Rabu, 11 Juni 2008

Keyakinan Ahmadiyah Tidak Pernah Menyimpang dari Keyakinan Ahlus-sunnah

Pada dasarnya Ahmadiyah tidak pernah menyimpang dari akidah mainstream. Selama ini yang menjadi pangkal keyakinan Ahmadiyah adalah datangnya nabi Isa as. kedua kali yamg sama-sama diyakini oleh mainstream ahlus-sunnah. Perbedaannya adalah hanya pada masalah pemahaman mengenai person dan waktu. Siapa dan kapan..

Berikut ini saya tuliskan beberapa kutipan pendapat yang dirangkum dari berbagai sumber tentang akidah kedatangan kembali nabi Isa as kedua kalinya. Semoga bermanfaat:

1. Pendapat NU yang termaktub dalam Mukatamr ke III di Surabaya tanggal 28 September 1928 :

“ Kita wajib meyakini Isa bin Maryam as. akan datang di akhir zaman nanti sebagai nabi/rasul yang melaksanakan Syariat nabi Muhammad saw. hal itu tidak berarti menghalangi nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir (pembawa Syariat) sebab nabi Isa bin Maryam as. hanya akan melaksanakan Syariat Nabi Muhammad saw. (Ahkamul Fuqaha).
Kemudian ada disebutkan juga bahwa Mahzab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku).

Al-Qurtubi, Mufassir terkemuka, juga mempunyai pendapat yang mirip dengan NU memberikan rumusan: “bahwa yang benar (al-shahih) adalah, sebenarnya Allah mengangkat Nabi Isa ke langit tanpa diwafatkan terlebih dahulu dan bukan dalam keadaan tidur. Kelak, Ia akan benar-benar diturunkan ke bumi untuk membasmi kemungkaran.”

2. Pendapat Ayahanda Hamka Dr. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul)
"....yaitu bahwasanya Isa al Masih yang akan datang itu tidaklah diketahui oleh seorang juga, apakah hakikatnya....Dan siapakah dia? Dan kapankah? Dimanakah? Maka iman dengan dia itu ialah wajib, sedang mengetahui hakikatnya itu wajib pula diserahkan kepada Allah Taala saja...."dst.... (Al-Qaulush Shahih, halaman 134).

3. Pendapat Prof. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)1956, "Peladjaran Agama Islam," Penerbit "Bulan-Bintang," Djakarta, Tjetakan Pertama.
“Ulama tafsirpun berbincang hebat tentang turunnya Nabi Isa.
Lebih-lebih telah tersebut pula dalam satu hadis, bahwa
"Mahdi itu tidak lain adalah Isa." Mereka perbincangkan
apakah Isa itu masih hidup, lalu diangkat Tuhan kelangit,
ataukah dia telah meninggal dunia sebagaimana kebanyakan”

“ Orang yang memegang kepercayaan bahwa Nabi Isa belum mati,
dan hanya menguatkan bahwa Nabi Isa diangkat ke langit
dengan tubuhnya, terpaksa mesti mencari arti yang lain dari
kata "wafat" itu. Tetapi yang berpendapat bahwa Nabi Isa
mati, langsung saja mengartikan ayat itu menurut zahir
bunyinya. Mula-mula beliau wafat, setelah itu beliau
diangkat ke hadirat Tuhan, sebagaimana setiap insan yang
mulia. Sebab itu ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit, melainkan ke hadirat Tuhan.”

“Adapun dasar kepercayaan kita dengan berpegang kepada ayat
yang tertulis di atas tadi nyatalah bahwa Nabi Isa telah
wafat. Nabi Isa telah wafat, dengan berdasarkan kepada
"mutawaffika" tadi. Dan dia telah diangkat ke hadirat
Allah, (wa rafi'uka ilayya), sebagaimana setiap roh yang
suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah.”

“Adapun tentang turunnya kembali beliau ke dunia, sebelum
hari kiamat datang, adalah hadis yang bernama "Al-Uhad."
Tidak termasuk kedalam hadis yang mutawatir. Maka menurut
pertimbangan ahli-ahli hadis, kalau sekiranya tidak kita
jadikan menjadi pokok kepercayaan, sebagaimana pokok
kepercayaan yang enam perkara (rukun iman), tidaklah kita
keluar dari Agama Islam.”

“Meskipun demikian tidaklah boleh kita menolak kekuasaan
Tuhan. Turunnya Nabi Isa kembali ke dunia, tidaklah hal
yang mustahil, walaupun tulangnya telah hancur. Bukanlah
didalam Al-Quran ada tersebut cerita burung-burung yang
telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan.
Burung itu empat ekor banyaknya. Lalu dihantarkan ke puncak
empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim supaya
empat burung itu dipanggil kembali. Maka datanglah keempat
burung itu, dengan izin Allah!”

“Dipandang dari segi kepercayaan ini, datangnya Nabi Isa
kembali ke dunia setelah beribu tahun beliau wafat, hanyalah
permulaan saja dari kebangkitan mahluk Tuhan yang lain.
Seluruh insan dihari kemudian akan dibangkitkan. Hanya Isa
Al-Masih didahulukan. Hal ini biasa saja bagi Tuhan.”

4. Pendapat Ulama Kontemporer

Atau bisa saja Nabi Isa as. diturunkan ke bumi, tapi turun dengan pengertian “semangat”, “ruh”, bukan dengan pengertian hakikat; raga dan bentuknya. Maka, era Isa adalah masa kebangkitan semangat menghidupkan kembali syariat Islam yang telah lama tercabik-cabik. Dan Dajjal bukanlah makhluk raksasa 'setengah dewa' yang sebelah matanya buta, dengan membawa surga dan neraka di genggamannya, yang menjadi musuh bebuyutan Nabi Isa, tetapi ia tak lebih dari simbol kemungkaran, ikon kejahatan yang dikalahkan oleh 'ruh Isa'. Pendekatan hermeneutika seperti ini dihembuskan oleh Imam al-Razi, Rasyid Ridla, Muhammad Abu Zahrah, Muhammad Abduh, Alusi, al- Maraghi, serta beberapa pemikir kontemporer lainnya.



2 komentar:

  1. Waaah.. Bang Ali, kalo soal sedot menyedot mah kita sama aja ;) As long as bermanfaat untuk sesama, I really glad to share.

    BalasHapus

Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.

Related Post

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...