Minggu, 15 November 2009

Sifat Al Wali Allah Taala (Bagian 3)*

Firman Allah:

اَلَاۤ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْ
()  الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَؕ  ()  لَهُمُ الْبُشْرٰى فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الْاٰخِرَةِ‌ؕ ()   لَا تَبْدِيْلَ لِـكَلِمٰتِ اللّٰهِ‌ؕ ()   ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُؕؕ



yang artinya, Ingatlah ! Sesungguhnya, bagi para Auwliya Allah itu tidak ada hauf, ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka yahjanun, bersedih — Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa — Bagi mereka ada kabar suka dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti — Tidak ada perubahan pada firman-firman Allah; Itulah sungguh suatu kemenangan yang besar. [10:63-65]

Para Auwliya telah mendapat jaminan dari Allah Taala, bahwa mereka tak akan pernah takut maupun berduka cita selama mereka tetap meningkatkan derajat keimanan dan Taqwa mereka kepada Allah Swt. Bagi para mukminin sejati seperti itu, ada suatu janji bahwa Allah Taala akan menjadi Sahabat dan Penolong mereka. Mereka itulah pewaris berbagai rahmat dan karunia Ilahi, baik di dunia ini maupun di Akhirat nanti.
Ciri-ciri khas seorang mukmin sejati adalah, ia yang tetap teguh dalam keimanan mereka meskipun bila ia harus menghadapi kehilangan duniawi, karena ia yakin akan memperoleh ganjaran pahalanya di akhirat nanti sebagaimana telah dijanjikan Allah Swt. Namun, prasyarat pertama dan paling utama untuk itu adalah harus terlebih dahulu memenuhi beberapa kewajiban mereka sebagai Auwliya.



Seringkali dikisahkan betapa seseorang sedemikian rupanya berkorban demi untuk kekasih duniawinya. Maka untuk menjadi Auwliya sejati, haruslah mengikuti segaIa perintah Allah, dan hidup taqwa dikarenakan takutnya kehilangan ridha Allah Swt. Dengan demikian, memang tak mudah untuk menjadi seorang Waliullah.

Allah Taala berfiman:
[32:16] اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ
[32:17] تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
yang artinya, Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Tanda-tanda Kami, adalah orang-orang yang apabila mereka diperingatkan dengannya, mereka menjatuhkan diri bersujud dan bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, dan mereka tidak menyombongkan diri. Terpisah jauh lambung mereka dari tempat tidur, mereka berseru kepada Tuhan mereka dengan rasa takut dan harap, dan mereka membelanjakan dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. [32:16-17]

Ayat-ayat Al Quran ini juga mengingatkan, bahwa kaum Mukminin sejati adalah mereka yang berusaha memenuhi kewajiban haququllah (rajin beribadah dan berkorban harta benda) mereka demi untuk memperoleh qurb-Ilahi. Sebab, manakala Allah Taala telah menjadikan mereka itu sebagai Wali-Nya, artinya Dia telah mengampuni dosa-dosa mereka; mereka telah dapat membebaskan diri dari segala dosa yang lalu-lalu maupun yang akan datang. Allah Taala telah menunjukkan jalan ke arah qurb-Nya, agar menjadi Wali-Nya yang merupakan suatu hubungan khas yang demikian istimewa. Namun, pada beberapa kasus, justru manusialah yang tidak mensyukurinya; malah mengikuti jalan fahsya dan munkar alih-alih terhadap keberadaan nyata Allah Swt, sehingga mereka pun menjadi penghuni Neraka jahanam.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, Allah Taala bersifat Berdiri Sendiri, namun menjadi sumber andalan semua makhluk. Dia tidak membutuhkan seorangpun sahabat; manusialah yang memerlukan dan memperoleh karunia faedah menjadi Auwlia-Nya, yakni suatu persahabatan dengan suatu Dzat yang tidak pernah menelantarkan kekasih-Nya baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, serta mengampuni segala kekhilafan mereka. .
[17:112] وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِىْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِىْ الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِىٌّ مِّنَ الذُّلِّ‌ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرً
yang artinya, Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah, Yang tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya; dan tiada bagi-Nya penolong karena kelemahan. Dan sanjunglah keagungan-Nya dengan pengagungan yang sebenar-benarnya. [17:112]

Manusia hendaknya berusaha keras untuk mensucikan qalbunya sedemikian rupa sehingga apabila Allah Taala melihatnya, tak ada lagi satu pun noktah dosa di dalamnya. Jika cara ini sudah dapat mensucikan seluruh jiwanya, maka manusia itu pun akan memperoleh berbagai falah, keberhasilan di dunia ini juga, dan akhir kehidupan yang lebih baik, kelak.

Dalam sebuah Hadith shahih dikemukakan bahwa, pada Hari Kebangkitan nanti ada tiga jenis Auwliya (para Sahabat Allah). Allah Taala akan bertanya kepada setiap pemimpinnya masing-masing: Apa alasan mereka melakukan amal shalih ketika hidup di dunia ? Pemimpin barisan yang pertama menjawab, mereka melakukannya agar mendapatkan Jannah sebagaimana yang dijanjikan. Maka Allah Taala yang telah meridhoi mereka mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam Surga.

Sedangkan pemimpin barisan Auwliya yang kedua menjawab, mereka melakukan amal shalih demi untuk menyelamatkan mereka dari Api Neraka. Maka Allah Taala pun meridhoi mereka, untuk memasuki Jannah-Nya.

Dan pemimpin barisan ketiga menjawab, mereka melakukan amal shalih demi untuk memperoleh kecintaan Ilahi serta mendapatkan qurb-Nya. Maka Allah Taala pun menyingkirkan segala pembatas antara Diri-Nya dengan barisan Auwliya ini, lalu mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam Jannah-Nya, disertai para malaikat yang mengawal mereka, maka mereka pun lebih dekat lagi kepada Allah Swt. Pemimpin golongan ketiga ini tak pelak lagi adalah seorang insan paripurna paling afdhol di antara segala manusia; Dia-lah itu Khatamul-Auwliya : Hadhrat Muhammad Mustafa Saw, yang bahkan hingga saat menghembuskan nafasnya yang terakhir pun, yang beliau Saw dambakan tiada lain adalah kecintaan Allah Swt. Dia itulah contoh uswatun hasanah dalam hal keimanan yang teguh kepada Allah Swt; yang terafdhol di antara seluruh kaum Mukminin.

Pada sebuah Hadith lain diriwayatkan, seorang mukmin tak akan mencapai qurb Ilahi sebelum ia mencintai sesama umat manusia semata-mata karena Allah. Huzoor kemudian menyampaikan sebuah Hadith lainnya yang diriwayatkan oleh Hadhrat Abu Hurairah (r.a): Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh Allah menyukai tiga hal kebaikan di dalam diri manusia, dan tiga hal lainnya yang tidak disukainya; Yakni, (1) Allah menyukai mukminin yang hanya menyembah-Nya; sama sekali tidak menyekutukan-Nya. (2) Berpegang teguh kepada tali (Jamaat) Allah dan (3) Tidak memecah belah di antara sesama. Sedangkan tiga hal yang tidak disukai Allah Taala adalah: Banyak bicara tiada guna; Terlalu banyak bertanya, dan Memboroskan harta-benda [Sahih Muslim].

Hadith lainnya yang diriwayatkan oleh Hadhrat Umar Bin Khattab mengenai saling mengasihi sesama demi untuk memperoleh ganjaran pahala keridhaan Allah Taala. Itulah mereka yang tidak akan takut maupun bersedih. Amal shalihnya semata-mata demi untuk mendapatkan ridha Ilahi. Dan para nabiyullah berkewajiban untuk senantiasa memantapkan hablum-minallah kaumnya.

Tujuan diutusnya para nabiyullah adalah untuk mengadakan inqilabi haqiqi, revolusi rohani manusia. Dan maqom yang tinggi dari para auwliya adalah maqom yang disediakan untuk para nabiyullah; dan yang terafdhol di antara mereka adalah Rasulullah Saw. Di zaman sekarang ini, seorang waliullah adalah dia yang berasal dari kalangan Ummat atau Jamaat beliau Saw. Dan mereka itu pun beriman kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. Akhir Zaman yang mendapat tugas Ilahi untuk menyatukan kaum mukminin sekaligus menghilangkan berbagai perbedaaan di antara mereka. Kaum Ahmadi maupun non-Ahmadi hendaknya merenungkan hal ini; yakni, mencintai sesama; taat kepada Nizam-Jamaat, dsn Mempunyai hubungan erat dengan Khilafat; kesemua prasyarat tersebut akan membuatnya dapat meraup ganjaran pahala di dunia ini maupun di Akhirat nanti. Melalui jalan petunjuk inilah mukminin akan berhasil memperoleh hakikat tujuan diciptakannya.

Hadhrat Imam Mahdi a.s. banyak memberi petunjuk mengenai kemajuan rohani manusia baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Yakni, apabila manusia melangkahkan kakinya di dalam jalan petunjuk ini, maka Allah Taala pun akan memberikan karunia pertolongan-Nya. Demikianlah, hanya manusia sajalah yang dapat meraih ketinggian rohani mereka guna memperoleh Kecintaan Ilahi dan ilmu Hikmah-Nya.
Semoga Allah Swt memudahkan kita untuk beristiqamah di jalan-Nya untuk memperoleh kedekatan persahabatan dengan-Nya. Semoga Allah mengampuni segala dosa kita. Serta senantiasa mendapat perlindungan Rahimiyyatnya yang tiada akhir. Amin !



_____________________
* Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba 13 November 2009, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...