Arti Kata 'Hikmah'
(Yu'alimul Kitaba wal Hikmah)
---------------------------------------------------
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
18 Januari 2008 di Masjid Agung Baitul Futuh, London - UK
----------------------------------------------------
Huzur melanjutkan topik pembahasan ayat 130 Surah Al Baqarah pada Khutbah Jumah beliau ini. Terjemahan ayat tersebut adalah sebagai berikut:
'And, Our Lord, raise up among them a Messenger from among themselves, who may recite to them Thy Signs and teach them the Book and Wisdom and may purify them; surely, Thou art the Mighty, the Wise'.
Huzur bersabda, pada Jumah ini beliau akan menerangkan aspek ke-3 doa Hadhrat Ibrahim a.s. sebagaimana tercantum pada ayat di atas. Aspek ke-3 doa yang beliau panjatkan untuk kedatangan nabi besar tersebut, ialah hendaknya mengajarkan juga hikmah (tafsir) dari Kitabullah tersebut. Huzur bersabda, beliau telah menerangkan maksud arti kata 'hikmah' pada beberapa Khutbah Jumah yang lalu; yakni berkaitan dengan bersikap 'fair', berbuat adil sedemikian rupa (absolute justice), ilmu pengetahuan, cerdas, dan menggunakan sesuatu dengan tepat pada tempat dan waktunya. Pada Jumah ini Huzur menerangkan arti kata 'hikmah' yang merujuk kepada Rasulullah Saw dan Alquran yang diwahyukan kepada beliau.
Huzur bersabda, kata 'hikmah' pada ayat yang telah dibacakan tadi mengandung arti bahwa Rasul Allah tersebut akan menegakkan keadilan. Dan Alqur’an di beberapa tempat telah menunjukkan dikabulkannya doa ini sesuai dengan contoh amal perbuatan beliau. Juga, ajaran syariat Islam ini akan terus berlangsung selamanya, disertai dengan contoh pengamalannya dari Rasulullah Saw yang tiada lain adalah citra pelaksanaan nash-nash Alquran. Dialah Hakaman Adalan. Huzur bersabda, memang sangat musykil untuk mencapai derajat rohani yang sama dengan Rasulullah Saw. Akan tetapi, setiap orang mukmin hendaknya berusaha sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk mengikuti jejak langkah beliau yang berberkat itu.
Membahas hikmah yang diperlihatkan oleh Rasulullah Saw dalam kaitannya dengan berbuat adil (absolute justice), Huzur membacakan beberapa peristiwa dalam kehidupan beliau.
Ba'da Perang Hunain, Rasulullah Saw membagikan 'ghonimah' (harta sitaan perang) dengan memberi kelebihan kepada beberapa orang sahabah tertentu. Maka seorang sahabah yang lain pun datang menghampiri dan bertanya, ‘Demi Allah, pada pembagian ghonimah ini aku tidak melihat adanya keadilan. Bukankah Allah pun tidak akan meridhoinya. Rasulullah Saw menjawab, 'Bila Allah dan Rasul-Nya tidak berbuat adil, siapa lagi yang akan menegakkannya. Kemudian beliau menjelaskan hikmah perbuatan beliau tersebut, bahwa beliau tidak bermaksud menafikkan hak sahabah lainnya; melainkan, yang beliau bagikan tersebut adalah hak pribadi beliau sebanyak 1/5-nya. Kemudian menambahkan, hal ini dikarenakan beliau melihat [melalui pandangan rohani beliau], adanya kelemahan iman dan tamak di antara mereka.
Huzur menerangkan satu peristiwa lainnya: Ketika Surah Al Nasr diwahyukan, para sahabah pun menyadari kemangkatan Rasullah Saw sudah kian mendekat. Dan Rasulullah Saw pun menyinggung masalah ini dalam salah satu Khutbah, yang tentu saja ditanggapi oleh para sahabah dengan penuh keharuan. Terlebih lagi ketika beliau Saw mengumumkan tawaran: Barangsiapa yang akan menuntut sesuatu balas silakan sekaranglah saatnya. Seorang sahabah yang berusia lanjut bernama Ukasha berdiri, lalu berkata: 'Dalam suatu peperangan, ketika aku turun dari onta, punggungku terkena pukulan tongkat pemacu onta Rasulullah. Entah itu disengaja atau tidak, sekarang aku menuntut balas. Rasulullah Saw menjawab: Sudah barang tentu, seorang Rasul Allah pasti melakukannya tak sengaja. Namun beliau meminta agar Hadhrat Bilal r.a membawa tongkat itu dan memberikannya kepada Ukasha untuk melakukan aksi pembalasannya. Hadhrat Abu Bakr, Hadhrat Umar dan Hadhrat Ali r.a. yang menjadi gusar atas “kelancangan” Ukasha segera berdiri dan meminta agar diri beliau-beliau saja yang dipukul. Terlebih lagi Hadhrat Hassan dan Hadhrat Hussein r.a., para cucu pertama Rasulullah Saw. Namun Ukasha tetap bersikukuh, ia menuntut balas dari Rasulullah Saw, sambil menambahkan, waktu terkena pukulan itu punggungnya terbuka. Maka Rasulullah Saw pun membuka kemeja belakang beliau sambil mempersilakan Ukasha untuk memukulnya. Tentu saja para sahabah naik pitam dan siap menangkapnya. Namun Ukasha tetap mendekat dan langsung memeluk dan menciumi punggung Rasulullah Saw sambil berkata haru, 'Tak akan ada seorang pun yang terlintas di pikirannya untuk menuntut balas kepada wujud yang mempraktekkan berbagai falsafah keadilan dengan seadil-adilnya ini. Dalihku hanyalah untuk mencari kesempatan untuk menunjukkan kecintaanku kepada pribadi yang sungguh mulia ini. Namun Rasulullah Saw bersabda, Oo..Ukasha apakah tuan mau membalas atau memaafkan ? Ukasha menjawab, 'Ya Rasulullah, hamba memaafkan tuan, karena hamba berharap dengan mengampuni tuan, Allah pun akan mengampuni segala dosa hamba di Akhirat. Maka Rasulullah Saw pun bersabda, 'Barang siapa yang ingin melihat sahabahku di Surga, lihatlah Ukasha. Para sahabah pun segera memeluk Ukasha berganti-gantian, tak mengira akal cerdiknya.
Selanjutnya Huzur membacakan beberapa ayat Alquran yang merujuk kepada kewajiban untuk berbuat adil (absolute justice). Membacakan ayat 91 Surah Al Nahl (16:91): “Innalaaha ya'muru bil'adli wal-ihsan wa itaa'idzil qurba. Wa yanhaa anil fahsyaa'i wal munkar wal baghyi. Ya'idhukum la'allakum tadzakaruun.”
Huzur bersabda, ayat ini merupakan ajaran yang sangat ber-nash untuk mengatasi berbagai masalah sosial maupun yang terkait dengan masalah hubungan internasional. Yakni, manakala keburukan berhasil dihilangkan, maka berbagai tingkat amar-maruf yang berkeadilan pun dapat ditegakkan. Berbuat ita'idzil-qurba (absoute justice) lebih mulia dibandingkan dengan keberpihakan dan kebaikan, karena ditegakkan atas dasar takut kepada Allah (taqwa). Bukan pula sesederhana menghukum atau mengampuni, sebab seringkali tidak merubah perilaku. Melainkan amal salih yang berkeadilan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, berbuat baik pada waktu yang tidak tepat adalah keliru. Begitupun tidak melakukan amal salih pada saat yang diperlukan. Lihatlah contoh seorang ibu yang memperlihatkan kasih sayangnya kepada anaknya. Orang melakukan amal salih ada 3 (tiga) tingkatannya: Pertama, adil, ialah melakukan kebaikan dengan harapan mendapat ganjaran yang setara. Kedua, ihsan, ialah melakukan kebaikan dengan ikhlas, semata-mata demi untuk membantu meringankan orang lain. Dan yang Ketiga, ita'idzil qurba, yakni berbuat baik dengan tidak mengharapkan sesuatu balasan ataupun ucapan terimakasih, sebagaimana seorang ibu terhadap anaknya. Maka berbuat baik dan adil tetapi tidak disertai dengan hikmah kebaikan di dalamnya adalah bukan amalan-shalihan.
Huzur membacakan ayat 9 Surah Al Maidah (5:9) kemudian bersabda, bila seseorang mengaku beriman, maka ia berkewajiban untuk mendukung keadilan. Orang yang senantiasa berpikiran untuk melakukan amal seperti itu maka ia pun ber-naluriah untuk selalu beramal ita-idzil qurba itu.
Kemudian Huzur melanjutkan, arti kata 'hikmah' pun dapat berarti juga berarti pengetahuan yang sempurna, sebagaimana beliau sudah sampaikan pada Khutbah yang lalu, bahwa melalui Islam dan Alquran, Allah telah menyempurnakan ajaran agama-Nya. Kitabullah yang berberkat ini mengandung banyak nubuatan yang sebagian besar di antaranya sudah sempurna. Padahal, bentuk penggenapan berbagai nubuatan tersebut belum terpikir oleh manusia pada 1.400 tahun yang lampau. Bahkan oleh mereka yang hidup beberapa ratus tahun yang lalu.
Huzur membacakan ayat 20 hingga 24 Surah Al Rahman (55:20-24) kemudian menerangkan maksud nubuatan ayat ini adalah akan bersatunya dua lautan yang mengacu kepada Laut Merah dan Laut Tengah dalam bentuk Terusan Suez. Juga Terusan Panama yang menyatukan Lautan Atlantic dengan Lautan Pacific. Huzur bersabda, nubuatan ini telah disampaikan ketika manusia belum mempunyai ilmu tentang hal itu.
Sedangkan ayat 31 Surah Al Anbiya (21:31) jelas mengemukakan konsep ilmyiah dunia astronomi yang kini dikenal dengan konsep the Big Bang (Ledakan Besar terciptanya alam semesta). Menerangkan ayat 48 Surah Al Dhariyat (51:48) Huzur bersabda, seiring dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia saat ini, maka ayat ini pun dapat ditafsirkan dengan mudah. Hadhrat Khalifatul Masih rh.a menerjemahkan ayat ini sebagai berikut: 'And We have built the heaven with might and We continue to expand it indeed’. Dengan ditemukannya teleskop elektronik oleh Edwin Hubble, terbukti bahwa alam semesta ini memang terus berkembang (expanding). Huzur mengingatkan, ketika ayat ini diwahyukan, tak ada seorang pun yang berpikiran bahwa alam semesta ini berkembang terus. Bahkan beberapa bulan yang lalu, sebuah Jurnal iptek melaporkan, alam semesta ini telah berkembang lebih cepat dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.
Huzur bersabda, para ahli iptek Muslim, khususnya para saintist Ahmadi tidak hanya akan ber-ephoria terhadap Alquran setelah membuat berbagai pernyataan penemuannya berdasarkan ayat-ayat Quran. Melainkan akan terus melakukan berbagai riset ilmiyah lainnya berdasarkan Alquran; seperti yang telah dilakukan oleh Dr. Abdus Salam. Huzur bersabda, Alquran Karim dipenuhi berbagai khazanah ilmu pengetahuan yang akan terus dibukakan rahasianya hingga hari Qiamat. Sebagaimana hikmah lainnya dalam berbagai perintah Syariat di dalam Alquran, Huzur membacakan ayat 46 Surah Al Ankabut (29:46) yang mengemukakan pentingnya mendirikan ibadah Salat. Huzur bersabda, perintah ini untuk seluruh umat, yang menunjukkan jalan bagaimana caranya membina tali hubungan dengan Allah Swt. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, Salat adalah perangkat untuk melindungi diri pribadi, dan merupakan sumber keberkatan yang sangat penting.
Selanjutnya Huzur membacakan ayat 31 Surah Al Hajj (22:31) kemudian bersabda, di dalam ayat ini berkata dusta dihubungkan dengan penyembahan berhala untuk menunjukkan betapa seriusnya perkara ini. Orang yang berdusta berarti menganggap 'berhala kedustaannya' itu dapat membantunya. Padahal, hanya kebenaran sejatilah yang akan unggul. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, tak ada yang lebih dicela selain kedustaan. Beliau mengemukakan pernah menghadapi tujuh kali persidangan pengadilan, dan tidak pernah sekalipun berkata dusta. Ternyata beliau memenangkan semua perkara itu.
Kemudian Huzur membacakan ayat 35 Surah Al Ahzab, (33:35) yang terjemahannya sebagai berikut:
‘And remember what is rehearsed in your houses of the Signs of Allah and of wisdom. Verily Allah is the Knower of subtleties, All-Aware’.
Huzur menerangkan, memang berpahala manakala membaca Alquran. Tetapi maksud utamanya adalah menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari dengan mengikuti contoh Rasulullah Saw. Huzur bersabda, pernyataan sifat Al Latif (Yang Maha Mengetahui hal-hal yang halus) di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah mengetahui yang tampak maupun yang ghaib. Dan sebelum kita dapat melaksanakan contoh ajaran mulia Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari, belumlah dianggap sebagai mukmin sejati. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk memahami dan melaksanakan ajaran yang amat mulia ini.
(Yu'alimul Kitaba wal Hikmah)
---------------------------------------------------
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
18 Januari 2008 di Masjid Agung Baitul Futuh, London - UK
----------------------------------------------------
Huzur melanjutkan topik pembahasan ayat 130 Surah Al Baqarah pada Khutbah Jumah beliau ini. Terjemahan ayat tersebut adalah sebagai berikut:
'And, Our Lord, raise up among them a Messenger from among themselves, who may recite to them Thy Signs and teach them the Book and Wisdom and may purify them; surely, Thou art the Mighty, the Wise'.
Huzur bersabda, pada Jumah ini beliau akan menerangkan aspek ke-3 doa Hadhrat Ibrahim a.s. sebagaimana tercantum pada ayat di atas. Aspek ke-3 doa yang beliau panjatkan untuk kedatangan nabi besar tersebut, ialah hendaknya mengajarkan juga hikmah (tafsir) dari Kitabullah tersebut. Huzur bersabda, beliau telah menerangkan maksud arti kata 'hikmah' pada beberapa Khutbah Jumah yang lalu; yakni berkaitan dengan bersikap 'fair', berbuat adil sedemikian rupa (absolute justice), ilmu pengetahuan, cerdas, dan menggunakan sesuatu dengan tepat pada tempat dan waktunya. Pada Jumah ini Huzur menerangkan arti kata 'hikmah' yang merujuk kepada Rasulullah Saw dan Alquran yang diwahyukan kepada beliau.
Huzur bersabda, kata 'hikmah' pada ayat yang telah dibacakan tadi mengandung arti bahwa Rasul Allah tersebut akan menegakkan keadilan. Dan Alqur’an di beberapa tempat telah menunjukkan dikabulkannya doa ini sesuai dengan contoh amal perbuatan beliau. Juga, ajaran syariat Islam ini akan terus berlangsung selamanya, disertai dengan contoh pengamalannya dari Rasulullah Saw yang tiada lain adalah citra pelaksanaan nash-nash Alquran. Dialah Hakaman Adalan. Huzur bersabda, memang sangat musykil untuk mencapai derajat rohani yang sama dengan Rasulullah Saw. Akan tetapi, setiap orang mukmin hendaknya berusaha sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk mengikuti jejak langkah beliau yang berberkat itu.
Membahas hikmah yang diperlihatkan oleh Rasulullah Saw dalam kaitannya dengan berbuat adil (absolute justice), Huzur membacakan beberapa peristiwa dalam kehidupan beliau.
Ba'da Perang Hunain, Rasulullah Saw membagikan 'ghonimah' (harta sitaan perang) dengan memberi kelebihan kepada beberapa orang sahabah tertentu. Maka seorang sahabah yang lain pun datang menghampiri dan bertanya, ‘Demi Allah, pada pembagian ghonimah ini aku tidak melihat adanya keadilan. Bukankah Allah pun tidak akan meridhoinya. Rasulullah Saw menjawab, 'Bila Allah dan Rasul-Nya tidak berbuat adil, siapa lagi yang akan menegakkannya. Kemudian beliau menjelaskan hikmah perbuatan beliau tersebut, bahwa beliau tidak bermaksud menafikkan hak sahabah lainnya; melainkan, yang beliau bagikan tersebut adalah hak pribadi beliau sebanyak 1/5-nya. Kemudian menambahkan, hal ini dikarenakan beliau melihat [melalui pandangan rohani beliau], adanya kelemahan iman dan tamak di antara mereka.
Huzur menerangkan satu peristiwa lainnya: Ketika Surah Al Nasr diwahyukan, para sahabah pun menyadari kemangkatan Rasullah Saw sudah kian mendekat. Dan Rasulullah Saw pun menyinggung masalah ini dalam salah satu Khutbah, yang tentu saja ditanggapi oleh para sahabah dengan penuh keharuan. Terlebih lagi ketika beliau Saw mengumumkan tawaran: Barangsiapa yang akan menuntut sesuatu balas silakan sekaranglah saatnya. Seorang sahabah yang berusia lanjut bernama Ukasha berdiri, lalu berkata: 'Dalam suatu peperangan, ketika aku turun dari onta, punggungku terkena pukulan tongkat pemacu onta Rasulullah. Entah itu disengaja atau tidak, sekarang aku menuntut balas. Rasulullah Saw menjawab: Sudah barang tentu, seorang Rasul Allah pasti melakukannya tak sengaja. Namun beliau meminta agar Hadhrat Bilal r.a membawa tongkat itu dan memberikannya kepada Ukasha untuk melakukan aksi pembalasannya. Hadhrat Abu Bakr, Hadhrat Umar dan Hadhrat Ali r.a. yang menjadi gusar atas “kelancangan” Ukasha segera berdiri dan meminta agar diri beliau-beliau saja yang dipukul. Terlebih lagi Hadhrat Hassan dan Hadhrat Hussein r.a., para cucu pertama Rasulullah Saw. Namun Ukasha tetap bersikukuh, ia menuntut balas dari Rasulullah Saw, sambil menambahkan, waktu terkena pukulan itu punggungnya terbuka. Maka Rasulullah Saw pun membuka kemeja belakang beliau sambil mempersilakan Ukasha untuk memukulnya. Tentu saja para sahabah naik pitam dan siap menangkapnya. Namun Ukasha tetap mendekat dan langsung memeluk dan menciumi punggung Rasulullah Saw sambil berkata haru, 'Tak akan ada seorang pun yang terlintas di pikirannya untuk menuntut balas kepada wujud yang mempraktekkan berbagai falsafah keadilan dengan seadil-adilnya ini. Dalihku hanyalah untuk mencari kesempatan untuk menunjukkan kecintaanku kepada pribadi yang sungguh mulia ini. Namun Rasulullah Saw bersabda, Oo..Ukasha apakah tuan mau membalas atau memaafkan ? Ukasha menjawab, 'Ya Rasulullah, hamba memaafkan tuan, karena hamba berharap dengan mengampuni tuan, Allah pun akan mengampuni segala dosa hamba di Akhirat. Maka Rasulullah Saw pun bersabda, 'Barang siapa yang ingin melihat sahabahku di Surga, lihatlah Ukasha. Para sahabah pun segera memeluk Ukasha berganti-gantian, tak mengira akal cerdiknya.
Selanjutnya Huzur membacakan beberapa ayat Alquran yang merujuk kepada kewajiban untuk berbuat adil (absolute justice). Membacakan ayat 91 Surah Al Nahl (16:91): “Innalaaha ya'muru bil'adli wal-ihsan wa itaa'idzil qurba. Wa yanhaa anil fahsyaa'i wal munkar wal baghyi. Ya'idhukum la'allakum tadzakaruun.”
Huzur bersabda, ayat ini merupakan ajaran yang sangat ber-nash untuk mengatasi berbagai masalah sosial maupun yang terkait dengan masalah hubungan internasional. Yakni, manakala keburukan berhasil dihilangkan, maka berbagai tingkat amar-maruf yang berkeadilan pun dapat ditegakkan. Berbuat ita'idzil-qurba (absoute justice) lebih mulia dibandingkan dengan keberpihakan dan kebaikan, karena ditegakkan atas dasar takut kepada Allah (taqwa). Bukan pula sesederhana menghukum atau mengampuni, sebab seringkali tidak merubah perilaku. Melainkan amal salih yang berkeadilan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, berbuat baik pada waktu yang tidak tepat adalah keliru. Begitupun tidak melakukan amal salih pada saat yang diperlukan. Lihatlah contoh seorang ibu yang memperlihatkan kasih sayangnya kepada anaknya. Orang melakukan amal salih ada 3 (tiga) tingkatannya: Pertama, adil, ialah melakukan kebaikan dengan harapan mendapat ganjaran yang setara. Kedua, ihsan, ialah melakukan kebaikan dengan ikhlas, semata-mata demi untuk membantu meringankan orang lain. Dan yang Ketiga, ita'idzil qurba, yakni berbuat baik dengan tidak mengharapkan sesuatu balasan ataupun ucapan terimakasih, sebagaimana seorang ibu terhadap anaknya. Maka berbuat baik dan adil tetapi tidak disertai dengan hikmah kebaikan di dalamnya adalah bukan amalan-shalihan.
Huzur membacakan ayat 9 Surah Al Maidah (5:9) kemudian bersabda, bila seseorang mengaku beriman, maka ia berkewajiban untuk mendukung keadilan. Orang yang senantiasa berpikiran untuk melakukan amal seperti itu maka ia pun ber-naluriah untuk selalu beramal ita-idzil qurba itu.
Kemudian Huzur melanjutkan, arti kata 'hikmah' pun dapat berarti juga berarti pengetahuan yang sempurna, sebagaimana beliau sudah sampaikan pada Khutbah yang lalu, bahwa melalui Islam dan Alquran, Allah telah menyempurnakan ajaran agama-Nya. Kitabullah yang berberkat ini mengandung banyak nubuatan yang sebagian besar di antaranya sudah sempurna. Padahal, bentuk penggenapan berbagai nubuatan tersebut belum terpikir oleh manusia pada 1.400 tahun yang lampau. Bahkan oleh mereka yang hidup beberapa ratus tahun yang lalu.
Huzur membacakan ayat 20 hingga 24 Surah Al Rahman (55:20-24) kemudian menerangkan maksud nubuatan ayat ini adalah akan bersatunya dua lautan yang mengacu kepada Laut Merah dan Laut Tengah dalam bentuk Terusan Suez. Juga Terusan Panama yang menyatukan Lautan Atlantic dengan Lautan Pacific. Huzur bersabda, nubuatan ini telah disampaikan ketika manusia belum mempunyai ilmu tentang hal itu.
Sedangkan ayat 31 Surah Al Anbiya (21:31) jelas mengemukakan konsep ilmyiah dunia astronomi yang kini dikenal dengan konsep the Big Bang (Ledakan Besar terciptanya alam semesta). Menerangkan ayat 48 Surah Al Dhariyat (51:48) Huzur bersabda, seiring dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia saat ini, maka ayat ini pun dapat ditafsirkan dengan mudah. Hadhrat Khalifatul Masih rh.a menerjemahkan ayat ini sebagai berikut: 'And We have built the heaven with might and We continue to expand it indeed’. Dengan ditemukannya teleskop elektronik oleh Edwin Hubble, terbukti bahwa alam semesta ini memang terus berkembang (expanding). Huzur mengingatkan, ketika ayat ini diwahyukan, tak ada seorang pun yang berpikiran bahwa alam semesta ini berkembang terus. Bahkan beberapa bulan yang lalu, sebuah Jurnal iptek melaporkan, alam semesta ini telah berkembang lebih cepat dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.
Huzur bersabda, para ahli iptek Muslim, khususnya para saintist Ahmadi tidak hanya akan ber-ephoria terhadap Alquran setelah membuat berbagai pernyataan penemuannya berdasarkan ayat-ayat Quran. Melainkan akan terus melakukan berbagai riset ilmiyah lainnya berdasarkan Alquran; seperti yang telah dilakukan oleh Dr. Abdus Salam. Huzur bersabda, Alquran Karim dipenuhi berbagai khazanah ilmu pengetahuan yang akan terus dibukakan rahasianya hingga hari Qiamat. Sebagaimana hikmah lainnya dalam berbagai perintah Syariat di dalam Alquran, Huzur membacakan ayat 46 Surah Al Ankabut (29:46) yang mengemukakan pentingnya mendirikan ibadah Salat. Huzur bersabda, perintah ini untuk seluruh umat, yang menunjukkan jalan bagaimana caranya membina tali hubungan dengan Allah Swt. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, Salat adalah perangkat untuk melindungi diri pribadi, dan merupakan sumber keberkatan yang sangat penting.
Selanjutnya Huzur membacakan ayat 31 Surah Al Hajj (22:31) kemudian bersabda, di dalam ayat ini berkata dusta dihubungkan dengan penyembahan berhala untuk menunjukkan betapa seriusnya perkara ini. Orang yang berdusta berarti menganggap 'berhala kedustaannya' itu dapat membantunya. Padahal, hanya kebenaran sejatilah yang akan unggul. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, tak ada yang lebih dicela selain kedustaan. Beliau mengemukakan pernah menghadapi tujuh kali persidangan pengadilan, dan tidak pernah sekalipun berkata dusta. Ternyata beliau memenangkan semua perkara itu.
Kemudian Huzur membacakan ayat 35 Surah Al Ahzab, (33:35) yang terjemahannya sebagai berikut:
‘And remember what is rehearsed in your houses of the Signs of Allah and of wisdom. Verily Allah is the Knower of subtleties, All-Aware’.
Huzur menerangkan, memang berpahala manakala membaca Alquran. Tetapi maksud utamanya adalah menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari dengan mengikuti contoh Rasulullah Saw. Huzur bersabda, pernyataan sifat Al Latif (Yang Maha Mengetahui hal-hal yang halus) di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah mengetahui yang tampak maupun yang ghaib. Dan sebelum kita dapat melaksanakan contoh ajaran mulia Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari, belumlah dianggap sebagai mukmin sejati. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk memahami dan melaksanakan ajaran yang amat mulia ini.
----------------------------------------
transltByMMA/LA012108; Edited byMP.BudiR/Bdg
Please note: Department of Tarbiyyat, Majlis Ansarullah USA takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message
Please note: Department of Tarbiyyat, Majlis Ansarullah USA takes full responsibility of anything that is not communicated properly in this message
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih untuk komentar anda yang bertanggung jawab.