Rabu, 25 November 2009

Haji Mabrur

Hadhrat Abu Hurairah r.a. menerangkan bahwa: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang berhaji karena Allah dan di dalam itu dia tidak berbicara mengenai hawa nafsu dan tidak bertingkah laku buruk maka dia akan kembali dari haji seperti hari ibunya melahirkannya."
Hadhrat Anas berkata bahwa: Saya melihat Hadhrat Ali menyembelih dua ekor hewan domba, lalu kepada beliau ditanyakan: Ini apa? Beliau bersabda: Rasulullah saw. mewasiatkan kepada saya bahwa saya [hendaknya] berkurban juga atas nama beliau. Oleh karena itu saya juga berkurban atas nama beliau.

Diriwayatkan dari Abu Bakar Shiddiq r.a. bahwa ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw. apa perkara yang paling afdhal? Beliau bersabda: "Mengucapkan talbiyah dengan suara yang lantang dan banyak mengalirkan darah hewan kurban sebanyak-banyaknya".
Hadhrat Ibni Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pada hari kurban sambil menyampaikan ceramah kepada orang banyak beliau bersabda: "Hai orang-orang hari ini hari apa?" Mereka berkata: Ini adalah hari haram/suci? Beliau bersabda: "Ini kota apa?" Mereka berkata: Ini adalah kota yang suci. Beliau berkata: "Bulan apa ini?" Mereka berkata: Ini adalah bulan suci. Beliau bersabda: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian adalah haram seperti [haramnya] bulan ini, kota kalian ini, dalam kesucian hari ini". Beliau beberapa kali mengulangi kata-kta ini. Kemudian beliau mengangkat kepala beliau sambil bersabda: "Hai Allah, apakah saya telah menyampaikan amanat Engkau?. Hai Allah, apakah saya telah menyampaikan amanat Engkau?" Hadhrat Ibni Abbas r.a. berkata: Demi Allah yang di tangan-Nya jiwa kami berada bahwa ini merupakan wasiat untuk ummat beliau. Beliau saw. bersabda lagi: "Jadi mereka yang hadir hari ini hendaknya menyampaikan hal ini kepada yang tidak hadir di sini. Dan dengarlah, sesudah ku janganlah kalian kembali menjadi kafir, memenggal leher satu dengan yang lain".
Hadhrat Ibni Abbas r.a menerangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Lakukanlah umrah bersama haji karena keduanya ini sedemikian rupa menjauhkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana api yang panas menjauhkan karat-karat besi..." - Banyak orang-orang menyatukan haji dan 'umrah, ini juga sunnah. Akan tetapi sebagian orang hanya melakukan umrah, inipun tidak apa-apa, inipun diterima di disi Allah.
Hadhrat Abu Hurairah r.a. menerangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang berhaji dan yang melakukan 'umrah adalah duta Tuhan. Dan, jika dia berdoa kepada Tuhan maka Allah mengabulkan doanya, dan jika dia memohon ampunan kepada-Nya maka Dia akan memaafkannya".
Diriwayatkan dari Hadhrat Abdullah bin Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Jika kalian berjumpa dengan orang yang tengah melakukan haji, maka ucapkanlah salam kepada mereka dan berjabatan tanganlah dengan mereka sebelum dia masuk di dalam rumahnya mohonlah kepadanya doa ampunan untuk kalian, karena dosanya telah dimaafkan".

Pengorbanan Tulus Nabi Ibrahim a.s. Dan Nabi Isma'il a.s.
Hadhrat Khalifatul Masih I menerangkan: "Pengurbanan hewan yang dilakukan pada hari Idul- Adhha, di dalam itu pun terdapat ajaran suci. Hendaknya di dalamnya diperhatikan sebagaimana apa yang difirmankan tuhan di dalam Al-Quran :

"Dagingnya tidak sampai kepada Tuhan dan tidak pula darahnya, tetapi takwa yang ada dalam hati kalian itulah yang sampai kepada Tuhan"
Apa pengorbanan itu? Ini merupakan ajaran pendidikan dalam bahasa gambaran/parabel, yang mana orang alim dan yang jahil pun bisa membacanya.Allah tidak lapar akan daging dan darahnya: يُطعِمُ ولا يطعم (yuth’imu walaa yuth’amu- Dia memberi makan dan tidak diberi makan]) Dia (Tuhan) merupakan Raja suci dan Maha Agung yang tidak memerlukan makan, tidak daging dan tidak pula darah. Bahkan Dia ingin menunjukkan kepada kalian bahwa kalian pun di hadapan Tuhan berkurbanlah seperti itu sebagaimana yang rendah dikurbankan untuk yang tinggi".
Hadhrat Khalifatul Masih I selanjutnya bersabda: "Hari inipun merupakan hari agung memperingati seorang yang bertakwa, yang namanya ialah Ibrahim. Dia mempunyai banyak hewan ternak, banyak sahaya dan memiliki seorang anak di masa tuanya .

("Dan ketika anak itu telah berusia cukup untuk dapat berlari-lari bersama dia, berkatalah ia (Ibrahim), 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih engkau sebagai kurban" Ash- Shaffat 102). Seorang tua berumur hampir seratus tahun (Ibrahim) hanya memiliki seorang anak, semua kehormatan, kemasyhuran, harta, kebesaran, kemuliaan dan harapan-harapannya ialah berkaitan dengan [anak] ini. Coba perhatikan pekerjaan seorang yang setia itu! Dia (Ibrahim) berkata kepada anak kecil (Ismail) yang ke sana kemari dengan lincahnya bahwa: Saya melihat dalam mimpi bahwa saya akan menyembelih engkau. Sang anakpun alangkah setianya, dia berkata:.

"Wahai bapakku, lakukanlah pekerjaan yang diperintahkan dari sisi Allah. Dengan karunia Tuhan (isnya Allah) akan saya jalani dengan penuh kesabaran".
Inilah hakikat takwa, inilah pengurbanan. Pengorbanan pun alangkah tulusnya. Di dalam yang hanya sebuah pengorbanan, semua telah termasuk di dalamnya, pengurbanan nama, harapan dan kemasyhuran. Orang yang berkurban dengan lapang dada demi untuk Tuhan, Allahpun tidak akan menyia-nyiakan ganjarannya. Sebagai gantinya Ibrahim dianugerahi keturunan sedemikian rupa banyaknya sehingga dalam era adanya cacah jiwa, tetapi tetap saja jumlah keturunan Ibrahim –terkecuali, tidak diketemukan berapa jumlah yang sebenarnya. Entah berkah-berkah apa yang turun pada wujud yang berserah diri itu.
Anugerah-anugerah Ilahi yang mana, dalam bentuk apa yang telah turun kepadanya, itu sama sekali tidak bisa dihitung. Junjungan kita Khatamul- Anbiya, Junjungan sekalian alam, Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. juga merupakan keturunan Ibrahim."

Binatang Korban Harus Berumur Minimal 2 Tahun
Hadhrat Khalifatul Masih I dalam menerangkan masalah pengorbanan bersabda: "Untuk hewan kurban seyogianya [umurnya] jangan kurang dari dua tahun, yakni ini merupakan penelitian saya. Nah, berkenaan dengan apa yang disebutkan tentang domba itu adalah satu tahun, sesuai dengan itu Rasulullah saw. bersabda: "Yang diizinkan bagi engkau, namun untuk yang akan datang, untuk yang lain, tidak akan diizinkan."
Jadi, peraturannya hewan ternak itu sekurang-kurangnya berumur dua tahun. Hewan yang sama sekali tidak bertanduk, yang tidak punya alat kelamin dan hewan betina boleh dikurban. Yang mulia Rasulullah saw. selalu mengurbankan yang belang, yang muka, mulut dan matanya hitam. Hewan yang terlalu kurus sama sekali tidak boleh. Jika binatang itu gemuk, walaupun menderita gatal-gatal itupun boleh. Hewan yang pincang tidak serasi/layak [dikorbankan]. Lakukanlah semua pengorbanan dengan penuh keyakinan karena di dalamnya dengan bahasa likisan terdapat pelajaran keitaatan, yakni Saudara-saudara pun hendaknya belajar untuk mengorbankan yang rendah demi untuk kepentingan sesuatu yang lebih luhur.
Hadhrat Khalifatul Masih I menerangkan: "Pemandangan penyembelihan hewan kurban sangat bermanfaat bagi orang yang berakal. Mutala'ahlah amal kalian. Renungkanlah tentang amal-amal, ucapan-ucapan, kegembiraan-kegembiraan dan perjumpaan-perjumpaan di antara sesama kalian serta akhlak-akhlak kalian, apakah telah meninggalkan yang rendah/kecil demi untuk yang lebih besar? Jika telah meninggalkan maka wujud kalian telah meraih keberkatan. Tinggalkanlah pengorbanan yang cacat, jangan hendaknya ada cacat dalam pengorbanan kalian; jangan yang tanduknya patah, jangan yang telinganya putus. Untuk pengorbanan ada tiga jalan: Istighfar, doa dan pergaulan dengan orang-orang saleh. Dari pergaulan, manusia meraih banyak berkah-berkah.. Untuk pengorbanan ada tiga hari. Jadi, orang berkurban secara ruhani mengetahui bahwa semua sama untuknya."
Tiga hari memang khas untuk hari pengurbanan. Namun, atas orang yang mengurbankan keruhanian setiap hari, hari-hari itu datang pada mereka.dan sepanjang kehidupan hari itu tetap bersama mereka.

Thawaf Jasmani dan Thawaf Rohani
"Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Seorang asyik dan pecinta hakiki mengurbankan jiwa dan kalbunya, sementara Baitullah demi untuk pengurbanan itu merupakan tanda zahir. Sebagaimana Baitullah ada di bumi, begitu juga di langitpun ada juga yang serupa itu. Selama manusia tidak berthawaf padanya maka thawafnya [di Baitullah] pun tidak akan ada [artinya]. Orang yang thawaf di sekelilingnya (Baitullah) semua pakaian dia tinggalkan dan mengenakan sehelai pakaian di badannya, namun orang yang berthawaf di sana sama sekali tanpa berlapiskan apa-apa, mereka hadir di hadapan singgasana Ilahi hanya untuk Allah semata. Thawaf merupakan suatu tanda orang-orang yang asyik pada Tuhan. Seorang yang asyik berkeliling di sekeliling-Nya seolah-olah keinginannya sendiri tidak tersisa lagi, dan di sekeliling-Nya tengah terjadi pengurbanan.
Kedua, yang difirmankan ”menjadi telanjang“ maksudnya adalah “thawaf ruh”. Ruh bukanlah merupakan badan yang ditutupi sehelai pakaian. Jadi, Rasulullah saw. dan sahaya-sahaya/sahabah-sahabah beliau inilah pandangan mereka bahwa demi untuk Tuhan ruh-lah yang berthawaf. Dan berhubung ruh tidak memiliki tubuh oleh karena itu tidak perlu menutupinya dengan pakaian."
Di dalam [buku] Izalah Auham [Hadhrat Mau'ud a.s. menulis: "Orang-orang suci pilihan Allah dari segi ruh dan ruhaniat mereka diangkat kepada Tuhan. Bukanlah daging, kulit dan tulang-tulangnya yang disampaikan kepada Tuhan. Tuhan sendiri berfirman di dalam sebuah ayat:
"Dagingnya tidak sampai kepada Tuhan dan tidak pula darahnya, tetapi takwa yang ada dalam hati kalian itulah yang sampai kepada Tuhan"
Berkenaan dengan mafhum "pengorbanan" Hadhrat Masih Mau'ud a.s. selanjutnya menambahkan: "Pengurbanan-pengurbanan [pada zaman] ini bukan rupanya (isinya) melainkan busananya (kulitnya), bukan ruh tetapi jisim. Pada zaman kemudahan dan ketenangan, 'Id dilalui dengan gelak tawa dan puncak dari 'Id adalah gelak tawa dan dinyatakan sebagai sarana kehidupanan. Perempuan-perempuan pada hari itu semuanya mengenakan perhiasan-perhiasan dan pakaian-pakaian yang indah. Laki-laki mengenakan pakaian yang bagus-bagus dan saling mengirimi makanan-makanan yang lezat. Dan ini dianggap sebagai hari penuh sukacita dan bahagia yang mana manusia yang paling bakhil [terhadap dirinya] sekalipun hari ini makan daging . Khususnya, perut orang-orang Kasymir menjadi penggilingan daging-daging (kuburan) hewan kurban itu. Sebab orang-orang lain tidak memakan itu seperti mereka. Ringkasnya, segala corak nama permainan dan senda gurau dianggap Id. Namun, sangat disayangkan sama sekali tidak ada perhatian pada yang yang hakiki."

Keistiqamahan Nabi Ibrahim a.s.
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. selanjutnya bersabda: "Keistqamahan istimewa yang terdapat di dalam diri Hadhrat Ibrahim a.s. ialah adanya perintah di dalam mimpi.” sembelihlah anakmu", padahal mimpi bisa juga dita’birkan dan ditakwilkan, tetapi di dalam kalbunya iman pada Tuhan sedemikian rupa kuatnya sehingga begitu dapat perintah langsung siap untuk melaksanakannya. Dan dengan tangannya mulai menyembelih anak yang masih masih muda belia.
Dewasa ini jika anak seseorang mati karena penyakit, maka bearkenaan dengan Tuhan, ribuan syak wasangka timbul di dalam dirinya dan lidahnya mulai terbuka untuk mengeluh dan mengadu. Akan tetapi seorang Ibrahimlah yang menginjak-injak kecintaan terhadap anak.dan dia mulai siap menyembelih dengan tangannya sendiri. Orang serupa itulah yang Tuhan tidak pernah menyia-nyiakannya."
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. selanjutnya bersabda: "Benih pengorbanan yang telah ditanam oleh Hadhrat Ibrahim dan dia telah tanam secara diam-diam, Rasulullah saw. telah menampilkan itu dalam corak sebidang sawah yang subur. Hadhrat Ibrahim tidak segan-segan menyembelih anaknya dalam melaksanakan perintah Tuhan. Di dalam itu secara terselubung merupakan sebuah isyarah bahwa manusia dalam arti sepenuhnya seyogianya menjadi milik Tuhan, dan di hadapan perintah Tuhan jiwanya sendiri, anak-anaknya, kerabat dan sanak familinya, dan darah segenap yang dicintainya nampak tidak ringan baginya.
Zaman Rasulullah saw. yang setiap itu merupakan contoh suci petunjuk yang sempurna bagaimana pengorbanan itu telah terjadi, belantara sahara Arabia menjadi penuh dengan aliran-aliran darah, bapak-bapak mebunuh anak, anaknya dan anak-anak membunuh bapak-bapaknya, dan mereka menjadi bahagia bahwa mereka dicincang-cincang hingga hancur di dalam Islam dan di jalan Tuhan. Inilah kebahagian mereka.
Namun, kini renungkanlah, selain gelak ketawa, permaianan dan senda gurau apa bagian keruhanian mana yang tersisa? 'Idul- Adha lebih besar dari 'Id sebelumnya ('Idul Fitri). Orang-orang Iran (?) juga menyebutnya 'Id besar. Namun, sambil berfikir bertahukanlah bahwa berapa banyak yang menaruh perhatian pada pensucian jiwa dan pensucian kalbu dan mengambil bagian dari keruhanian serta berusaha mengambil bagian dari nur yang terdapat dalam pengorbanan itu?"

Menyembelih Hawa Nafsu Sendiri

Selanjutnya bersabda:


(Dagingnya tidak sampai kepada Tuhan dan tidak pula darahnya, tetapi takwa yang ada dalam hati kalian itulah yang sampai kepada Tuhan)
Kesucian hari-hari ini adalah pengorbanan yang sejati. Daging dan darah bukanlah pengorbanan sejati. Di tempat mana orang-orang umum menyembelih hewan-hewan kurban, orang-orang khas (khusus) menyembelih kalbu mereka. Namun, Tuhan tidak [menyembunyikan ?] pengorbanan ini, supaya diketahui bahwa pengorbanan itu berkaitan dengan manusia. Allah telah menerangkan keindahan surga dengan corak yang orang-orang Arab sangat sukai. Itulah yang telah Dia terangkan supaya dengan cara itu hati mereka cenderung ke arah itu. Pada dasarnya benda-benda itu lain, bukanlah benda-benda itu, namun harus itu keterangan itu harus ditampilkan supaya hati mereka menjadi tertarik.
Allah di dalam syariat sangat banyak menegakkan contoh-contoh untuk perintah-perintah yang penting. Sesuai dengan itu terdapat perintah pada manusia bahwa dia bersama semua kekuatan dan segenap wujudnya seyogianya berkurban di jalan Tuhan. Jadi, pengorbanan zahir untuk kiondisi seperti ini dinyatakan sebagai contoh,tetapi maksud sebenarnya ialah pengorbanan sebagaimana Allah berfirman

Yakni, daging pengorbanan kamu tidak sampai kepada Tuhan dan tidak darahnya yang sampai namun ketakwaan kalian itulah yang sampai kepada-Nya. Yakni takutlah kepada-Nya sedemikian rupa seolah-olah kalian mati di jalan-Nya. Dan sebagaimana dengan tangan kalian sendiri kalian menyembelih binatang ternak itu maka begitu juga kalian pun menjadi seperti itulah disembelih di jalan Tuhan. Apabila ada takwa yang kurang dari martabat ini, maka itu pun kurang".

________
Dikutip dari khutbah Idul Adha YM Hadhrat Khalifatul Masih Al-khamis aba. Tanggal 23/2/2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...