Universal Children’s Day
Sidang Umum PBB pada tahun 1954 (resolusi 836-IX) telah merekomendasikan bahwa semua negara agar melembagakan Hari Anak Universal, yang akan dipandang sebagai bentuk persaudaraan dunia dan saling pengertian diantara para anak dan sebagai kegiatan promosi kesejahteraan anak di dunia. Adapun mengenai kapan hari itu ditetapkan, diserahkan kepada masing-masing negara untuk menentukan sesuai pertimbangan masing-masing.
Tanggal 20 November menjadi tanda dimana Sidang telah mengadopsi Deklarasi dari Hak-hak Anak, pada tahun 1959, dan konvensi Hak-hak anak pada tahun 1989. Ini sering menjadi rujukan yang dipilih oleh banyak negara untuk menetapkan tanggal peringatan hari anak ini. (lihat Wikipedia)
Di Indonesia sendiri hari anak ini ditetapkan diperingati pada tanggal 23 Juli. Entah apa yang mendasarinya dan mulai kapan diperingatinya (mohon sahabat netter yang lain dapat membantu saya carikan datanya :) ). Tahun ini diperingati dengan serangkaian kegiatan berupa kongres dua hari (21-22 juli) yang diadakan di Bogor, diakhiri acara semacam pagelaran atau apalah (saya sendiri tidak sempat melihat acaranya) yang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan dihadiri oleh Presiden.
Rekomendasi Anak-anak Indonesia
Ada yang menarik dari kongres anak di Bogor ini yaitu berupa 6 butir rekomendasi yang dibacakan pada acara puncak tanggal 23 juli, yaitu:
1. Kami anak Indonesia bercita-cita menjadi anak yang kreatif, cerdas, berkualitas, dan terlindungi darisegala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan diskriminasi.
2. Kami anak Indonesia membutuhkan perlindungan dari bahaya tembakau agar kami dapat tumbuh berkembang secara wajar.
3. Kami anak Indonesia bertekad untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran cara hidup sehat, hak kesehatan reproduksi, agar kami terhindar dari bahaya penyakit menular, HIV dan Aids serta penggunaan NAPZA.
4. Kami anak Indonesia bertekad mempersatukan anak bangsa yang berada di daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah terisolir, dengan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai.
5. Kami anak Indonesia bertekad untuk menyuarakan aspirasi kami melalui forum anak daerah yang akan ditindak lanjuti melalui kongres Anak Indonesia secara berkelanjutan, sebagai wadah saling berbagi informasi dan pendidikan demokrasi santun sejak dini untuk membangun solidaritas anak bangsa dan keutuhan negara kesatuan RI.
6. Kami anak Indonesia menyuarakan perlunya dibentuk kementrian anak untuk merespon kebutuhan anak di Indonesia.
Jika diperhatikan hasil kongres ini rasanya terlalu bagus untuk menjadi bahasa anak-anak. Meskipun peserta kongres adalah anak-anak yang terbilang sudah cukup dewasa (usia 12-16), namun tetap saja nuansanya anak-anak hampir tidak kentara sama sekali. Padahal judulnya kan kongres anak-anak. Atau apakah memang anak-anak sekarang ini pemikirannya sudah sangat dewasa ya? Wah, saya jadi lupa bagaimana ketika masih anak-anak dulu. Maklum saja ya, sekarang kakek sudah tua cu.. :D
Realitas Kehidupan Anak Indonesia
Saat ini memang kehidupan belum begitu menguntungkan bagi anak-anak. Terlepas apakah mereka sadar ataupun tidak. Masalah kesejahteraan terus mengancaman kelangsungan hidup anak-anak. Coba saja kita perhatikan mulai dari dalam kandungan hingga usia beranjak dewasa, kasus demi kasus yang melibatkan nyawa anak-anak muncul seolah tiada habisnya.
Contoh ancaman ketika anak masih dalam kandungan adalah aborsi. Aborsi atau pengguguran kandungan secara illegal diakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kasus yang sangat banyak terjadi belakangan ini. Si ibu boleh saja merasa berhak menentukan nasibnya sendiri, tapi ia tidak berhak menentukan nasib janin yang ada dalam perutnya. Ketika janin tumbuh dalam perutnya, bagaimanapun latar belakangnya, tetap berhak untuk hidup. Agama islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran itu adalah suci tanpa dosa. Yang salah dan berdosa adalah ibunya karena perbuatannya. Adapun si anak, sama sekali tidak dapat dipersalahkan atas perbuatan ibunya. Jadi apapun alasannya, perbuatan seperti itu jelas tidak dapat dibenarkan.
Ketika anak lahir, ancaman kehidupan bukannya berkurang malah semakin bertambah. Persoalan kehidupan yang kian berat, baru-baru ini, telah merengut korban dari anak-anak yang tidak kurang banyaknya. Ibu yang depresi, ayah yang gelap mata, ataupun sanak keluarga lainnya yang punya dendam kesumat, tidak melihat sosok didepannya yang masih anak-anak.
Jikapun kita mengesampingkan kasus-kasus luarbiasa seperti itu, toh secara umum kehidupan masyarakat kita sedemikiannya beratnya hingga banyak anak-anak yang terpaksa harus hidup di jalanan. Mahalnya biaya pendidikan sudah bukan hal aneh di negeri yang merdeka lebih dari setengah abad ini. Rencana sekolah gratis hanya ramai ketika kampanye pemilu mulai mendekat.
Negara kita benar-benar tertinggal dari yang lain. Malaysia yang tumbuh berkembang bersama kita saja, sudah lama menerapkan sistem pendidikan gratis untuk anak-anak bangsanya. Negara kita jangankan pendidikan gratis, beras pun masih harus impor dari negara lain. Sungguh mengenaskan untuk negara yang luas daratannya berkali-kali lipat dari berbagai negara lain, tapi kehidupannya jauh lebih makmur. Bagaimana anak-anak negeri ini akan cerdas bila untuk sekolah saja sampai setengah mati. Kalaupun ada sekolah yang murah (tetap tidak gratis), tapi kondisinya sangat tragis. Sekolah maupun gurunya seolah tidak pernah lagi ditengok oleh pemerintah. Sangat pasti untuk tidak lulus ujian nasional. Jika sudah demikian apa lagi artinya bersekolah?
Narkoba
Narkoba adalah masalah lain yang juga menjadi ancaman. Pergaulan yang tidak tepat menjadi factor yang sangat mungkin menyebabkan seorang anak dari kalangan manapun untuk masuk dan terjebak dalam lingkaran setan penggunaan narkoba. Anak-anak jalanan yang untuk makanpun kesulitan sama rentannya terhadap narkoba seperti anak-anak orang kaya yang kekurangan perhatian dan kasih sayang orangtua mereka. Pergaulan merupakan salah satu faktor kunci untuk menyebabkan terlibat narkoba. Permasalahan kehidupan adalah pasti ada, namun sejauh mana daya tahan kita terhadap pengaruh negatif pergaulan akan sangat menentukan kearah mana langkah kita selanjutnya.
Anak-anak yang daya tahan mental-spiritualnya lemah akan mudah terjerumus dalam lingkungan yang merugikan. Jika sudah terjadi demikian maka akibatnya akan sangat fatal. Kalaupun berhasil diselamatkan, dampaknya pasti akan tinggal untuk waktu yang sangat lama atau selama akhir masa hidupnya.
Anak-anak adalah harapan masa depan. Setiap orang tua pasti bahagia melihat anaknya yang sukses. Kesuksesan dalam arti yang luas mencakup bidang materil dan spiritual. Setiap kesuksesan yang diraih oleh seorang anak, bukan saja merupakan kesuksesan pribadi dan keluarganya namun juga merupakan kemajuan untuk bangsa. Siapakah nanti yang akan menjadi tulang punggung bangsa ini kalau bukan anak-anak kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.