Sukabumi, Jum'at (8/8) di kaki Gunung Salak yang sejuk dan asri dengan kehijauan perkebunan teh yang menghampar bak permadani, sebuah tindakan anarkis kembali terjadi terhadap Ahmadiyah. Kali ini dua mesjid sekaligus rusak parah setelah diserbu massa di desa Lebaksari, Kecamatan Parakansalak. Sebelumnya sebuah mesjid di desa yang berdekatan (Parakansalak) juga habis dibakar massa setelah sehari sebelumnya memberi ultimatum yang dketahui oleh aparat.
Pangkalnya adalah masalah keyakinan. Masyarakat yang selama bertahun-tahun hidup rukun bersama-sama warga ahmadiyah disana, tiba-tiba saja menjadi benci. Ahmadiyah tidak merubah keyakinannya sedari awal, namun entah bagaimana paradigma warga menjadi berubah.
Diketahui bahwa upaya-upaya provokasi dan penghasutan memang kerap terjadi, terlebih sekarang ini. Namun demikian hal ini tidak disikapi oleh pihak berwajib sebagaimana mestinya. Malah yang terjadi adalah warga ahmadiyah yang ditekan agar memenuhi kehendak massa, dengan alasan untuk menjaga stabilitas keamanan.
Mesti diperbenah lagi tabligh sosial-nya, alias rabtah. Jangan sekedar simbolik.
BalasHapusBenar sekali Bang Ali, rabtah dalam pengertian yang sebenarnya memang harus mulai digalakan di jamaah kita. Jangan hanya sekedar simbolik seperti partai-partai itu loch.
BalasHapusTapi perlu diperhatikan juga bahwa kehidupan masyarakat di pedesaan itu pada dasarnya sangat sederhana. Jauh berbeda dengan masyarakat kota. Kehidupan bertetangga di pedesaan masih berbentuk aktual dan tidak sekedar wacana. Setidaknya ini yang saya rasakan baik di Parakansalak maupun Lebaksari. Kebetulan saya lahir dan besar di tempat itu.
Jadi jika kita menyebut rabtah pada mereka, justru mereka sudah menjalankannya jauh sebelum istilah itu sampai pada mereka.
Rabtah yang sebenarnya, menurut saya, adalah menerapkan segala contoh yang Mulia Nabi Muhammad saw. dalam segi sosial kemasyarakatan. Jadi tidak ada hal yang baru..
Btw, thanks atas komentarnya..
Perlu kreativitas baru kayaknya; lebih berperan aktif dalam mendukung pemerintah e.g. memasyarakatkan oleh raga dan mengolahragakan masyarakat, program orang tua asuh, aktivasi balai latihan kerja dll..
BalasHapusAWW,
BalasHapussebulan yg lalu sepulang sy cuti 3 hari disana, Memang BETUL! pak Naweed, upaya provokasi terus bergulir disana. melalui even2 pengajian sampe even perpisahan TK (taman kanak2) pun gak luput dari hembusan provokator. Tidak beda isinya fitnah2 seperti sebutan khas "penodaan agama", dll, dan ini jadi bola panas disana. Provokatornya utamanya siapa lagi kalo bukan MUI daerah parakanasalak. Mereka memang getol menghasut. Karena hasutan biangnya ini, aparat pemerintah pun terbawa hasutannya. Beberapa kali kita melapor dicuekin.
Yah itu mah sukses provokator sesaat aja, toh masyarakat sana sudah bisa menilai sendiri tidak semua terhasut fitnah murahan MUI, Warga ahmadiyah mah tetap dari dulu berusaha memperlihatkan diri sebagai warga masyarakat yg baik.
salam,
Wa'alaikum salam kang Asshaf. Waah saya malah belum sempat kesana. Insyaallah awal ramadhan ini mudah2an bisa kesana.
BalasHapusSekarang ini sepertinya upaya makar mereka sudah semakin menjadi-jadi. Seperti supir angkot yang lagi kejar setoran.
Orang yang tidak senang dengan jemaat dari dulu memang sudah ada. Orang seperti itu biasanya tidak disukai masyarakat karena akhlaqnya. Sekarang ini, orang-orang seperti itu malah jadi pahlawan pembela islam.
Memang ini semua tidak terlepas dari rencana Allah. Namun seperti kata Bang Ali kita harus juga banyak berbenah ya? Jangan sampai bernasib sama seperti kaum nabi Musa a.s..
dalamrang bud?keren abis blognya kreatif bo..kunjungi kami yang tapi masih kosong, no idea...he he pingpong rame wae bud, diantros
BalasHapus