Kamis, 21 Februari 2008

Kecerdasan Scholastic vs Kecerdasan Emosional

-------------------------------------------------------------------------
Berikut ini adalah tulisan yang diambil dari sebuah milis (hasil surfing lah..) cukup bagus buat nambah wawasan. Moga bermanfaat.
-------------------------------------------------------------------------

Aku Biasa - Biasa Aja !

Tahukah anda, apa yang paling dibanggakan orang tua dari anak-anaknya?
Boleh
jadi adalah kecerdasan scholastic, seperti matematika, bahasa,
menggambar
(visual), musik (musical), dan olahraga (kinestetik).

Tetapi, pernahkah kita membanggakan jika anak kita memiliki kecerdasan
moral, kecerdasan intrapersonal, atau kecerdasan interpersonal?

Rasanya jarang, sebab ketiga kecerdasan yang terakhir hampir pasti
uncountable, tidak bisa dihitung, dan sayang sekalin tidak ada
pontennya
(nilainya) di sekolah, karena di sekolah hanya memberikan penilaian
kuantitatif.

Ada sebuah cerita tentang seorang anak, sebut saja namanya Fani
(6,5tahun),
kelas I SD. Ia memiliki banyak sekali teman. Dan ia pun tidak
bermasalah
harus berganti teman duduk di sekolahnya. Ia juga bergaul dengan siapa
saja
dilingkungan rumahnya. Ada satu hal yang menarik saat ia bercerita
tentang teman-temannya.

"Bu, Ifa pinter sekali lho, Bu...! Pinter Matematika, Bahasa Indonesia,
Menggambar....pokoknya pinter sekali....!" katanya santai. Vivi juga
pintar
sekali menggambar, gambarnya bagus ...sekali! Kalau si Yahya hafalannya
banyaaak... sekali!"

Ya memang fani senang sekali membanggakan teman-temannya. Ketika
mendengar
celoteh anaknya ibunya tersenyum dan bertanya, " Kalau mbak Fani pinter
apa?" Ia menjawab dengan cengiran khasnya,"

Hehehe...kalau aku, sih, biasa-biasa saja".
Jawaban itu mungkin akan sangat biasa bagi anda, tetapi ibunya
tertegun,
karena pada dasarnya fani memang demikian. Ia biasa-biasa saja untuk
ukuran
prestasi scholastic.

Tapi coba kita dengarkan apa cerita gurunya, bahwa Fani sering diminta
bantuannya untuk membimbing temannya yang sangat lamban mengerjakan
tugas
sekolah, mendamaikan temannya yang bertengkar.

Bahkan ketika dua orang adiknya, Farah (4,5 tahun ) dan Fadila (2,5
tahun)
bertengkar. Fani langsung turun tangan. "Sudah..! sudah, Dek! sama
saudara
tidak boleh bertengkar, Hayo tadi siapa yang mulai?" Adiknya saling
tunjuk."Hayo, jujur ...Jujur itu disayang Allah..! Sekarang salaman
ya...
saling memaafkan".

Pun ketika suatu hari ia melihat baju-baju bagus di toko, dengarlah
komentarnya!
"Wah bajunya bagus-bagus ya Bu? Aku sebenarnya pengin, tapi bajuku
dirumah
masih bagus-bagus, nanti saja kalau sudah jelek dan Ibu sudah punya
rezeki,
aku minta dibelikan ..."
Ibunya pun tak kuasa menahan air matanya, subhanallah anak sekecil itu
sudah
bisa menunda keinginan, sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional.

Saya sebenarnya ingin berbagi cerita tentang ini kepada anda, karena
betapa
banyak dari kita yang mengabaikan kecerdasan-kecerdasan emosional
seperti
itu. Padahal kita tahu dalam setiap tes penerimaan pegawai, yang lebih
banyak diterima adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional
walaupun dari sisi kecerdasan scholastic adalah BIASA-BIASA SAJA.

Kadang kita merasa rendah diri manakala anak kita tidak mencapai
ranking
sepuluh besar disekolah. Tetapi herannya, kita tidak rendah diri
manakala
anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, mau menang sendiri,
sombong, suka menipu atau tidak biasa bergaul.

Maka ketika Fani mengatakan "AKU BIASA-BIASA SAJA", maka saat itu
ibunya
menjawab "Alhamdulillah, mbak Fani suka menolong teman-teman, tidak
sombong,
mau bergaul dengan siapa saja. Itu adalah kelebihan mbak Fani,
diteruskan
dan disyukuri ya..?" Ya... ibunya ingin mensupport dan memberikan
reward
yang positif bagi Fani. Karena kita tahu anak-anak kita adalah amanah
dan
suatu saat amanah itu akan diambil dan ditanyakan bagaimana kita
menjaga
amanah. Sebagaimana doa kita setiap hari agar anak-anak menjadi
penyejuk
mata dan hati.

Sudahkah kita mencoba untuk menggali potensi-potensi kecerdasan
emosional
anak-anak kita? Kalau belum mulailah dari diri kita, saat ini juga.

Source : L. Fini R.A
Procurement Division




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...