun tingkat S-3 (doktorat) di Eropa, tetapi tidak memperoleh kesempatan pendidikan yang baik tersebut. Ini boleh jadi dikarenakan mereka tidak berusaha untuk itu ataupun tidak memiliki sumber daya pendukungnya. Oleh karena itu, kaum Ahmadi yang telah berhijrah ke negara-negara Barat hendaknya senantiasa ingat akan hal ini. Ialah, karena mereka meninggalkan tanah air atas dasar keimanan, maka Allah Taala pun mensejahterakan mereka; dan Jamaat mereka pun meningkat, baik dari segi jumlah anggota maupun kemampuan pengorbanan harta bendanya. Karena pencapaian tingkat akademis perorangan mereka meningkat, maka secara Jamaah pun meningkat pula. Hal ini hendaknya membuat diri setiap Ahmadi lebih dekat lagi kepada Allah Taala; yakni maqom keimanan mereka semakin meningkat, alih-alih menjadi takabur atau berbangga diri.

Allah Taala telah membuktikan kesungguhan sifat Al Wali-Nya, maka kita pun berkewajiban untuk membuktikan diri sebagai hamba-Nya yang sejati. Kemajuan ini bukan hanya dianugerahkan kepada mereka yang berhijrah saja, melainkan juga bagi mereka yang memilih untuk menetap. Yakni, berbagai usaha bisnis mereka yang menjadi rusak karena penganiayaan, akhirnya mendapatkan kemajuan. Jadi, inilah sifat Allah Al Wali, yakni Sahabat dan Penolong. Allah yang telah menjadi Sahabat andalan kita, telah memberikan berbagai keberhasilan kepada kita.

Ketika pada tahun 1984 pihak musuh berusaha memberangus Jamaat, sehingga bahkan seorang Khalifah Waqt terpaksa harus berhijrah dari Pakistan, siapakah yang menolong ? Dia itulah Sahabat dan Penolong yang sama; Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu. Allah Swt-lah yang menolong Hadhrat Khalifatul Masih IV rh.a dengan cara-Nya yang khas; diluar kemampuan sahabat kekuatan dunia manapun.
Jamaat kini semakin maju pesat baik dari segi kwantintas maupun kwalitas berkat adanya media MTA. Satu seruan hidayah dari seorang Khalifah Waqt didengar dan ditaati, menjalar ke seluruh dunia.

Ayat Al Quran tersebut menyatakan, Allah Taala menjanjikan kemajuan berbagai fasilitas bagi kaum mukminin, sedangkan bagi para penentang, mereka itu melangkah ke arah kegelapan disebabkan telah menjadi sekutu Syaitan.
Ketika Rasulullah Saw mendakwakan diri sebagai seorang Rasul Allah, kemudian menyeru kaum Makkah kepada hidayah petunjuk dari Allah Swt, para pemimpin Quraisy merasa tertantang atas berbagai kebaikan yang telah mereka perbuat. Oleh karena mereka menolak Kebenaran Ilahi, maka Syaitan pun menggelincirkan mereka sehingga meluputkan dan memusnahkan amal mereka. Abu Hakim [yang mestinya bijaksana], menjadi Abu Jahal yang hina, dan sejak hari penolakannya itu hingga hari kiamat namanya lebih dikenal sebagai Abu Jahal; dan sahabatnya tiada lain adalah Syaitan. Sedangkan seorang budak negro yang bernama Bilal menjadi waliullah; sahabat Allah berkat cahaya keimanannya; dan sejak hari baiatnya itu hingga hari kiamat namanya dimuliakan sebagai Sayidna Bilal r.a.

Begitupun mereka yang menolak Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; mereka dicengkeram oleh kegelapan. Sedangkan mereka yang menerimanya, sesuai dengan janji Allah Swt, berubah menjadi insan-insan rohaniah, padahal sebelumnya dikenal jahil, buruk dan korup.

Mereka yang menolak para nabiyullah senantiasa tersungkur ke dalam jurang kegelapan oleh rintangan penolakan mereka sendiri. Syaitan merasuki diri mereka dengan sifat hasad, dan keburukan. Maka Allah Taala menetapkan, akhir kesudahan mereka sangat naas; terbakar oleh api kedengkian mereka di dunia ini juga.
Menurut Kamus Bhs.Arab, waliullah adalah insan yang telah menjadi sahabat Allah; yakni telah mentaati Allah sepenuhnya. Seorang mukmin sejati mendapat julukan waliullah, bukan mullah (mula-Allah).

Allah Swt berfirman di dalam Surah Muhammad,
ذَٲلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ مَوۡلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَأَنَّ ٱلۡكَـٰفِرِينَ لَا مَوۡلَىٰ لَهُمۡ
‘Demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah Penolong orang-orang beriman, dan sesungguhnya bagi orang-orang kafir tidak ada penolong bagi mereka.’ (Surah 47 / Muhammad : 12).

Sedangkan pada ayat sebelumnya Allah Swt berfirman,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
‘Hai, orang-orang yang beriman, jika kamu menolong karena Allah, maka Dia pun akan menolong kamu dan akan meneguhkan langkah-langkahmu.’ (Surah 47 / Muhammad : 8)
Ayat ini khususnya ditujukan kepada kaum Muslimin pasca zaman Rasulullah Saw; yakni diwajibkan atas mereka untuk membantu agama Allah, yang sebagai ganjarannya, Allah pun akan memberikan bantuan-Nya. Khususnya lagi di zaman Imam Mahdi a.s. ketika perjuangan untuk menghidupkan kembali agama Islam telah ditakdirkan, kewajiban ini menjadi lebih utama. Mereka yang mengingkari Hadhrat Imam Mahdi a.s. akan mengalami nasib yang sama sebagaimana kaum yang menolak para rasul Allah terdahulu. Hal ini adalah perkara yang sangat penting bagi kaum Muslimin. Janji Allah untuk memberi bantuan dan menyantuni masih berlaku. Banyak koresponden yang menyebut dirinya Muslim menulis panjang-panjang, bahwa mereka kini mengalami kemerosotan iman, dan juga sumber-sumber materinya. Mereka menyadari hal ini boleh jadi disebabkan telah mengecewakan Tuhan. Maka, masih ada waktu untuk menerima kebenaran Imam Zaman, untuk menyampaikan 'salam' Rasulullah Saw kepada Imam Mahdi, Khalifatullah; tidak terjebak ke dalam kefanatikan tertutupnya pintu kenabian.

Mereka pun hendaknya berusaha mempelajari berbagai pendapat para waliullah terdahulu, tidak hanya taqlid kepada apa yang mereka namakan sebagai mullah, atau imam mereka.

Di dalam kitab ‘Futûhât al-Makkiyyah’, Hadhrat Muhyiddin ibnu Arabi menyatakan, kerasulan berakhir dengan kedatangan Rasulullah Saw yang membawa syariat terakhir; namun, seorang rasul tabi'i, yakni berkat sepenuhnya itaat menjalankan Syariat Islam, bisa datang setelahnya. Kerasulan tidak berakhir sama sekali. Merujuk kepada Hadith, ‘laa nabiya ba’di’ (tak ada lagi nabi sesudahnya) Hadhrat Muhyiddin ibnu Arabi menulis, maksud Hadith ini sama dengan maksud Hadith Rasulullah Saw lainnya, ialah, ‘...manakala Kaisar ini terbunuh, tak ada lagi Kaisar sesudahnya’.
Hadhrat Imam Shirani menulis di dalam bukunya, ‘Al Yawaqit wal Juwahar’, bahwa maksud Hadith ‘laa nabiya ba’di’, ialah tidak akan ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah Saw.

Hadhrat Mullah Ali Qari menulis di dalam bukunya, ‘Mauzuat Kabir’ , sabda Rasulullah Saw bahwa 'seandainya Ibrahim (anak laki-laki beliau) berusia panjang, niscaya ia akan menjadi seorang rasul', tidaklah bertentangan dengan keyakinan Khataman Nabiyin (berakhirnya kenabian) karena arti Khataman Nabiyin, setelah Rasulullah Saw, tidak akan ada lagi nabi baru yang datang dan membatalkan Syariat beliau, dan tidak mungkin kalau bukan berasal dari umat beliau Saw.

Tambahan lagi, Hadhrat A’isyah r.ha, bersabda, katakanlah Rasulullah Saw adalah Khataman Nabiyin, tetapi janganlah engkau berkata, tak ada lagi nabi sesudahnya.
Seandainya umat merenungkan baik-baik ayat-ayat Al Qur’an Karim, tentulah segala sesuatunya akan menjadi jelas. Betapa mungkin Allah Taala membatalkan seorang insan yang mendakwakan diri menerima berbagai wahyu Ilahi, dan telah membuktikan bahwa Allah Taala telah menolong dan melindunginya ? Allah Taala mewahyukan kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s., ‘Allah adalah Wali dan Pemelihara diriku.’ (Tadhkirah, hlm. 479).

Pada tahun 1883, Allah Taala mewahyukan kepada beliau a.s., ‘Dengarlah, tak akan ada rasa takut ataupun duka di dalam diri orang yang telah menjadi waliullah.’ (Tadhkirah, hlm. 128). Tak terbilang banyaknya beliau a.s. membuktikan bahwa beliau adalah seorang waliullah.

Pada tahun 1886, Allah Taala mewahyukan, ‘Aku akan sampaikan tablighmu ke seluruh pelosok dunia’. Pada waktu itu, Qadian sama sekali tidak memiliki fasilitas jalan mulus maupun sarana transportasi yang memadai, kecuali berupa sado saja. Namun, lihatlah kini, betapa Allah Taala telah memenuhi janji-Nya kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s..

Ada lagi setengah orang yang bergumam,.... seandainya syiar agama mereka dapat ditayangkan seperti di MTA.....; Beberapa web site-nya pun tersedia. Juga beberapa saluran TV-nya tersiar melawan kebatilan. Simaklah ini baik-baik, adakah suatu Jamaah lain yang tak memiliki sumber daya namun Allah Taala mewahyukan kepada mereka bahwa syiar tabligh mereka akan dipancar-luaskan hingga ke seluruh pelosok dunia ? Boleh jadi ratusan tahun yang lalu terlalu lama; adakah yang berani mengklaim pada beberapa tahun belakangan ini [di zaman teknologi modern] ? Bila ada, silakan tampil ke depan.

Kenyataannya, tak ada satu pihak pun yang mampu tampil menyaingi, selain dari menghujah ataupun menentangnya. Ini disebabkan, mereka tersiksa oleh api kecemburuan mereka sendiri. Dan Allah pun telah menyatakan, mereka akan dibawa dari cahaya ke kegelapan.

Namun, Pelindung kita adalah Allah, yang telah memperlihatkan, bahwa Dia pun adalah Al Wali, Sahabat, Penolong dan Penjaga setiap langkah kita dan juga senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya. Semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan haququllah, agar senantiasa memperoleh karunia-Nya, sebagaimana Dia telah ingatkan: ‘…ni'mal maulaa wa ni'man-nashir..., yang artinya, [Aku] adalah sebaik-baiknya Pelindung, dan sebaik-baiknya Penolong !’ (Surah 8 / Al Anfal ayat 41).

Selanjutnya Huzur mengumumkan salat jenazah gaib untuk: Zulfiqar Mansur sahib di Jamaat Quetta yang disyahidkan oleh kaum ekstrimis pada tanggal 11 Oktober. Ia diculik selama satu bulan dengan meminta uang tebusan yang tinggi. Namun ketika uang tebusan tengah disiapkan, jenazahnya ditemukan di hutan. Almarhum adalah Naib Qaid Khuddam yang aktif dan lurus. Dua orang pamannya pun disyahidkan pada beberapa waktu yang lalu. Kakek buyutnya adalah sahabah Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Almarhum meninggalkan seorang ibu yang sudah tua, seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Semoga Allah Taala memberikan ketawaqalan kepada mereka semua.
Juga untuk karib kita di Jamaat Mesir, Muhammad Ashwa sahib yang meninggal dunia pada tanggal 14 Oktober. Almarhum adalah sesepuh Jamaat asal Syria yang patut diteladani. Erat berhubungan dengan Khilafat, mutaqi dan pekerja keras. Sangat memuliakan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Beliau adalah seorang ahli hukum yang telah banyak membantu orang-orang Ahmadi. Huzur kemudian menceritakan kisah bai’atnya masuk ke dalam Jamaat. Semoga Allah mengangkat derajat maqom almarhum dan memberikan ketawaqalan kepada seluruh keluarga yang ditinggalkan untuk tetap berada di dalam Jamaat. Muhammad Uwais dan Muhammad Ma'lis adalah dua orang cucu beliau yang tengah berkhidmat di MTA-UK.

Dan juga untuk Mian Rasul sahib seorang Musi di Jamaat Okara, Pakistan. Almarhum adalah anak salah seorang sahabah Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Almarhum memiliki kepribadian yang elok, sehingga banyak ghair-Ahmadi yang ikut menghadiri pemakamannya berkomentar, kini mereka merasa menjadi anak yatim.
Juga untuk Zafar Ahmad Mansur yang meninggal pada tanggal 9 Oktober pada usia 60 tahun. Almarhum adalah mubaligh Jamaat yang telah berkhidmat di Afrika Barat, pekerja keras, yang Huzur kenal sejak di masa kanak-kanak. Almarhum meninggalkan seorang istri, dua anak laki-laki dan beberapa anak perempuan. Semoga Allah Taala melindungi mereka semua. Amin !


o o O o o

translByMMA / LA, 10/26/09

(*) Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba pada tanggal 23 Oktober 2009, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK.

1 komentar:

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...