Oleh: Drs. ABD. ROZAQ
=========================================
Sebuah makalah yang disiapkan untuk acara SEMINAR SEHARI REFORMASI MENURUT ISLAM pada hari Ahad, 25 Februari 2001 di Mesjid “THORIK MUHAMMAD” Perigi-Pondokaren, RT 003/03, Desa Perigi, Kec. Pondokaren, Tangerang – BANTEN.
=========================================
إن الله يبعث لهذه الأمّة على رأس كلّ مائة سنة من يجدّد لها دينها
“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat (Islam) ini pada setiap permulaan seratus tahun orang yang akan memperbaharui (pemahaman) agamanya.” (Abu Daud, 36:1)
1. Pengertian Reformasi
Dalam Bahasa Indonesia pengertian Reformasi itu adalah perubahan radikal untuk perbaikan (bidang sosial, politik atau agama) di suatu masyarakat atau negara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1997).
Dalam Bahasa Arab, kita dapati kata “أجدّه وجدّه واستجدّه أي صيّره جديدا ”. Artinya: menjadikannya baru. Apabila dikatakan: كبر فلان ثم أصاب فرحة وسرورا فجدّ جدّه كأنّه صار جديدا. Artinya: Si Fulan telah menjadi besar lalu ia mendapatkan kesuksesan dan kesenangan, maka kakeknya menjumpainya seakan-akan ia menjadi orang baru. (Lisânulu'l-‘Arab, Abu'l-Fadhl Jamâlu'd-dîn Muhammad Bin Mukarram Ibnu Manzhûr Al-Afriqî Al-Mishrî, Jilid III, pada huruf خ s.d. د, Daru Shadir, Beirut).
Dengan demikian, pengertian Reformasi menurut Islam adalah merubah pemahaman agama umat Islam yang menyimpang dari Alquran dan sunnah Rasulullah saw. dengan pemahaman yang sesuai dengan keduanya sehingga pemahaman tersebut tampak seakan-akan baru.
Agar lebih jelas dan konkret, saya kemukakan peristiwa di alam yang mempunyai persamaan dengan Reformasi menurut Islam di atas. Apabila kita melihat air sungai di kota atau di muara tampak keruh, karena sudah berkontaminasi dengan berbagai polusi, lalu air tersebut diolah sedemikian rupa oleh Perusahaan Air Minum yang bisa menghasilkan air bersih yang jernih seperti air yang baru keluar dari sumbernya. Jadi pada hakikatnya air yang dihasilkan oleh Perusahaan itu adalah air yang keluar dari sumber. Sehingga, orang awam menyangka bahwa air dari Perusahaan itu seakan-akan air yang baru, karena berbeda dengan air sungai kota atau air sungai muara yang dilihat oleh pada umumnya manusia.
Rasulullah saw. bersabda:
إن الله يبعث لهذه الأمّة على رأس كلّ مائة سنة من يجدّد لها دينها
“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat (Islam) ini pada setiap permulaan seratus tahun orang yang akan memperbaharui (pemahaman) agamanya.” (Abu Daud, 36:1)
Agama Islam adalah agama yang dibangun berdasarkan Kitab Suci Alquran dan Sunnah atau Hadis Rasulullah saw.. Di mana Allah swt. sendiri menyatakan bahwa Islam yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. itu sudah mencapai kesempurnaan dan diridhai-Nya (QS 5:4), maka sesudah beliau saw. wafat, tidak mungkin orang yang setia mengikuti beliau saw. dan dipilih oleh Allah swt. untuk memperbaharui agama umat Islam ini akan mengurangi atau menambah atau merubahnya. Karena, jika ia melakukan pengurangan atau penambahan atau merubahnya, berarti ia merusak agama Islam. Jadi, yang mungkin dilakukan oleh seorang Mujaddid atau Reformer atau Pembaharu dalam Islam ialah menyajikan pemahaman agama Islam yang telah dibersihkan dari segala macam khurafat dan bid’ah dengan formulasi yang sesuai dengan kondisi zamannya.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. bersabda:
إنا مسلمون نؤمن بكتاب الله الفرقان – ونؤمن بأن سيّدنا محمّدا نبيّه ورسوله وأنّه جاء بخير الأديان – ونؤمن بأنّه خاتم الأنبياء لا نبيّ بعده – إلا الذى ربّي من فيضه وأظهره وعده – ولله مكالمات ومخاطبات مع اوليائه فى هذه الامة – وأنهم يعطون صبغة الانبياء ليسوا نبيين فى الحقيقة – فإن القرآن اكمل وطر الشريعة – ولا يعطون الا فهم القرآن ولا يزيدون عليه ولا ينقصون منه ومن زاد او نقص فاولئك من الشياطين الفجر – ونعني بختم النّبوة ختم كمالاتها على نبينا الذي هو افضل رسل الله وانبيائه ونعتقد بأنّه لانبيّ بعده الا الذي هو من امّته ومن اكمل اتباعه.
“Sesungguhnya kami orang-orang Islam yang beriman kepada Kitabullah Al-Furqan. Dan, kami beriman bahwa Paduka YM kita Muhammad saw. adalah Nabi-Nya dan Rasul-Nya. Dan, beliau saw. datang dengan sebaik-baik agama. Dan, kami beriman bahwa sesungguhnya beliau Khatamu'l-‘Anbiyaa' yang tidak ada Nabi sesudahnya, kecuali yang mendapat limpahan pemeliharaannya dan untuk menampakkan janjinya. Dan karena Allah para wali dari umat ini mendapatkan mukallamat dan mukhathabat. Dan, sesungguhnya mereka diberi warna para Nabi [meskipun] mereka bukan para Nabi secara hakiki. Sesungguhnya, Alquran itu maksud yang paling sempurna [bagi] Syari’at ini. Dan, mereka tidak diberi kecuali pemahaman Alquran sedang mereka tidak menambahnya dan tidak pula menguranginya. Dan, siapa saja yang menambah atau mengurangi, maka berarti mereka itu Syaithan yang durhaka. Dan, kami maksudkan dengan Khatamun-Nubuwat ialah Tuntas Kesempurnaannya pada Nabi kita, yang beliau itu sebagai Rasul dan Nabi yang paling mulia di antara para Rasul dan para Nabi; dan kami berkeyakinan bahwa sesungguhnya tidak ada Nabi sesudah beliau, kecuali yang berasal dari umat beliau dan dari pengikut beliau yang paling sempurna.” (Mawâhibu'r-Rahmân, hal. 69; Rûhânî Khazâ-in, Jilid XIX, Additional Nazhir Isyaat London, 1984, hal. 285, 1984)
2. Manfaat Reformasi
Setiap manusia diciptakan oleh Allah swt. sesuai dengan Fitrah-Nya (QS 2:139). ¬) Dia adalah Tuhan Yang Maha Suci (QS 17:2) dan mencintai orang-orang yang suci (QS 2:223), setiap fitrah manusia senang kepada hal-hal yang suci. Alquran adalah kitab yang dijaga kesuciannya oleh Allah swt. (QS 15:10) dari penambahan atau pengurangan atau perubahan. Karena itu, umat Islam menyebutnya sebagai Kitab Suci. Namun, tidak ada jaminan bagi setiap orang yang membaca Alquran pasti mendapatkan pemahaman yang benar, jika syarat-syaratnya tidak dipenuhi. Di antara syarat membaca Alquran harus berhati suci (QS 56:80), tidak terdapat keinginan yang bengkok (QS 3:8), menggunakan akal sehat (QS 2:243), dan mohon kepada Allah swt. agar dikaruniai ilmu-Nya (QS 2:152; 18:66; 20:115). Karena pada hakikatnya, Dia-lah yang memberikan hidayah atau pemahaman yang benar tentang Firman-Nya (QS 28:57). Maka dari itu, kebangkitan seorang Mujaddid adalah rahmat Allah swt. bagi umat Islam, karena dialah orang yang dipilih untuk menjelaskan maksud firman-Nya atau agama-Nya, sehingga mereka mendapatkan pemahaman agama yang benar, suci dari khurafat dan bid’ah sesuai dengan kebutuhan umat pada zamannya. Dengan pemahaman agama yang benar dan bersih dari segala kotoran dan kebathilan, akan memberikan keyakinan yang kuat di hati manusia dan akal mereka akan bisa menjelaskan dengan argumentasi yang terang dan jelas sehingga kepalsuan menjadi lenyap. Sehingga, keyakinan dan semangat keagamaan umat Islam yang mengikuti Mujaddid tersebut, seperti umat Islam pada zaman Rasulullah saw. meskipun mereka tidak pernah berjumpa dengan beliau saw. karena didukung oleh Iman yang berdasarkan ilmu yang meyakinkan. Sehingga, iman dan amalnya berjalan seiring.
Rasulullah saw. bersabda:
لا يقبل إيمان بلا عمل، ولا عمل بلا إيمان.
“Iman tidak diterima tanpa amal. Dan, tiada amal tanpa iman.” (Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, dari Ibnu Umar r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz I/260)
الصبر نصف الايمان، واليقين الايمان كلّه.
“Sabar adalah setengah dari iman. Sedangkan, keyakinan adalah iman yang utuh.” (Abu Nu’aim dalam Al-Khilyah, Al-Baihaqiy dalam Syi’abil-Iman, dari Ibnu Mas’ud r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz III/7331)
ماأخاف على أمتي إلا ضعف اليقين.
“Tak ada satupun yang saya takutkan pada umat saya, kecuali lemahnya keyakinan.” (Ath-Thabrani dalam Al-Ausath, Al-Baihaqiy dalam Syi’abil-Iman, dari Abu Hurairah r.a.; dan Kanzul-Umal; Juz III/7332)
طوبى لمن أدركني وآمن بي وطوبى لمن لم يدركني ثم آمن بي.
“Berbahagialah orang yang berjumpa dengan saya dan mengimani saya. Dan, berbahagialah orang yang tidak berjumpa dengan saya kemudian mengimani saya.” (Ibnu An-Najjar dari Abu Hurairah r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz I/248)
طوبى لمن رآني وآمن بي مرة، وطوبى لمن لم يربي وآمنبي سبع مرات.
“Berbahagialah orang yang telah melihat saya, dan mengimani saya [diucapkan] sekali. Dan, berbahagialah orang yang tidak melihat saya serta ia mengimani saya [diucapkan sampai] tujuh kali.” (Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya, Al-Bukhari dalam Tarih-nya, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Abu Umamah r.a., Ahmad bin Hanbal dari Anas r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz I/250)
3. Reformasi di Zaman Rasulullah saw.
Muhammad saw. adalah seorang Nabi Besar yang kebangkitannya berkat doa Nabi Ibrahim a.s. (QS 2:130) dengan membawa empat tugas, yaitu membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan umatnya, mengajarkan Kitab dan kebijaksanaan (QS 62:3). Sehubungan dengan hal ini, beliau pernah mengaku demikian.
Rasulullah saw. bersabda:
أنا دعوة أبي إبراهيم وبشرى عيسى ابن مريم، ورأت أمّي أنّه خرج منها نور أضاءت له قصور الشام.
“Saya adalah [seorang Nabi berkat] doa ayahanda saya, Ibrahim. Dan, kabar suka dari Isa ibnu Maryam. Dan, ibunda saya melihat bahwasanya cahaya telah keluar darinya di mana Istana Syam meneranginya.” (Abu Daud Ath-Thayalisiy, Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya, Ibnu Sa’ad, Al-Baghawiy, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, Al-Baihaqiy dalam Ad-Dalail; dari Abi Umamah r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz XI/31829, 31830, 31833, 31834, 31835, 31889)
Jarak waktu antara Nabi Ibrahim a.s. dengan Nabi Besar Muhammad saw. sekitar 2700 tahun. Karena itu logis, jika pada zaman Rasulullah saw. banyak pemahaman umat yang salah terhadap ajaran Nabi Ibrahim a.s. sebab ajaran beliau a.s. sudah berpindah-pindah dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga lebih 70 generasi. Baik pada generasi keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ismail as. yang dikenal dengan bangsa Arab maupun melalui Nabi Ishak a.s. yang dikenal dengan bangsa Israil.
3.1. Keesaan Allah swt.
Di antara pemahaman bangsa Arab yang salah ialah mengenai ketuhanan Lâta, Uzzâ dan Manâta. Ajaran ketuhanan ini hanyalah buatan orang-orang Arab sendiri yang dibangun atas lamunan mereka, bukan atas ilmu agama yang diwariskan nenek moyang mereka Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s..
Allah Taala berfirman: )
أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى. وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ اْلأُخْرَى. أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ اْلأُنْثَى. تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيْزَى.
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manata yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.” (An-Najm, 53:20-23)
وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لاَ يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا.
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” (An-Najm, 53:29)
Demikian juga Bani Israil Yahudi Madinah dan suatu madzhab Yahudi di Hadramaut berkeyakinan bahwa Uzair itu anak laki-laki Allah. Beliau adalah keturunan Seraya, penghulu agung, dan beliau sendiri sebagai anggota Dewan Penghulu yang dikenal sebagai Imam Ezra. Beliau termasuk seorang tokoh terpenting pada abad kelima sebelum Masehi dan mempunyai pengaruh yang luas sekali dalam perkembangan agama Yahudi. Beliau mendapat kehormatan yang istimewa di antara para Nabi Israil. Bahkan dalam kepustakaan golongan Rabbi, beliau dianggap patut sebagai pembawa syari’at, seandainya Hukum itu tidak dibawa oleh Nabi Musa a.s.. Beliau bekerjasama dengan Nehemia dan wafat pada usia 120 tahun di Babil. (Jewish Encyclopædia dan Encyclopædia Biblica)
Allah Taala berfirman:
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوْا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِيْنَ.
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.” (At-Taubah, 30:30)
Sedang Kaum Nasrani (Kristen) berkeyakinan bahwa Yesus Kristus (Isa Al-Masih) ibnu Maryam sebagai Tuhan. Keyakinan mereka itu tercantum dalam Kitab mereka. (Kisah Para Rasul, 16:29-34 dan Roma, 5:12-21).
Sehubungan dengan pemahaman mereka yang salah tentang Keesaan Allah Taala dan mereka berkeyakinan bahwa Nabi Ibrahim a.s. sebagai orang Yahudi dan orang Nasrani yang sudah berubah menjadi syirik, maka Rasulullah saw. mengingatkan mereka bahwa Nabi Ibrahim a.s. bukanlah orang Yahudi dan bukan pula sebagai orang Nasrani. Tetapi, beliau a.s. adalah seorang yang selalu cenderung dan patuh kepada Allah Taala serta bukan termasuk golongan orang-orang musyrik (QS 3:68) dan beliau saw. menyuruh mereka supaya mengikuti agama Ibrahim a.s. (QS 2:136; 3:96) sebab Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Yakub a.s. telah memberikan wasiat kepada anak-anaknya agar mereka memilih agama ini. Dan jangan sampai mati, kecuali sebagai orang yang patuh kepada Allah Taala. Dan, anak-anak Nabi Yakub a.s. sebagai nenek moyang Bani Israil menjawab bahwa akan senantiasa menyembah Tuhan Nabi Yakub a.s. dan Tuhan Nabi Ibrahim a.s. dan Tuhan Nabi Ismail a.s. serta Tuhan Nabi Ishak a.s., yaitu Tuhan Yang Esa.
Allah Taala berfirman:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."” (Al-Baqarah, 2:133-134)
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْءَانُ ِلأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللهِ ءَالِهَةً أُخْرَى قُلْ لاَ أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ.
“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".” (Al-An’am, 6:20)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al-Maidah, 5:73)
يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُوا فيِ دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُوا عَلَى اللهِ إِلاَّ الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلاَ تَقُولُوا ثَلاَثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَكَفَى بِاللهِ وَكِيلاً.
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (An-Nisaa, 4:172)
3.2. Kesucian para Nabi atau Rasul Allah Taala dari dosa
Pada zaman Rasulullah saw. di kalangan Yahudi dan Kriten mempunyai keyakinan bahwa para Nabi atau para Rasul itu pernah berbuat dosa, misalnya:
3.2.1. Nabi Nuh a.s. mabuk, telanjang sampai ditonton anak-anaknya
“Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. Maka Ham, bapa Kanakan itu, melihat aurot ayahnya, lalu diceriterakannya kepada kedua saudaranya di luar.” (Kejadian, 9 : 21-22)
3.2.2. Nabi Luth a.s. menghamili kedua anak perempuannya.
Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. Kata kakaknya kepada adiknya: “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapak orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa Bani Amon yang sekarang. (Kejadian, 19:30-38)
3.2.3. Nabi Harun a.s. menyembah patung
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami Allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.” Lalu berkatalah Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga istrimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.” Lalu seluruh bangsa ini menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah daripadanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israil, inilah Allahmu, yang telah menuntut engkau keluar dari tanah Mesir!” ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: “Besok hari raya bagi Tuhan!” Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria. Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kau pimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: “Hai Israil, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” (Keluaran, 32 : 1-8)
3.2.4. Nabi Daud a.s. menghamili istri tetangganya
Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israil. Mereka memusnahkan Bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, nampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam, istri Uria orang Het itu.” Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.” (2 Samuel, 11 : 1-5)
3.2.5. Nabi Sulaiman a.s. mempunyai 300 gundik
Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Fir'aun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu Tuhan telah berfirman kepada orang Israil : "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun jangan bergaul dengan kamu sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik; istri-istrinya itu menarik hatinya dari pada Tuhan. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. (1 Raja-raja, 11:1-4)
Ajaran agamaYahudi dan Kristen yang menyatakan para Nabi atau para Rasul di atas itu pernah berbuat dosa menurut pandangan Allah Taala tidak benar, karena itu Rasulullah saw. membantah keyakinan mereka dengan mengatakan bahwa setiap Nabi atau Rasul Allah Taala terjaga dari perbuatan dosa dan tidak ada yang durhaka kepada Tuhannya, karena mereka itu diutus untuk dijadikan teladan yang mulia bagi umatnya.
Allah Taala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ . وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لاَ يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ . يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Al-Anbiyaa, 21:26-29)
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ.
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” (Ali ‘Imran, 3:162)
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hadid, 57:26)
3.3. Nama putra Nabi Ibrahim a.s. yang dikorbankan
Orang-orang Yahudi dan Kristen berkeyakinan bahwa anak Ibrahim a.s. yang dikorbankan adalah bernama Ishak a.s. – bukan Ismail a.s. – sebagaimana tercantum dalam Alkitab:
FirmanNya: “Ambilah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian, 22:2)
Keyakinan mereka menurut pandangan Allah Taala tidak benar, karena itu Rasulullah saw. diperintah menerangkan masalah itu dengan tegas dan jelas bahwa anak Ibrahim a.s. yang dikorbankan itu bernama Ismail a.s., dan kelahiran Ishak a.s. setelah peristiwa pengorbanan. Di samping itu, bangsa Arab keturunan Nabi Ismail a.s.-lah yang melestarikan ibadah qurban sebagai bagian dari Ibadah Haji. Maka dari itu, setiap ayat Alquran menyebutkan kedua putra Nabi Ibrahim a.s., Allah Taala senantiasa menyebutkan nama Ismail a.s. lebih dahulu, sesudah itu baru nama Ishak a.s.. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Alquran berikut ini.
Allah Taala berfirman:
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيمٍ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى ِفي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.
“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".” (Ash-Shaffat, 37:102-103)
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ.
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Ash-Shaffat, 37:108)
قُولُوا ءَامَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَاْلأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.
“Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".” (Al-Baqarah, 2:137)
قُلْ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."” (Ali’Imran, 3:85)
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلىَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَاْلأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَءَاتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma`il, ishak, Ya`qub dan anak cucunya, `Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisaa, 4:164)
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي وَهَبَ ِليْ عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ.
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Ibrahim, 14:40)
3.4. Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. selamat dari pembunuhan dan penyaliban
Kaum Yahudi berkeyakinan bahwa mereka berhasil membunuh Isa Al-Masih ibnu Maryam a.s., karena itu mereka berkeyakinan bahwa beliau a.s. seorang Nabi palsu, sebab menurut Kitab mereka: “Orang berdosa yang dihukum mati tergantung di atas kayu salib adalah terkutuk oleh Allah” (Ulangan, 21:22-23). Demikian juga kaum Kristen mengakui bahwa: “Beliau a.s. benar-benar mati terkutuk di atas salib untuk menebus dosa mereka” (Galatia, 3:13). Inilah kematian yang dialami Yesus Kristus, dan untuk mana khalayak ramai berteriak-teriak. ‘Ia tekun memikul salib dengan mengabaikan kehinaan’ (Ibr, 12:2). Tahapan paling rendah dari seluruh penghinaan atas Tuhan Yesus, ialah bahwa Ia menderita sampai mati di kayu salib’ (Flp, 2:8). (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II M-Z, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Cetakan kelima Agustus 2000)
Keyakinan Yahudi dan Kristen ini menurut pandangan Allah Taala tidak benar, karena itu Rasulullah saw. diperintah supaya menyatakan kepada mereka bahwa kaum Yahudi tidak berhasil membunuh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dan tidak pula mereka menyalibnya (hingga mati di atas kayu salib), tetapi Allah tampakkan di hadapan mereka seakan-akan beliau a.s. seperti orang yang dibunuh atau disalib. Dengan selamatnya beliau dari kematian di atas salib berarti beliau seorang nabi yang benar. Karena itu, setelah sembuh dari luka-luka bekas upaya pembunuhan dan penyaliban kaum Yahudi, beliau a.s. bersama ibunya meninggalkan Palestina dan menemui Bani Israil yang berada di luar Palestina. Dan, akhirnya wafat secara wajar dalam usia 120 tahun.
Allah Taala berfirman:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا. بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا.
“Dan [disebabkan] perkataan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah", [mereka dapat hukuman itu], padahal mereka tidak membunuhnya, dan tidak (pula) mematikannya [di atas salib], akantetapi ia disamarkan kepada mereka [seperti yang telah mati di atas salib] . Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini, niscaya mereka ada dalam keraguan tentang ini [yakni mengenai kematian Isa di atas salib]; mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan [yang pasti] ttg ini, melainkan menurutkan sangkaan [belaka]; dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin. Malahan Allah telah meninggikan kepada-Nya, [dan ia tidak mati di atas salib], karena Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (An-Nisaa, 4:158-159)
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ ءَايَةً وَءَاوَيْنَاهُمَا إِلىَ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ.
“Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Al-Mukminun, 23:51)
وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا.
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".” (Maryam, 19:34)
Rasulullah saw. bersabda:
وإن عيسى ابن مريم عاش عشرين ومائة وإني لاأراني إلا ذاهبا على رأس الستّين.
“Sesungguhnya Isa ibnu Maryam hidup dalam seratus dua puluh tahun, sedang aku tidak mengerti (umurku), namun lebih enam puluh tahun.” (Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Fathimah Az-Zahrah r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz XI/32262)
3.4. Semua Nabi atau Rasul Allah Taala sebelum Rasulullah saw. telah wafat
Kaum Yahudi dan Kristen pada umumnya mempunyai keyakinan bahwa Nabi Idris a.s. (Henokh) dan Nabi Ilyas a.s. (Elia) belum mati, tetapi mereka masih hidup di langit. Bahkan Orang-orang Kristen berkeyakinan bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. kini masih berada di Surga duduk di samping kanan Allah Taala. Untuk lebih jelasnya saya kutipkan beberapa ayat sebagai berikut:
Dan Henokh (Nabi Idris as) hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. (Kejadian, 5:24)
Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. (Ibrani, 11:5)
Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke Sorga dalam angin badai (2 Raja-raja, 2:11)
Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk disebelah kanan Allah (Markus, 16:19)
Keyakinan demikian itu menurut pandangan Allah Taala tidak benar, karena itu Rasulullah saw. diperintah untuk menjelaskan kepada mereka bahwa semua Nabi atau Rasul – termasuk Nabi Idris a.s., Nabi Ilyas a.s. dan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. yang dibangkitkan sebelum beliau saw. – kini mereka sudah wafat.
Allah Taala berfirman:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللهُ الشَّاكِرِينَ.
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali ‘Imran, 3:145)
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ.
“Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Maidah, 5:76)
4. Reformasi di zaman Khulafaurrasyidin
Dalam Tarikh Islam diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah saw. wafat, Umar bin Khathab r.a. berdiri di masjid Madinah dengan pedang terhunus di tangan beliau sambil berkata: “Siapa saja yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. wafat, aku akan penggal batang lehernya. Beliau saw. tidak wafat, tetapi telah pergi kepada Tuhannya (beliau telah naik ke langit), seperti halnya Nabi Musa a.s. pernah pergi kepada Tuhannya, dan beliau saw. niscaya akan kembali lagi untuk menghukum orang-orang munafiq.” Abu Bakar r.a. setelah datang ke tempat peristiwa itu dengan tegas menyuruh Umar bin Khathab r.a. untuk duduk. Sementara beliau ra memberi nasehat kepada orang-orang Islam yang telah berkumpul di masjid, beliau membaca ayat Alquran untuk meyakinkan hati mereka, bahwa Rasulullah saw. benar-benar telah wafat, dan dengan demikian mereka diliputi oleh kesedihan yang sangat mendalam. Ayat yang beliau r.a. baca berbunyi:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللهُ الشَّاكِرِينَ.
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali ‘Imran, 3:145)
Ayat ini merupakan dalil yang kuat untuk membuktikan bahwa semua Nabi sebelum Rasulullah saw. telah wafat. Sebab, sekiranya ada seorang Nabi yang masih hidup, maka sekali-kali ayat ini tidak akan dijadikan dalil oleh Abu Bakar r.a. untuk membuktikan tentang wafatnya Rasulullah saw.. Berkat ayat di atas, pendirian semua sahabat Rasulullah saw. termasuk Umar bin Khathab r.a. berubah meyakini bahwa Rasulullah saw. benar-benar telah wafat. Seakan-akan ayat tersebut diturunkan kembali saat itu oleh Allah Taala kepada Abu Bakar r.a., karena sebelum beliau r.a. bacakan kebanyakan para sahabat sudah lupa, termasuk Umar bin Khathab r.a..
5. Penerapan Reformasi di zaman Hadhrat Masih Mau’ud as
Al-Masih Al-Mau’ud adalah satu gelar dari Allah Taala yang dikaruniakan kepada seorang Mujaddid abad ke-14 Hijriyah bernama Mirza Ghulam Ahmad Qadiyaniy (Ainah Kamâlâti Islâm; dalam Rûhânî Khazâ-in, Jilid V, halaman 542, 1984) yang 13 abad sebelumnya telah dinubuatkan dalam Hadits Rasulullah saw. yang derajatnya mencapai Hadits Mutawatir Maknawi.
Pada tahun 1884 M, beliau mengumumkan kepada umat manusia bahwa diri beliau a.s. dengan karunia Allah Taala telah dipilih sebagai mujaddid pada abad ke-14 Hijriyah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang dan mengalihkan mereka dari jalan yang sesat dan rusak menuju jalan ketaqwaan.
Beliau bersabda:
ومن اعظم المنن أنّه جعلني لهذا العصر ولهذا الزمان اماما وخليفة وبعثني على رأس هذه المائة مجددا – لأخرج النّاس الى النّور من الدجى وانقلبهم من طرق الغيّ والفساد الى صراط التقوى.
Di antara nikmat yang paling besar ialah Dia (Allah Taala) telah menjadikan aku untuk masa dan abad ini sebagai Imam, Khalifah dan Dia telah membangkitkan aku sebagai Pembaharu (Reformer atau Mujaddid) di permulaan seratus tahun ini. Agar aku mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang dan memindahkan mereka dari jalan sesat dan rusak menuju jalan ketaqwaan.” (Ainah Kamâlatî Islâm; dalam Rûhânî Khazain, Jilid V, Additional Nazhir Isyaat London, 1984, halaman 423)
Adapun pembaharuan pemahaman yang beliau a.s. lakukan untuk merubah pemahaman umat Islam yang salah pada saat itu banyak sekali, namun tidak mungkin dipaparkan dalam makalah yang sangat terbatas ini. Di antara sekian pembaharuan yang sangat penting ialah tentang “Pemahaman Tentang Penyaliban dan Kematian Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. ” karena sebagian besar pemahaman kaum muslimin tentang masalah ini tidak benar dan berakibat buruk bagi agama Islam. Agar lebih jelas, saya kemukakan beberapa pandangan tentang dua hal tersebut.
5.1. Penyaliban Al-Masih Isa ibnu Maryam as.
Setiap orang Islam berkeyakinan bahwa beliau a.s. tidak mati di atas salib. Keyakinan mereka ini benar, karena sesuai dengan pernyataan Allah Taala (QS 4:158-159). Namun alasan kebanyakan mereka lemah dan tidak benar, sehingga bertentangan dengan ayat-ayat Alquran dan Hadis Rasululllah saw. serta fakta sejarah dan hukum alam. Di antara alasan kebanyakan kaum muslimin saat itu ialah:
5.1.1. Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. tidak mati di atas salib, karena orang yang ditangkap kaum Yahudi waktu itu adalah murid beliau a.s. bernama Yudas yang wajahnya oleh Allah Taala diserupakan dengan beliau a.s.. Jadi, yang mati di salib itu adalah seorang muridnya, sedang beliau a.s. sendiri diangkat ke langit oleh Allah Taala.
5.1.2. Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. tidak mati di atas salib, karena yang ditangkap kaum Yahudi waktu itu adalah salah seorang di antara mereka sendiri setelah wajahnya diserupakan dengan beliau as, sedang beliau a.s. diangkat ke langit oleh Allah Taala.
Kedua alasan tersebut di atas tidak benar, karena bertentangan dengan Al-Quran, Hadis, hukum alam dan fakta sejarah. Di antara kesalahan dan kelemahan alasan kaum muslimin saat itu ialah
5.1.2.1. Bertentangan dengan teks ayat Alquran atau kaidah Ilmu Nahwu
Dalam firman Allah (QS 4:158-159) tidak bisa diterjemahkan atau difahami “Yudas atau seseorang dari orang Yahudi” yang wajahnya diserupakan dengan Al-Masih Isa ibnu Maryam as, sehingga kaum Yahudi menganggapnya sebagai beliau a.s. lalu mereka menyalibnya sampai mati di atas salib, sedang beliau a.s. diangkat ke langit oleh Allah Taala. Karena, kata ganti tersembunyi (isim dhamir mustatir) pada lafadh ولكن شبه لهم dalam ayat di atas hanya bisa dikembalikan kepada dua alternatif saja, yaitu: (1) Al-Masih Isa ibnu Maryam, atau (2) isim mashdar dari fi’il madhiوما قتلوه atau وما صلبوه yaitu قتلا atau صلبا (Qatlân atau Shalbân artinya pembunuhan atau penyaliban) sebagaimana pada firman Allah Taala dalam ayat di bawah, bahwa dhamir huwa (هو) kembali kepada isim mashdar pada fi’il amr اعدلوا , yaituعدلا artinya: Keadilan.
Allah Taala berfirman:
…اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
“…Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah, 5:9)
5.1.2.2. Peristiwa penyaliban Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. terjadi ±600 tahun sebelum Rasulullah saw. dibangkitkan sebagai Nabi atau Rasul, sedang yang menyaksikan peristiwa tersebut adalah kaum Yahudi dan kaum Kristen. Mereka sepakat bahwa orang yang mereka tangkap dan mereka salib itu adalah beliau a.s. sendiri bukan orang lain. Maka bagaimana mungkin kaum Yahudi dan kaum Kristen mau menerima pendapat demikian yang dengan jelas bertentangan dengan kitab suci mereka dan kisah nyata yang telah mereka terima secara mutawatir, sedang pendapat kaum muslimin tersebut tanpa disertai dalil dan fakta?
5.1.2.3. Kedua, pendapat di atas adalah buatan sebagian orang Islam sendiri, karena kaum Yahudi, kaum Kristen dan Rasulullah saw. sendiri tidak pernah menyatakan demikian. Lalu, dengan alasan apa menerima pendapat tersebut?
5.1.2.4. Para ulama berbeda pendapat mengenai orang yang digantung di atas salib. Di antara pendapat tersebut, ialah:
5.1.2.4.1. Orang yang disalib adalah orang Yahudi yang wajahnya diserupakan dengan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. .
5.1.2.4.2. Orang yang disalib adalah sahabat atau murid Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. yang wajahnya diserupakan dengan beliau a.s..
5.1.2.4.3. Orang yang disalib adalah penjaga yang diserupakan wajahnya dengan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. . (Tafsir Jalalain, Ibnu Jarir dan Rûhu'l-Ma’ânî)
Dari tiga pendapat itu, mana yang bisa dibenarkan? Sebab tidak satupun pendapat di atas yang berdasarkan dalil dan fakta.
5.1.2.5. Mengapa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. diangkat ke langit? Bukankah pendapat itu menunjukkan bahwa Allah Taala takut kepada kaum Yahudi? Sebab, jika mereka mengerti beliau a.s. diangkat ke langit, maka mereka akan menyusulnya.
5.1.2.6. Apabila Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. diangkat ke langit, lalu bagaimana beliau a.s. bisa hidup sedangkan Allah Taala menyatakan bahwa manusia hidup dan mati hanya di bumi ini (QS 7:26).
5.1.2.7. Mengapa Allah Taala menghinakan sosok Nabi yang dicintai-Nya dengan menjadikan musuhnya serupa dengan beliau a.s., lalu mereka siksa dengan cara hina sampai mati di atas salib? Padahal, jika Allah Taala berkehendak bisa saja menyiksa mereka hingga binasa atau menjadikan mereka sebagai kera-kera yang hina dan babi.
5.1.2.8. Apabila kaum Yahudi benar-benar berhasil membunuh seorang yang diserupakan dengan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. di atas salib, maka selamanya mereka tidak akan mengakui kebenaran Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sebagai nabi atau Rasul Allah Taala. Tetapi, justeru mereka akan semakin yakin bahwa mereka berada di pihak yang benar, karena tindakan mereka sesuai dengan ajaran kitab sucinya, yaitu “beliau a.s. benar-benar Nabi palsu” karena mati terkutuk di atas salib. Sebab, menurut kitab mereka orang yang mati tergantung di salib, sebagai bukti dikutuk Allah Taala (Ulangan, 21:23).
5.1.2.9. Imam Abu Hayyan Al-Andalusi dalam Al-Muhith telah berkomentar sehubungan dengan orang yang diserupakan dengan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.: “Adapun seorang yang diserupakan dengan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., tidaklah benar apabila dikatakan berasal dari sabda Rasulullah saw..” Demikian juga pendapat Imam Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir.
Pendapat sebagian besar kaum muslimin tentang upaya penyaliban Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. di atas jelas menyimpang jauh dari Alquran dan Hadis Rasulullah saw. sehingga dampak pendapat tersebut, kaum Muslimin berlaku bodoh yang berakibat agama Islam dilecehkan dan direndahkan oleh kaum Yahudi dan Kristen. Bahkan pendapat tersebut menjadi hambatan bagi perkembangan tabligh Islam kepada mereka. Di samping pendapat tersebut bisa mereka manfaatkan sebagai senjata untuk merusak keimanan kaum muslimin, maka dari itu, Allah Taala membangkitkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Mujaddid-Nya untuk mengikis pemahaman-pemahaman kotor dan salah yang mencoreng-coreng kebersihan dan keindahan wajah Islam.
Di antara argumentasi beliau a.s. dalam mereformasi pemahaman umat Islam yang salah pada saat itu ialah:
Penyaliban Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.
Akan tetapi karunia dan kasih-sayang Allah Taala telah menyelamatkan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dari penderitaan begitu hebat yang dapat mengakibatkan nyawanya melayang. Dengan menelaah Injil-injil sedikit mendalam, Anda akan mengetahui bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. bukannya disalib sampai tiga hari; bukan pula, beliau tiga hari menanggung lapar dan haus; dan, tidak pula tulang-tulang beliau dipatahkan. Melainkan, kira-kira sampai dua jam saja beliau tergantung di tiang salib dan kasih sayang serta karunia Tuhan telah menyusun suatu kondisi bagi beliau a.s. supaya usul penyaliban itu ditetapkan pada akhir hari tersebut, sedangkan hari itu adalah hari Jumat dan sisa hari hanya tinggal beberapa saat lagi. Keesokan harinya merupakan hari Sabat dan Hari Raya Paskah orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang Yahudi adalah suatu hal yang haram serta dosa yang patut dihukum apabila membiarkan seseorang tetap berada di tiang salib pada hari Sabat atau pada malam Sabat. Dan, seperti orang-orang Islam, orang Yahudi pun menganut hitungan qamariah (bulan) dan menghitung malam lebih dahulu daripada siang. Jadi, di satu sisi, itulah kondisi yang telah timbul melalui faktor ardhi (bumi).
Faktor Samawi Berupa Badai Gelap
Sedangkan pada sisi lain, faktor-faktor samawi (langit) telah timbul dari Allah Taala, yakni ketika masuk jam keenam, maka muncul suatu badai pasir sedemikian rupa sehingga kegelapan telah menyelimuti seluruh kawasan (di sana) dan kegelapan tersebut bertahan selama tiga jam. (Lihat: Markus, 15:33). Jam keenam ini adalah setelah pukul dua belas, yakni waktu yang mendekati sore. Kini kondisi yang sangat gelap itu orang-orang Yahudi menjadi resah, jangan-jangan malam Sabat telah masuk dan mereka melanggar (ketentuan-ketentuan) Sabat sehingga pantas dikenai denda. Untuk itulah Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dan dua orang pencuri yang bersama beliau a.s., cepat-cepat mereka turunkan dari tiang salib.
Faktor Samawi Berupa Mimpi Istri Pilatus
Dan beriringan dengan itu telah timbul satu lagi faktor samawi, yakni ketika Pilatus duduk di kursi pengadilan, istrinya mengirimkan pesan, “Jangan engkau apa-apakan orang baik ini (yakni, jangan berusaha untuk membunuhnya) sebab, karena dia saya sangat menderita dalam mimpi tadi malam.” Lihat: Matius, 27:19. Jadi, dari malaikat yang telah diperlihatkan kepada istri Pilatus dalam mimpi itu, kami dan setiap orang yang berpikiran adil akan memahami secara mutlak bahwa sama sekali bukanlah keinginan Tuhan agar Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. mati di atas tiang salib. Sejak dunia ini diciptakan sampai sekarang tidak pernah terjadi bahwa untuk menyelamatkan seseorang, Allah Taala memberikan penekanan kepada orang lain di dalam mimpi supaya dia melakukan sesuatu, lalu hal itu meleset. Misalnya, di dalam Injil Matius telah tertulis bahwa seorang malaikat Tuhan muncul di dalam mimpi Yusuf, lalu berkata, “Bangunlah, dan bawalah lari anak ini serta ibunya ke Mesir dan tetaplah tinggal di sana sampai saya memberitahukan kepadamu, karena Herodes akan mencari anak ini untuk dibunuh.” Lihat: Injil Matius, 2:13. Sekarang apakah dapat dikatakan bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. mungkin terbunuh setelah sampai di Mesir?
Demikian pula terdapat sebuah tadbir (upaya) dari Allah Taala, yaitu mimpi yang dilihat oleh istri Pilatus untuk Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. . Dan tidaklah tadbir itu meleset. Dan sebagaimana kemungkinan terbunuhnya Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dalam perjalanan di Mesir merupakan suatu pemikiran yang bertentangan dengan sebuah janji Allah Taala yang telah ditetapkan, maka demikian pula di sini adalah bertentangan dengan akal sehat apabila malaikat Tuhan tampak oleh istri Pilatus dan memberikan petunjuk bahwa jika Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. mati di tiang salib hal itu tidak akan baik baginya, (jika tetap saja mati di salib) maka kedatangan malaikat untuk tujuan itu akan menjadi sia-sia.
Dan, (jika) Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. terbunuh di tiang salib, apakah ada contoh lain seperti itu di dunia ini? Sama sekali tidak! Suara kalbu murni yang dimiliki setiap orang berhati baik, apabila mengetahui mimpi istri Pilatus, maka tanpa diragukan lagi ia akan merasakan kesaksian ini, bahwa pada hakikatnya tujuan mimpi tersebut adalah supaya dibentuk suatu landasan untuk membebaskan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. . Padahal, di dunia ini setiap orang memiliki ikhtiar untuk menolak dan tidak menerima suatu kebenaran nyata dengan berpijak pada akidah yang dia anut. Akan tetapi, secara obyektif terpaksa diakui bahwa mimpi istri Pilatus merupakan suatu kesaksian yang besar bobotnya untuk menyelamatkan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dari tiang salib. Dan Injil yang memiliki peringkat paling utama, yakni Matius telah menuliskan kesaksian tersebut walaupun dari kesaksian-kesaksian yang akan saya tulis dengan sangat kuat di dalam buku ini, ketuhanan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. serta konsep penebusan dosa, dengan seketika akan gugur, tetapi tuntutan kejujuran dan kesukaan akan kebenaran hendaknya membuat kita tidak perduli sedikitpun terhadap (ikatan) umat, persaudaraan serta akidah-akidah yang turun temurun, dalam rangka menerima kebenaran. Sejak manusia diciptakan, sampai sekarang ribuan benda telah dijadikan tuhan oleh kedangkalan akal manusia. Sampai-sampai kucing dan ular-ular pun disembah. Akan tetapi orang-orang berakal, dengan karunia anugerah Ilahi, tetap saja selalu terhindar dari akidah-akidah musyrik semacam itu.
Perjalanan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. Setelah Peristiwa Penyaliban
Dari sekian banyak kesaksian yang saya peroleh dari Injil mengenai terhindarnya Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dari kematian di tiang salib, (dapat diketahui bahwa) perjalanan yang beliau a.s. lakukan ke arah Galelea setelah keluar dari kubur, cukup jauh. Pertama-tama, hari Minggu pagi beliau bertemu dengan Maryam Magdalena. Maryam langsung mengabarkan kepada para Hawari bahwa ternyata Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. masih hidup. Tetapi mereka tidak percaya. Kemudian ketika beliau terlihat oleh dua orang dari antara hawari tersebut sedang menuju ke desa, akhirnya sewaktu beliau a.s. tampak oleh kesebelas (murid beliau lainnya) yang sedang makan minum, beliau menyesalkan (perihal) tidak adanya iman serta kekerasan hati mereka. Lihat: Injil Markus, 16:9-14. Dan, ketika dua orang murid Al-Masih Isa ibnu Maryam sedang menuju ke desa yang bernama Emaus-terletak (kira-kira) 7 mil dari Yerusalem-barulah mereka bertemu Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. . Ketika mereka tiba dekat desa tersebut, beliau a.s. ingin melanjutkan dan berpisah dengan mereka. Namun mereka menahan beliau a.s. agar tetap bersama mereka pada malam hari itu. Dan beliau a.s. duduk makan bersama mereka dan mereka bersama Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. bermalam di desa yang bernama Emaus itu. Lihat: Lukas, 24:13-31.
Sekarang nyatalah, pada tubuh ruhaniah yang (lazimnya) diperoleh setelah kematian berlakunya adat kebiasaan tubuh lahiriah; makan; minum; tidur dan menempuh suatu perjalanan jauh ke Galelea yang berjarak sekitar 70 mil dari Yerusalem, sama sekali tidaklah mungkin serta tidak masuk akal. Walaupun campur-tangan khayalan-khayalan telah mengakibatkan kisah-kisah dalam Injil banyak mengalami perubahan, namun dari sekian banyak kata yang diketemukan dalam Injil-injil, terbukti secara jelas bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dengan tubuh lahiriah dan tubuh biasa itu juga telah bertemu dengan murid-murid beliau a.s. dan berjalan kaki menempuh suatu perjalanan jauh ke Galelea. Dan beliau telah memperlihatkan luka-luka beliau a.s. kepada para hawari, dan malamnya makan serta tidur bersama mereka. Dan lebih lanjut akan saya buktikan bahwa beliau a.s. telah mengobati luka-luka beliau a.s. dengan menggunakan sejenis salep.
Kini hendaknya dipikirkan, apakah setelah memperoleh sebuah tubuh ruhani dan tubuh abadi, yakni setelah tubuh yang kekal, yang suci dari makan dan minum, lalu bersemayam untuk selamanya di sisi kanan Allah Taala, serta yang suci dari setiap cela dan kerusakan, serta yang di dalamnya mengandung jalal/kepercayaan Tuhan Yang Azali dan Abadi, padanya masih terdapat cacat berupa luka-luka segar akibat penyaliban dan pemakuan? Yang darinya masih mengalir darah serta menimbulkan rasa perih dan sakit? Yang untuknya telah pula disiapkan sejenis salep? Dan setelah (memperoleh) tubuh ruhani serta tubuh abadi yang sampai kapanpun seharusnya tetap selamat, tanpa cacat, sempurna serta tidak berubah-masih dipenuhi berbagai macam cacat? Dan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sendiri telah memperlihatkan daging serta tulang beliau a.s.. Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan padanya juga masih terdapat perihnya rasa lapar dan haus, hal-hal yang mutlak timbul pada tubuh lahiriyah. Jika tidak, apalah perlunya bagi Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. untuk memakan makanan, meminum minuman, istirahat dan tidur dalam perjalanan ke Galelea. Tidak diragukan lagi bahwa di alam ini, bagi tubuh (lahiriah) yang fana (tidak abadi), rasa lapar dan haus pun merupakan keperian yang jika melampaui batas dapat mengakibatkan manusia menjadi mati.
Kuburan Berkamar Tempat Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. Disemayamkan
Jadi, tidak diragukan lagi, adalah benar bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. tidak mati di tiang salib tidak pula beliau memperoleh suatu tubuh ruhani baru. Melainkan (yang tampil) adalah suatu kondisi pingsan, yang menyerupai mati. Dan dengan karunia Allah Taala, yang terjadi adalah, beliau a.s. telah diletakkan di dalam kuburan yang tidak sama dengan kuburan-kuburan di negri ini. Melainkan (kuburan) yang berupa kamar berudara dan padanya terdapat sebuah jendela. Dan pada zaman itu di kalangan orang-orang Yahudi terdapat kebiasaan membangun kuburan seperti sebuah kamar yang berudara dan luas. Padanya mereka buat jendela. Kuburan-kuburan seperti itu sudah ada sejak sebelumnya. Kemudian pada waktunya, mayat dimasukkan di situ. Demikianlah kesaksian inipun dengan jelas diperoleh dari Injil-injil. Di dalam Injil Lukas terdapat kalimat-kalimat ini: “Tetapi pagi-pagi benar (ketika hari masih gelap) pada hari pertama minggu itu mereka (para wanita) pergi ke kubur membawa rempah-rempah (wangi) yang telah mereka sediakan. Dan bersama mereka terdapat juga beberapa wanita lainnya. Dan mereka menemukan batu (penutup) telah terguling dari kubur (perhatikan hal ini). Dan setelah masuk, mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.” Lihat Lukas, 24:1-3.
Sekarang coba pikirkan sedikit kata “masuk”. Jelaslah bahwa manusia dapat masuk ke dalam kuburan yang seperti sebuah kamar itu, dan di dalamnya terdapat jendela. Dan pada tempatnya saya akan jelaskan di dalam buku ini bahwa kuburan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. yang telah ditemukan di Srinagar, Kashmir, juga persis seperti kuburan yang berjendela tersebut. Dan, ini merupakan suatu rahasia yang dengan memperhatikannya hati para peneliti akan dapat sampai pada suatu kesimpulan yang luar biasa.
Keheranan Pilatus Mendengar Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. Mati Begitu Cepat
Dan dari sekian kesaksian yang saya peroleh dari Injil, adalah ucapan Pilatus yang tertulis di dalam Injil Markus. Yakni, “Sementara hari mulai malam, dan hari itu hari perpisahan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf Arimatea, seorang anggota Majlis Besar terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, datang dan memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Dan Pilatus heran (serta meragukan) bahwa (begitu cepat) Yesus sudah mati.” Lihat Markus, 16:42-44. Dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa sejak saat penyaliban itu sendiri sudah timbul keraguan tentang kematian Yesus. Dan rasa heran itu pun timbul dari seorang yang berpengalaman mengenai berapa lama waktu bagi seseorang untuk mati di tiang salib.
Darah Dan Air Mengalir Dari Lambung Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.
Dari sekian kesaksian yang saya peroleh dari Injil adalah ayat yang saya tuliskan di bawah ini: “Karena supaya mayat-mayat tidak tinggal tergantung di kayu salib pada hari Sabat – sebab hari itu merupakan hari perpisahan, bahkan hari Sabat yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang pertama dan kaki orang kedua yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa dia telah mati, maka mereka tidak mematahkan kakinya. Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan tombak, dan segera mengalir darah dan air.” Lihat: Yohanes, 19:31-34.
Dari ayat-ayat ini dengan jelas diketahui bahwa pada waktu itu untuk menghabiskan nyawa seseorang yang di salib, terdapat kebiasaan ini. Yakni, orang yang digantung di tiang salib, dibiarkan sampai beberapa hari, dan tulang-tulangnya dipatahkan. Akan tetapi tulang-tulang Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sengaja tidak dipatahkan, dan tentu beliau a.s. diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup seperti kedua pencuri tersebut. Itulah sebabnya darah juga keluar dari rusuk beliau akibat penusukan. (Sedangkan) darah orang mati (biasanya) menjadi beku.
Kesepakatan Rahasia Untuk Menyelamatkan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.
Dan disini dengan jelas diketahui bahwa nampaknya ada kesepakatan rahasia di dalam. Pilatus adalah seorang yang takut terhadap Tuhan dan berhati baik. Untuk memberikan dukungan secara terbuka, dia takut kepada Kaisar, sebab orang-orang Yahudi mencap Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sebagai pemberontak. Akan tetapi Pilatus adalah seorang yang beruntung, karena dia melihat Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. . Namun, Kaisar tidak memperoleh anugerah tersebut. Pilatus tidak hanya sekedar melihat, melainkan banyak memberikan dukungan. Dan, sama sekali dia tidak berkeinginan agar beliau a.s. disalibkan. Dengan menelaah Injil-injil, secara jelas didapati bahwa Pilatus beberapa kali telah berkeinginan untuk membebaskan beliau a.s.. Akan tetapi, orang-orang Yahudi mengatakan; jika engkau membebaskan dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. “Mereka mengatakan” ini adalah seorang pemberontak, dan dia sendiri ingin menjadi raja.” Lihat: Yohanes, 19:12. Dan, mimpi istri Pilatus juga lebih mendorong agar dengan cara apapun beliau a.s. dapat diselamatkan dari penyaliban. Jika tidak, akan berakibat kehancuran bagi mereka (Pilatus dan istrinya). Namun dikarenakan orang-orang Yahudi adalah suatu bangsa yang jahat dan juga siap mengadukan Pilatus kepada Kaisar, oleh sebab itu Pilatus telah mengambil jalan yang bijaksana untuk membebaskan beliau as. Pertama, penyaliban Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dibiarkan berlangsung pada hari Jumat, dan sisa hari itu hanya tinggal beberapa jam saja lagi. Sedangkan malam Sabat sudah mendekat. Dan Pilatus benar-benar mengetahui bahwa orang Yahudi, sesuai hukum-hukum syariat mereka, hanya dapat meletakkan beliau a.s. di tiang salib sampai sore saja. Lalu, begitu malam tiba, masuklah hari Sabat mereka, yang di dalamnya tidak boleh membiarkan (seseorang tergantung di tiang salib). Ternyata demikianlah yang terjadi dan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah diturunkan dari tiang salib sebelum malam tiba. Dan tidaklah masuk akal bahwa kedua pencuri yang disalibkan bersama beliau a.s., masih tetap hidup, namun beliau a.s. dalam tempo dua jam saja sudah mati. Melainkan itu hanyalah suatu alasan/hikmah yang telah ditimbulkan untuk menghindarkan beliau a.s. dari pematahan tulang-tulang. Bagi orang yang berakal, ini merupakan suatu bukti besar, bahwa kedua pencuri telah diturunkan hidup-hidup dari tiang salib. Dan memang biasanya orang-orang diturunkan dari tiang salib (masih) dalam keadaan hidup. Dan mereka baru akan mati dalam kondisi ketika tulang-tulang mereka dipatahkan. Atau mereka mati setelah dibiarkan di tiang salib selama beberapa hari dalam keadaan lapar dan haus. Akan tetapi tidak satupun dari hal-hal tersebut dialami oleh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.. Beliau a.s. tidak dibiarkan lapar dan haus di tiang salib sampai beberapa hari. Dan, tidak pula tulang-tulang beliau dipatahkan. Dan, dengan mengatakan bahwa beliau a.s. sudah mati, telah membuat orang-orang Yahudi lalai terhadap masalah (pematahan tulang) itu. Akan tetapi, tulang-tulang kedua pencuri tersebut dipatahkan lalu pada saat itu juga hidup mereka berakhir. Permasalahannya baru akan berbeda apabila kedua pencuri itu dikatakan telah mati sehingga perlu mematahkan tulang-tulang mereka.
Dan seorang yang bernama Yusuf sahabat terhormat Pilatus; seorang tokoh di kawasan itu; dan masuk di kalangan pengikut-pengikut rahasia Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. tampil pada saat yang tepat. Saya menduga bahwa diapun dipanggil atas isyarat dari Pilatus. Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dinyatakan sebagai orang mati, lalu diserahkan kepadanya. Sebab, dia adalah seorang pembesar dan orang-orang Yahudi tidak dapat menentangnya sedikitpun. Ketika dia tiba, beliau a.s. yang dalam keadaan tidak sadarkan diri, dinyatakan sebagai orang mati, lalu diambil. Dan di kawasan tersebut terdapat sebuah kamar luwas yang sesuai kebiasaan pada zaman itu telah dibuat sebagai kuburan. Di dalamnya juga terdapat sebuah jendela. (Kuburan) itu berada di lokasi yang tidak diketahui orang-orang Yahudi. Di tempat itulah beliau a.s. diletakkan atas petunjuk Pilatus. (Al-Masih Di Hindustan, halaman 9-18)
Bukannya Orang-orang Yahudi Membunuh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.
Allah Taala berfirman dalam Alquran suci:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا.
“Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, `Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa.” (An-Nisaa, 4:158)
Yakni, bukannya orang-orang Yahudi secara benar-benar telah membunuh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.; bukannya telah mematikan beliau a.s. melalui salib, melainkan pada diri mereka timbul suatu keraguan seolah-olah beliau a.s. telah wafat di tiang salib. Dan mereka tidak memiliki dalil-dalil yang dapat menguatkan hati mereka mengenai hal itu, bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. benar-benar telah mati di tiang salib.
Di dalam ayat-ayat ini Allah Taala menjelaskan, sekalipun ini benar bahwa secara lahiriyah beliau a.s. telah dinaikkan ke tiang salib dan telah diniatkan untuk membunuh beliau a.s., namun ini hanyalah suatu tipuan/rekayasa sehingga orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen beranggapan bahwa beliau a.s. benar-benar telah mati di tiang salib. Justeru, Tuhan telah menciptakan sarana-sarana sedemikian rupa yang mengakibatkan beliau a.s. terhindar dari kematian di tiang salib.
Sekarang, di sini tempatnya untuk bersikap adil, bahwa apapun yang telah diuraikan Alquran suci – bertentangan dengan orang-orang Yahudi dan Kristen – akhirnya itulah yang terbukti benar. Dan melalui penelitian yang mendalam pada zaman ini, telah terbukti bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. pada hakikatnya telah diselamatkan dari kematian di tiang salib. Dengan menelaah buku-buku diketahui bahwa orang-orang Yahudi selamanya tidak mampu memberikan jawaban, mengapa nyawa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah melayang hanya dalam tempo dua atau tiga jam saja, tanpa pematahan tulang-tulang beliau? Itulah sebabnya sebagian orang Yahudi telah membuat-buat satu perkara lain, yakni mereka telah membunuh Yesus dengan pedang. Padahal berdasarkan sejarah kuno kaum Yahudi tidak terbukti bahwa Yesus telah dibunuh dengan pedang.
Ini merupakan kehebatan Allah Taala, bahwa untuk menyelamatkan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah muncul suasana gelap; timbul gempa; istri Pilatus melihat mimpi; malam Sabat pun mendekat, yang di dalamnya tidak dibenarkan bila orang-orang yang disalibkan tetap dibiarkan di tiang salib. Hati penguasa terpanggil untuk membebaskan beliau a.s. akibat mimpi yang menakutkan itu. Semua kejadian tersebut, sengaja ditimbulkan oleh Allah Taala secara serentak adalah supaya nyawa beliau a.s. terselamatkan. Selain itu, beliau a.s. telah ditampilkan dalam keadaan pingsan, supaya tiap orang mengiranya mati. Dan dengan memperlihatkan tanda-tanda yang mengerikan pada waktu itu – gempa dan sebagainya – orang-orang Yahudi diliputi oleh sikap penakut, gentar dan khawatir akan adzab. Sedangkan kegelisahan ini lain lagi, bahwa pada malam Sabat, tidak dibenarkan mayat-mayat berada di tiang salib. Kemudian, hal inipun terjadi bahwa orang-orang Yahudi menyaksikan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dalam keadaan pingsan, lalu menganggap beliau telah mati. Saat itu gelap, gempa, dan ketakutan. (Orang-orang) merisaukan keluarga (masing-masing), “Apa yang terjadi pada anak-anak (kami) akibat gempa dan kegelapan ini?” Dan kecemasan inipun menyeliputi hati orang-orang “Jika orang ini (Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. ) pendusta serta kafir, sebagaimana yang kami anggap di dalam hati, maka mengapa pada saat penyiksaannya telah timbul tanda-tanda menakutkan ini yang belum pernah kami saksikan sebelumnya?” Oleh sebab itu, hati mereka kacau, sehingga tidak mampu memastikan dengan benar, apakah Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah mati atau bagaimana. Namun pada hakikatnya segenap kejadian itu merupakan tadbir-tadbir (upaya) Ilahiyah untuk menyelamatkan beliau as. Kearah itulah ayat ini memberikan isyarah: ولكن شبه لهم , yakni, orang-orang Yahudi tidak (berhasil) membunuh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., akan tetapi mereka dijerumuskan ke dalam keraguan, seolah-olah mereka telah membunuh beliau a.s. Melalui hal ini, harapan orang-orang suci terhadap karunia Allah Taala semakin meningkat, bahwa dengan cara apapun yang Dia kehendaki, Allah Taala menyelamatkan hamba-hamba-Nya.
Di Dunia Ini Juga Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. Memperoleh Kemuliaan dan berkat
Dan ini ada satu ayat lagi, dalam Alquran suci yang mendukung Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. .
… وَجِيهًا ِفي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ.
Terjemahannya adalah “…Di dunia ini Juga Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dalam masa hidup beliau a.s. akan memperoleh kemuliaan, yakni kehormatan, martabat, keagungan dan kebesaran di pandangan orang-orang banyak; dan juga di akhirat.” (Ali ‘Imran, 3:46)
Sekarang nyatalah bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. tidak memperoleh suatu kehormatanpun di kawasan Herodes dan Pilatus, melainkan sangat dihinakan. Dan anggapan bahwa beliau a.s. akan datang kembali ke dunia, lalu barulah beliau a.s. akan memperoleh kehormatan dan kemuliaan, merupakan suatu kesalahfahaman tidak berdasar; yang bukan saja bertentangan dengan kehendak kitab-kitab Allah Taala, melainkan juga bertentangan dan berlawanan dengan hukum kodrat-Nya yang berlaku sejak semula; dan kemudian merupakan suatu hal yang tidak terbukti. Akan tetapi, hal yang hakiki dan sebenarnya adalah Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah terlepas dari tangan kaum yang bejat itu lalu ketika beliau a.s. memberikan kehormatan pada negeri Punjab (India), ini melalui kedatangan beliau a.s., maka Allah Taala telah menganugerahkan kehormatan yang sangat besar kepada beliau a.s. di negeri ini. Dan setelah datang ke sini, beliau a.s. berhasil menemukan sepuluh suku Bani Israil yang telah hilang. Diketahui bahwa bani Israil datang ke negeri ini, lalu kebanyakan dari mereka telah masuk agama Budha, dan sebagian lagi terperangkap kepada penyembahan berhala yang sangat hina. Jadi, kebanyakan mereka telah kembali ke jalan yang benar melalui kedatangan beliau a.s. ke negeri ini. Dan, dikarenakan dalam himbauan beliau a.s. terdapat pesan untuk menerima Nabi (Rasulullah saw.) yang bakal datang berikutnya untuk itulah kesepuluh suku tersebut – yang tiba di negri ini, lalu dinamakan Afghan dan Kashmiri – akhirnya semua mereka telah masuk Islam.
Ringkasnya, di negri ini telah terbentuk kehormatan, kemuliaan yang besar bagi Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.. Dan, baru-baru ini telah ditemukan sebuah uang logam yang diperoleh dari negri Punjab ini juga. Di situ tertulis nama Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dalam bahasa Pali. Dan uang logam itu berasal dari zaman beliau as. Dari situ diyakini bahwa setelah datang ke negeri ini, beliau a.s. memperoleh kemuliaan seperti raja. Dan, uang logam itu dikeluarkan oleh seorang raja yang tampaknya telah beriman kepada beliau a.s.. Ada sekeping uang logam lain yang ditemukan. Padanya terdapat gambar seorang pria Bani Israil. Secara akal dapat diketahui, bahwa itupun merupakan gambar beliau a.s..
Di dalam Alquran suci juga, terdapat satu ayat:
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
“Dan Dia telah menjadikanku beberkat di manapun aku berada, dan telah memerintahkan kepadaku shalat dan membayar zakat selama aku hidup.” (Maryam, 19:32)
Ayat ini, menunjukkan bahwa Tuhan telah memberikan berkat kepada Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sedemikian rupa sehingga kemanapun beliau pergi hal itu akan beberkat. Jadi, dari uang-uang logam ini terbukti bahwa beliau telah memperoleh berkat yang besar dari tuhan dan beliau a.s. tidak wafat sebelum memperoleh suatu kemuliaan sebagai raja.
Allah Taala Berjanji Melepaskan Al-Masih Isa ibnu Maryam Dari Tuduhan Terkutuk
Demikian pula ada sebagian ayat dalam Alquran suci:
وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
Yakni, “Wahai Isa, Aku akan membebaskan engkau dari tuduh-tuduhan itu dan Aku akan membuktikan kesucian engkau. Dan Aku akan menjauhkan celaan-celaan yang dilontarkan oleh orang-orang Yahudi serta Kristen terhadap engkau.” (Al Imran, 3:56)
Ini adalah suatu khabar gaib besar. Latar belakangnya adalah, orang-orang Yahudi melontarkan celaan bahwa – Na’udzubillah – Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah terkutuk karena Mashlub (disalibkan sampai mati), sehinggga tidak ada lagi kecintaan kepada Allah dalam kalbu beliau. Dan sebagaimana syarat bagi makna laknat/kutukan, hati beliau jauh dari Tuhan; tidak perduli terhadap Tuhan; telah terperangkap ke dalam topan kegelapan yang luar biasa; mulai mencintai kepada keburukan-keburukan; menentang segenap keburukan; masuk ke bawah kerajaan syaithan setelah memutuskan hubungan dengan Tuhan; dan telah timbul permusuhan hakiki antara beliau dengan Tuhan.
Dan celaan mal’uun (terkutuk) ini jugalah yang telah dilontarkan oleh orang-orang Kristen. Akan tetapi karena kebodohan mereka, orang-orang Kristen telah menyatukan dua hal yang berlawanan dalam satu tempat. Di satu sisi, mereka telah menetapkan Yesus sebagai anak Tuhan, sedangkan disisi lain, mereka juga menetapkan Yesus sebagai orang yang terkutuk. Dan mereka sendiri mengakui orang-orang terkutuk merupakan anak kegelapan dan anak syaithan, atau syaithan sendiri. Jadi celaan-celaan yang kotor ini yang telah dilontarakan pada Nabi Isa a.s.. Dan dalam khabar gaib “muthahiruka” diisyaratkan bahwa akan datang suatu zaman ketika Allah mensucikan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dari tuduhan-tuduhan tersebut. Dan, inilah zaman yang dimaksudkan itu.
Walaupun melalui kesaksian Nabi kita saw., pada pandangan orang-orang yang berakal, pensucian (nama baik) Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah berlangsung – sebab Rasulullah saw. dalam Al-Quran suci telah memberikan kesaksian bahwa tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kapada Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. itu kesemuanya dusta – akan tetapi pada pandangan orang-orang awam hal itu merupakan konsep serta rumit, untuk itulah rasa keadilan Allah Taala telah menghendaki bahwa sebagaimana penyaliban Isa a.s. itu merupakan suatu hal yang mahsur dan merupakan satu dari antara hal-hak yang secara terbuka disaksikan serta dirasakan, maka seperti itu pulalah (peristiwa) pensucian dan pembebasan (dari kematian terkutuk) ini hendaknya menjadi satu di antara hal-hal yang disaksikan dan dirasakan.
Jadi, sekarang, sesuai dengan itu telah terjadi demikian. Yakni, pensucian itu bukan hanya berupa konsep, melainkan juga telah dirasakan/diperagakan. Dan ratusan ribu manusia telah menyaksikan dengan mata dan tubuh ini bahwa kuburan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. ada di Srinagar, Kashmir. Dan, sebagaimana Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. telah disalibkan di Golgota yakni di tempat Sri, demikian pula telah terbukti keberadaan kuburan beliau di tempat Sri yakni Srinagar. Suatu hal yang sangat menakjubkan bahwa pada kedua tempat terdapat kata Sri. Yakni, tempat Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. disalibkan bernama Golgota yaitu Sri, dan pada akhir abad ke-19 tempat yang telah terbukti sebagai kuburan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. pun bermana Gilgit, yakni Sri. Dan tempatnya Gilgit yang bertempat di kawasan Kasmir juga merupakan satu isyarat terhadap kata SRI. Kemungkinan kota ini dibangun pada masa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., dan sebagai kenangan terhadap lokasi peristiwa penyaliban, tempat itu dinamakan Gilgit, yakni Sri. Seperti Lhasa yang berarti kota tempat sesuatu yang patut disembah (Tuhan), ini merupakan kata dari bahasa Ibrani, dan ini pun dibangun pada masa Nabi Isa.
Al-Masih Isa Ibnu Maryam Mencapai Usia 120 Tahun
Dan, dari riwayat yang terpercaya dalam hadits-hadits, terbukti bahwa nabi kita saw. bersabda bahwa umur Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. mancapai 120 tahun. Dan, hal ini diakui oleh segenap golongan dalam Islam bahwa ada dua hal yang menyatu pada diri Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. yang tidak terdapat pada diri nabi lainnya. (1) Petama, beliau mancapi usia lanjut yakni hidup 120 tahun. (2) Kedua, beliau mengembara ke banyak bagian bumi, untuk itulah beliau disebut Nabi Sayyah (Nabi Pengembara). Sekarang nyatalah, jika dalam usia 33 tahun beliau telah diangkat ke langit, maka dalam bentuk demikian, riwayat (tentang usia) 120 tahun tidak dapat dinyatakan benar. Dan, tidak dapat pula beliau mengembara (sekian jauh) dalan usia sesingkat itu. Dan hal-hal ini, tidak hanya tertulis dalam kitab-kitab hadis yang terpercaya serta berasal dari zaman-zaman awal, melainkan juga mahsur secara mutawatir di kalangan golongan-golongan Islam sehingga tidak dapat dibayangkan hal yang lebih (mahsur) dari itu.
Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. Mengembara Dan Berpindah-pindah
Kanzul Ummal, yang merupakan kitab kumpulan hadis, pada halaman 34 (Jilid II ) tertera hadis yang berasal dari Abu Hurairah r.a.:
اوحى الله تعالى إلى عيسى أن يا عيسى انتقل من مكان إلى مكان لئلا تعرف فتؤذى.
Yakni, Allah Taala mewahyukan kepada Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.: “Wahai Isa, berpindah-pindahlah engkau dari satu tempat ke tempat lain, yakni pergilah dari satu negri ke negri lain, supaya jangan ada yang mengenali engkau lalu menyiksamu.” Kemudian di dalam kitab ini juga, tertera hadis yang diriwayatkan oleh Jabir:
كان عيسى ابن مريم يسيح فإذا امسى أكل بقل الصحراء ويشرب.
Yakni, Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. senantisa mengembara, dari satu negri menjelajahi negeri lain. Dan di suatu tempat kalau malam tiba, beliau memakan beberapa tumbuhan hutan, serta meminum air bersih. Dan di dalam kitab ini juga terdapat riwayat dari Abdullah bin Umar yang kata-katanya, sebagai berikut:
قال أحبّ شيئ إلى الله الغرباء قيل أيّ شيئ الغرباء؟ قال الذين يفرّون بدينهم ويجتمعون إلى عيسى ابن مريم.
Yakni, Rosulullah saw. bersabda, “Yang paling dicintai oleh Allah adalah orang-orang yang gharib (miskin).” Dinyatakan kepada beliau, apa yang dimaksudkan dengan kata gharib. Apakah orang-orang seperti Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. yang melarikan diri dari negrinya membawa agama/iman? (Al-Masih Di Hindustan, halaman 46-53)
Manfaat Reformasi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Tentang Pemahaman Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., ialah:
1. Dapat memberikan pengertian yang benar bagi umat Islam tentang masalah penyaliban itu, sesuai dengan ajaran Alquran, Hadis, Alkitab, hukum alam dan fakta sejarah. Sehingga mereka memiliki kekuatan ilmu yakin yang memperkuat imannya.
2. Dapat membentengi imannya dari fitnahnya Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj, sehingga terhindar dari perbuatan murtad.
3. Dapat memberikan kemampuan untuk bertabligh kepada kaum Yahudi dan Kristen atau berdialog secara ilmiah.
4. Dapat memberikan kemampuan untuk menunjukkan kemukjizatan kitab suci Alquran di hadapan kaum Yahudi dan Kristen.
5.2. Kematian Al-Masih Isa ibnu Maryam as
Pada umumnya kaum Muslimin mempunyai anggapan bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. kini masih hidup di langit. Pemahaman kebanyakan kaum muslimin ini berlawanan dengan puluhan ayat-ayat Alquran, Hadis Rasulullah saw., ijmak para sahabatnya, hukum alam dan fakta sejarah beliau a.s. Bahkan, pemahaman yang salah ini sering digunakan kaum Kristen untuk memperkuat argumentasi ketuhanan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) dalam menghadapi kaum Muslimin. Sehingga banyak kaum Muslimin yang bimbang kepada kebenaran agama Islam dan banyak pula yang murtad dan masuk agama Kristen. Peristiwa inilah yang dalam Hadis Rasulullah saw. dinubuatkan sebagai merajelanya fitnahnya Dajjal. Sehingga, pemahaman itu membuat Islam tidak unggul di atas agama Kristen. Tetapi, justeru banyak kaum muslimin sendiri yang berhasil dikristenkan oleh missionarisnya. Akibatnya, kebanyakan kaum muslimin tidak berani bertabligh atau berdialog dengan mereka. Bahkan, mereka takut kepada program Kristenisasi.
Sehubungan dengan pemahaman yang salah dan berakibat fatal bagi ilmu dan iman kaum muslimin, maka Allah Taala memilih Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. untuk menghadapi bahaya Kristenisasi atau fitnahnya Dajjal dengan mendapat bimbingan langsung dari Allah Taala.
Ilham Allah Taala:
إنّا جعلناك المسيح ابن مريم لأتمّ حجّتي على قوم متنصرين.
“Sesungguhnya Kami (Allah Taala) menjadikan engkau sebagai Al-Masih ibnu Maryam untuk menyempurnakan argumentasi-Ku mengalahkan orang-orang Kristen.” (Ainah Kamâlâtî Islâm; Rûhânî Khazâ-in, Jilid V, Additional Nazhir Isyaat London, 1984, halaman 373)
هو المسيح الموعود وهو كاسر الصليب ببيّنات من الهدى .
“Dialah [Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.], Al-Masih Al-Mau’ud, dan dialah orang yang akan memecahkan salib dengan argumentasi dan bukti-bukti hidayah.” (Al-Istiftâ', halaman 12)
وإنّ الله قد علّمني أنّ عيسى ابن مريم قد مات – ولحق الاموات.
“Dan sesungguhnya Allah Taala benar-benar telah mengajarkan kepadaku bahwa sesungguhnya Isa ibnu Maryam a.s. telah wafat – dan telah bertemu dengan orang-orang yang sudah wafat.” (Al-Khuthbah Al-Ilhamiyah, halaman alif “ا”)
Reformasi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tentang Pemahaman Kematian Al-masih Isa ibnu Maryam a.s. atas dasar ilham di atas, kebenarannya sangat meyakinkan karena sesuai dengan Alquran, Hadis Rasulullah saw., ijmak para sahabat r.a., pendapat sahabat r.a., pendapat para Imam ahli tafsir Alquran maupun Hadis, hukum alam dan fakta sejarah. Untuk lebih jelasnya, kami kemukakan secara ringkas di bawah ini.
5.2.1. Menurut Alquran
Dan aku (Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.) senantiasa menjadi saksi atas mereka (Bani Israil) selama aku bersama mereka, akan tetapi setelah Engkau wafatkan aku, maka Engkaulah Yang menjadi Pengawas mereka dan Engkau sebagai Saksi atas segala sesuatu (Al-Maidah, 5:118).
Dalam kitab suci Alquran (QS 5:118) di atas, Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dinyatakan telah wafat dalam arti sudah meninggal dunia. Kata wafat atau tawaffa dalam Alquran berjumlah sekitar 23 yang mempunyai arti mati, misalnya dalam (QS 2:234; 3:194; 5:118; 12:102 dsb.). Pernyataan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sudah wafat, juga didukung oleh ayat-ayat Alquran berikut:
إِذْ قَالَ اللهُ يَاعِيسَى إِنيِّ ْ مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِليََّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا…
“Ingatlah, ketika Allah berfirman, Wahai Isa, sesungguhnya Aku mematikan engkau (secara wajar) dan akan meninggikan (derajat) engkau di sisi-Ku dan akan membersihkan engkau (dari tuduhan) orang-orang kafir.” (Ali ‘Imran, 3:56)
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ. أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ…
“Dan orang-orang yang diseru selain Allah (termasuk Al-Masih Isa ibnu Maryam as), mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun. Bahkan mereka sendiri yang diciptakan. Mereka itu mati, tidak hidup.” (An-Nahl, 16:21-22)
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا.
“Dan selamat sejahtera atasku pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku mati dan pada hari aku akan dibangkitkan hidup (kembali).” (Maryam, 19:34)
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ. وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لاَ يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ.
“Dan tiada Kami utus (sebagai rasul-rasul) sebelum engkau kecuali orang-orang lelaki, yang kepada mereka wahyu-wahyu Kami turunkan. Maka tanyakanlah kepada kaum itu tentang pemberi peringatan itu, jika kamu tidak tahu. Dan tidak Kami jadikan bagi mereka jasad yang tidak makan makanan, dan mereka tidak akan hidup kekal.” (Al-Anbiyâ', 21:8-9)
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ…
“Al-Masih ibnu Maryam tidak lain kecuali seorang Rasul; sesungguhnya telah berlalu Rasul-rasul sebelumnya. Dan ibunya adalah seorang wanita yang sangat benar. Mereka berdua biasa menyantap makan…” (Al-Mâ-idah, 5:76)
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ…
“Dia berfirman, ‘Di situlah (bumi) kamu akan hidup dan di situlah kamu akan mati dan daripanya kamu akan dikeluarkan.” (Al-A’raf, 7:26)
5.2.2. Menurut Hadis Rasulullah saw.
وإن عيسى ابن مريم عاش عشرين ومائة وإني لاأراني إلا ذاهبا على رأس الستّين
“Sesungguhnya Isa ibnu Maryam hidup dalam seratus dua puluh tahun, sedang aku tidak mengerti (umurku), namun lebih enam puluh tahun.” (Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Fathimah Az-Zahrah r.a.; dan Kanzul-Umal, Juz XI/32262)
5.2.3. Ijmak Para Sahabat Rasulullah saw.
Pada waktu Rasulullah saw. diberitakan telah wafat, para sahabat berkumpul di masjid Nabawi dan sahabat Umar bin Khathab r.a. mengancam akan memenggal leher orang yang berani mengatakan bahwa Rasulullah saw. sudah wafat, lalu sahabat Abu Bakar r.a. berpidato setelah menyaksikan beliau saw. benar-benar sudah wafat, dengan mengemukakan firman Allah Taala:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ.
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali ‘Imrân, 3:145)
5.2.4. Pendapat sahabat Ibnu Abbas r.a.
قال ابن عباس متوفّيك مميتك.
“Ibnu Abbas r.a. berkata mutawaffîka itu artinya [Aku Allah] mematikan engkau.” (Bukhari, Juz III, Kitabut-Tafsir surat Al-Maidah)
5.2.5. Kamus Bahasa Arab
توفى الله فلانا أي قبض روحه.
“Tawaffa'llâhu fulânan, artinya Dia telah mencabut ruhnya.” (Aqrabul-Mawarid)
توفّاه الله أي قبض روحه.
“Tawaffâhu'llâhu, artinya: Dia mencabut nyawanya.” (Alqamusu'l-Muhith)
توفّاه الله اذا قبض نفسه.
“Tawaffâhu'llâhu, apabila dia mencabut jiwanya.” (Lisânu'l-‘Arab)
توفّاه الله اماته توفّى فلان قبض روحه ومات
“Tawaffâhu'llâhu, artinya: Allah telah mematikannya; Tuwuffiya fulânun, artinya: ruhnya dicabut dan ia mati.” (Al-Munjid)
5.2.6. Pendapat Ulama terkemuka
Di antara ulama yang berpendapat bahwa Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. sudah wafat ialah Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Ibnu Khazm, Imam Ibnul-Qayyim, Imam Qatadah dan Ibnu Katsir.
5.2.7. Hukum Alam
Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. adalah seorang manusia. Dan, setiap manusia secara fisik dipaksa tunduk kepada hukum alam. Karena itu, jasad beliau merasakan lapar, haus, mengantuk, tidur, sakit dan mati di bumi ini juga.
5.2.8. Kuburan Al-Masih Isa ibnu Maryam as
Dengan ditemukannya kuburan beliau a.s. di jalan Kanyar, Srinagar, Kasymir, India, maka terbuktilah bahwa beliau a.s. sungguh-sungguh telah mati.
5.3. Hikmah Di Balik Kematian Al-Masih Isa ibnu Maryam
Hikmah di balik kematian Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. antara lain:
5.3.1. Menambah ilmu yang benar dan meyakinkan karena pemahaman tentang kematian Al-Masih Isa ibnu Maryam as sesuai dengan Alquran, Hadis, Ijma’ para sahabat, Bahasa Arab, hukum alam dan fakta sejarah.
5.3.2. Menambah argumentasi yang kuat dan bukti nyata bahwa ajaran pokok agama Kristen tampak jelas kesalahannya. Sehingga orang akan mendapatkan peluang dan sarana tabligh kepada kaum Yahudi dan Kristen.
5.3.3. Menambah argugumentasi dan bukti bahwa Muhammad saw. adalah seorang Rasulullah yang telah memenuhi nubuatan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dalam surat Ash-Shaf, sebagaimana pengakuan beliau sendiri dalam Hadis (Kanzul-Umal, Juz XI/31829) di atas.
Allah Taala berfirman:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ.
“Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata, Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku rasul Allah (yang diutus) kepadamu memenuhi apa yang ada sebelumku (yaitu nubuatan-nubuatan) dalam Taurat, dan memberi kabar suka tentang seorang rasul yang akan datang sesudahku bernama Ahmad. Dan tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas, mereka berkata ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (Ash-Shaf, 61:7)
5.3.4. Pemahaman tentang Al-Masih Isa ibnu Maryam as masih hidup di langit akan mengundang tuduhan bahwa Muhammad saw adalah seorang Nabi palsu, sebab menurut Alquran (Ash-Shaf, 61:7) kedatangan beliau saw dijanjikan setelah Al-Masih Isa ibnu Maryam as pergi kepada Allah Ta’ala (mati). Dengan demikian kebenaran Rasulullah saw dan kehidupan agama Islam itu berada di balik kematian Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as bersabda:
وَوَاللهِ إِنِّي أَرَى حَيَاةَ اْلإِسْلاَمِ فِى مَوْتِ ابْنِ مَرْيَمَ
Dan demi Allah, sesungguhnya aku melihat kehidupan (agama) Islam (berada di balik) kematian (Al-Masih Isa) Ibnu Maryam a.s. (Al-Hudaa Wat-Tabshrah Li Man Yaraa, hal. 76; Rûhânî Khazâ-in, Jilid XIII, Additional Nazhir Isyaat London, 1984, halaman 320)
5.3.5. Dengan memiliki argumentasi yang kuat dan bukti tentang keselamatan Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s. dari kematian di atas salib dan kini beliau a.s. sudah wafat secara wajar, ditopang dengan sikap taqwa dan doa ke Hadhirat Allah Taala, maka umat Islam akan mampu menunaikan amanat untuk menyiarkan Islam ke seluruh pelosok dunia sebagai rahmat bagi bangsa-bangsa, sebagaimana janji Allah Taala kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berikut ini:
وَأَوْحَى ِإلَيَّ رَبِّيْ وَوَعَدَنِيْ أَنَّهُ سَيَنْصُرُنِيْ حَتَّى يَبْلُغَ أَمْرِيْ مَشَارِقَ اْلاَرْضِ وَمَغَارِبَهَا.
“Dan Tuhanku telah memberikan wahyu kepadaku dan Dia telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan menolongku. Bahkan, Dia akan menyampaikan perkaraku ini di bumi timur dan baratnya.” (Lujjatun Nur, halaman 68; dan Tadzkirah halaman 341)
--------------oooOooo--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.