Dentuman suara ledakan bergema di seluruh penjuru kota. Darah mengalir, mayat bergelimpangan. Air mata terurai, kepiluan tak terelakkan. Melihat Gaza sekarang ini, tak ubahnya seperti masa ribuan tahun yang lalu dimana peradaban manusia belum seperti sekarang. Tidak ada batasan kemanusiaan, rasa keadilan, ataupun belas kasihan laksana binatang buas yang sedang menerkam mangsanya. Bedanya kini menggunakan peralatan yang lebih canggih sehingga kebrutalan tidak akan terlalu terlihat secara vulgar seperti di masa lalu.
Hingga kini hari ke-20 invasi israel ke Palestina, jumlah korban tewas akibat kekejaman Israel sudah hampir 1000 orang. Sebagian besar adalah anak-anak dan kaum wanita. Angka ini akan terus bertambah mengingat besarnya jumlah korban luka-luka yang parah sedangkan sarana prasarana perawatan medis sangat minim akibat blokade Israel.
Israel menjadikan Hamas sebagai alasan mereka membantai seluruh Palestina. Hamas pun tidak mau mengalah dengan terus mengirimkan roket-roket ke wilayah israel. Hasilnya, 4 orang terluka di pihak Israel dan ribuan terbunuh di Palestina. Hamas yang sudah terbakar kebencian yang mendalam semenjak lama sepertinya sudah tidak dapat bertindak rasional lagi. Tidak lagi memikirkan korban di pihak saudara mereka sendiri yang terus berjatuhan. Israel pun nampaknya tidak berniat memberi ampun kepada Hamas ataupun kepada Palestina seumumnya yang sedari awal menjadi duri dalam renacananya menguasai kembali Tanah Yang Dijanjikan Tuhan (The Promised Land). Sehingga pemandangannya sekarang persis seperti seekor kucing yang sedang mempermainkan tikus yang sudah tidak berdaya.
Jika ini terjadi ribuan tahun yang lalu, kita akan faham karena waktu itu belum ada hukum internasional yang mengikat semua bangsa-bangsa di dunia. Belum ada Perserikatan Bangsa Bangsa seperti sekarang ini yang bertujuan menjaga perdamaian dunia. Lalu apa yang salah?? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa kekejian seperti ini masih saja berlangsung.
Masalah politik dan permainan kotornya dari dulu memang bukan termasuk hal yang dapat ku cerna. Mungkin aku terlalu naif untuk bisa mengerti hal seperti itu. Tapi setidaknya semua setuju dengan azas kemanusiaan. Agama manapun di dunia ini pasti memberikan perhatian pada kemanusiaan ini tanpa terkecuali. Manusia harusnya memang banyak belajar tentang kemanusiaan dari pengalaman sejarah berabad-abad. Cukup sudah peperangan, pertumpahan darah, kekerasan, dan ketidakadilan.
Namun mungkin kehendak Tuhan lain. Selalu kita memikirkan apa yang menjadi kehendak kita tanpa memperhatikan kehendak Tuhan. Tuhan selalu memberikan jalan untuk kebaikan umat manusia. Namun semikian manusia tanpa malu menolak semua yang terbaik itu dan memilih jalannya sendiri. Kebaikan hanyalah bila manusia kembali ke jalan Tuhan. Namun kebanyakan manusia tidak lagi memperhatikan jalan hidup yang sedang dilaluinya. Terlalu asyik dengan ambisi dirinya serta mengabaikan seruan Tuhan untuk kembali ke jalan-Nya.
Masing-masing merasa benar dengan arah yang sedang dituju tanpa mau memeriksa dengan benar navigasi Ilahi yang diberikan. Tanda-tanda diabaikan dan dianggap tidak dijadikan panduan untuk mencari arah. Semakin lama manusia makin kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Hingga langit baru dan dunia baru akan mustahil terwujud tanpa adanya revolusi mendasar dalam kehidupan setiap orang yang dapat membangkitkan kembali kesadaran akan adanya keinginan Tuhan yang sebenarnya.
Mungkin banyak yang belum menyadari betapa genting keadaan dunia sekarang ini. Diawali dengan turun naiknya harga minyak dunia, lalu jatuhnya ekonomi Amerika dalam krisis yang mengakibatkan krisis global, lalu kini tiba-tiba Israel menyerang Gaza membabi buta. Dengan alasan untuk memberangus Hamas. Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan PD-3 (Perang Dunia 3) akan terjadi. Tapi melihat gelagat dinamika politik dan ekonomi dunia saat ini semuanya jadi terasa semakin dekat. Gaza mungkin hanyalah sebuah momentum awal. Selanjutnya entah apa yang akan terjadi.. wallahu a’lam.
Abunaweed, Jakarta 15 Jan '09
ganasnya perang sungguh mengenaskan
BalasHapus